POTPOURRI

Warga Bandung Barat Ubah Kotoran Sapi Jadi Briket, Raup Omzet Jutaan Rupiah

Dengan mengolah limbah kotoran sapi, mereka mendapat keuntungan ekonomi dan terhindar dari ancaman terhadap kesehatan mereka.

JERNIH-Sebuah terobosan dan kreativitas berhasil dilakukan anggota usaha kelompok peternak di Kampung Nagrak, RT 02/09, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Mereka berhasil mengubah kotoran sapi menjadi barang yang bernilai ekonomi.

Terobosan yang dilakukan kelompok peternak itu patut ditiru, sebab usaha mereka menyulap limbah sapi memberi penghasilan hingga jutaan rupiah per bulannya.

Adapun terobosan yang mereka lakukan adalah mengubah limbah kotoran sapi menjadi briket atau media tanam tumbuhan.

Salah satunya peternak bernama Ujang Ica Supriatna, menceritakan awal mula Ia dan kawan-kawannya tertarik mengolah limbah kotoran sapi. Menurutnya, mereka mulai membuat briket dari kotoran sapi setelah bertemu dengan seorang professor yang membimbing kelompoknya mengolah limbah kotoran sapi.

“Kami dibimbing untuk mengolah limbah kotoran sapi jadi bernilai jual dengan dibuat briket atau media tanam. Sudah dua tahun dan berjalan sampai sekarang.

Mereka mulai mendapatkan bimbingan sejak tahun 2019. Adapun anggota yang ikut mendapat pelatihan sebanyak 15 orang. “Ada 15 orang yang terlibat,” kata Ujang beberapa waktu lalu.

Seiring dengan berjalannya usaha mereka mengolah limbah kotoran sapi, mereka akhirnya menyadari bahwa di samping memberi nilai ekonomi juga membantu mereka terhindar dari ancaman terhadap kesehatan mereka.

Para peternak sapi, sebelumnya hanya melakukan sejumlah aktivitas rutin yakni hanya memberi pakan sapi hingga membersihkan kandangnya. Limbah kotoran sapi hanya ditumpuk saja. Mereka tak menyadari ada bahaya yang ditimbulkan dari timbunan kotoran sapi tersebut.

Timbunan kotoran sapi tersebut menghasilkan gas metan yang jika dihirup secara terus menerus dalam jangka panjang akan berdampak buruk bagi kesehatan. Hal tersebut terbukti dari banyaknya peternak sapi yang di usia 60 tahun kondisi kesehatannya memburuk. Misalnya ada yang jari-jari tangannya bengkok dan gejala lainnya.

“Ternyata itu dampak dari menghirup gas metan dalam jangan waktu lama, tapi mereka enggak paham ya karena memang kurang berpendidikan,” kata Ujang menambahkan.

Kini mereka bertekad mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. (tvl)

Back to top button