5 PUISI CHRIS TRIWARSENO

FUTURE TRIPPING
: Retak yang Belum Patah
jejakku terdiam
pada detik waktu
yang terus melangkah
sementara,
detakku terperangkap
pada perjalanan
yang terus kuramalkan
sebagai retak
— yang belum patah
benakku berlarian
menjelajah lorong sepi
berkarib bisik pertanyaan
yang mengusik
sedangkan,
jawaban asyik terbang
mengejar bayangannya
di kelakar malam
yang berisik
Ungaran, Mei 2025
OVERTHINKING
: Sesal yang Karam
(1)
riak cemas berarak mengombak
menggulung perahu kesadaran
yang berlayar di labirin waktu
dan menghempaskan benak
: perlahan dan berulang
(2)
untuk sesal yang karam
laut tenang adalah perih
menghanyutkan kesia-siaan
menuju palung luka yang dalam
: perlahan dan berulang
(3)
pada retak buritan
buih membisikkan ketakutan
pun demikian,
pada layar yang koyak
angin meniupkan kutukan
: perlahan dan berulang
Ungaran, Mei 2025
OVERANALYZING
: Tenggelam di Kedalaman
di antara riak batin yang mengombak
kuselami kedalaman pertanyaan
ikan-ikan keraguan berenang
menuju senyumku yang usang
ditelan gelombang kehilangan
aku tenggelam di dasar kerapuhan
arus perenungan menyeretku jauh
bersama deras jawaban-jawaban
menuju pusaran ingatan yang luruh
aku rindu permukaan yang tenang
tempat ikan-ikan tersenyum riang
dan menyapaku,
“tidak semua pertanyaan perlu jawaban, seringkali kedalaman pertanyaan justru menenggelamkan jawaban.”
Ungaran, Mei 2025
SELF TALK
: Luka yang Tersenyum
malam nyaris puitis
sunyi perlahan menepi
dalam sepi, aku bercengkerama
dengan bayanganku
[aku]:
“Aku mengingatmu.”
— sebagai luka yang menyembuhkan
dan,
“Aku melupakanmu.”
— sebagai senyum yang menyakitkan
[bayanganku]:
“Ya, pun demikian aku — yang lupa mengingatmu. Aku adalah bayanganmu”
— menyesaliku tak akan mengubah apa pun
“Berjalanlah, lupakanlah ingatanmu tentangku.”
— mengkhawatirkanku adalah kesia-siaan
sesaat kemudian,
bayanganku lesap ruap
di antara gerimis air mata
dan luka yang tersenyum
Ungaran, Mei 2025
RUMINATION
: Mengunyah Masa Lalu
di sabana pikiran:
kegagalan adalah domba-domba
yang digembalakan pulang
menuju kandang masa lalu
dan,
penyesalan adalah rerumputan
yang terus dikunyah perlahan
dan berulang
dalam teduh rindang senyuman
kegagalan menggembalakan aku
dalam sabana kesadaran
untuk mengunyah masa lalu
perlahan dan berulang
— tanpa penyesalan
Ungaran, Mei 2025
CATATAN REDAKSIONAL
Overthinker Academy: Domba-Domba dan Rerumputan Chris Triwarseno
oleh IRZI Risfandi
Kalau ada universitas tidak resmi para overthinker zaman now, puisi Rumination karya Chris Triwarseno ini bisa jadi kurikulumnya. Bayangkan: alih-alih menceracau tentang cinta yang kandas atau drama hidup kontemporer di linimasa, Chris memilih metafora yang sungguh gemas—domba dan rerumputan! Tapi jangan salah, ini bukan sekadar gemas ala Instagram reels. Ini adalah puisi yang menaruh seluruh isi kepala kita—penuh ulang tayang, analisis tak berkesudahan, dan sesi debat internal tiga ronde tanpa penonton—ke dalam bentangan sabana sunyi.
Dengan apik dan sederhana, Chris menggambarkan bagaimana “kegagalan adalah domba-domba yang digembalakan pulang menuju kandang masa lalu”. Ya ampun, siapa yang tidak pernah menggiring pulang rasa malu dan kesalahan ke dalam kandang kenangan sambil bergumam, “Andai waktu bisa diulang”? Lalu dilanjutkan dengan “penyesalan adalah rerumputan yang terus dikunyah perlahan dan berulang”. Ini jelas analogi rumination dalam psikologi yang biasanya dialami oleh para overthinker. Tapi alih-alih menyajikannya dengan nada depresif, puisi ini terasa damai, seperti yoga batin yang belajar berdamai dengan isi kepala sendiri.
Keindahan puisi ini terletak pada cara Chris memelintir kesan ruminasi: dari sesuatu yang menyakitkan menjadi sesuatu yang reflektif. Alih-alih menggambarkan overthinking sebagai bencana mental, ia hadirkan sebagai proses penggembalaan: pelan, sabar, bahkan penuh kedewasaan. “Kegagalan menggembalakan aku dalam sabana kesadaran”—ini semacam mediasi antara pengalaman pahit dan penerimaan yang kontemplatif. Dan klimaksnya justru pada twist yang antitesis: “– tanpa penyesalan”. Bukan karena rasa bersalah telah hilang, tapi karena masa lalu telah diubah menjadi pelajaran yang dinikmati dengan kesadaran penuh. Mantap dan mindful banget, kan?
Sebagai penyair yang berlatar teknik geodesi (UGM, lagi-lagi membuktikan bahwa puisi dan sains bisa rukun!), Chris telah menelurkan tiga buku puisi tunggal yang lolos kurasi dalam festival sastra internasional. Gaya menulisnya nyaris seperti seorang cartographer of emotions, memetakan kegelisahan yang nyaris klise menjadi puisi yang segar, reflektif, dan tetap relatable bagi generasi layar biru. Dalam Rumination, ia tidak hanya menyuguhkan sajak—ia menyuguhkan ruang aman untuk yang sering tersesat di dalam pikirannya sendiri.
Chris Triwarseno tidak sedang minta dikasihani karena kegagalan atau menye-menye soal masa lalu. Ia menuliskan bahwa mengunyah kenangan bukan soal patah hati, tapi soal cara kita memahami mengapa kita bisa sampai ke sini. Dan dengan puisi ini, ia mengajak kita untuk berhenti menghukum diri, lalu duduk tenang di sabana pikiran—bareng domba, bareng rumput, bareng kedewasaan yang tumbuh pelan-pelan di sela kesunyian.
2025
BIODATA :
Chris Triwarseno adalah alumnus Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM), dan saat ini bekerja sebagai karyawan swasta serta berdomisili di Ungaran. Ia aktif menulis puisi, cerpen, resensi, dan esai.
Buku puisi tunggalnya meliputi:
– Bait-bait Pujangga Sepi (2022)
– Sebilah Lidah (2023), lolos kurasi Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) 2023
– Staycation Sepasang Puisi (2024), lolos kurasi FSIGB 2024
Selain karya tunggal, puisinya juga terangkum dalam berbagai antologi bersama, antara lain:
– Antologi Jambore Sastra ASEAN (2024)
– Jagat Sastra Milenia (2024)
– LIKE (Bali Politika, 2024)
– Antologi Puisi Progo 9 (2024)
– Kitab Kado 60 (2024)
– Suara-suara dari Gemuruh Selat (Jazirah Empat Belas, 2023)
– Sebuah Kota Menyambutku dengan Secangkir Robusta (Indonesia Coffee Summit, 2023)
– RendezVOUS (Bali Politika, 2023)
– Pagelaran: Puisi Yogya Istimewa (2023)
– Lukisan Bumi (2023)
– Alam Sejati (2022)
– Puisi untuk Dokter (2022)
Beberapa puisinya telah memenangkan lomba cipta puisi, dibacakan dalam berbagai helat sastra, dan pernah dipajang di Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia.
Karya-karyanya juga dipublikasikan di sejumlah media cetak dan daring, seperti: Jawa Pos, Republika.id, MediaIndonesia.com, Suara Merdeka, Kaltim Post, Lombok Post, Sastramedia.com, Pojoktim.com, Kurungbuka.com, Nongkrong.co, BorobudurWriters.id (BWCF), BaliPolitika.com, Tatkala.co, Ngewiyak.com, Ompi-ompi.com, Nadariau.com, RiauSastra.com, NegeriKertas.com, DermagaSastra.com, ArahBatin.com, hingga LPMPJateng.go.id.