Puisi

5 PUISI GIMIEN ARTEKJURSI

SEPAKET DOA UNTUK GAZA

telah kukirim sepaket lengkap doa-doa
untuk kalian di gaza
doa untuk hari kemarin, hari ini, esok dan akan datang
untuk keselamatanmu yang terlepas dari mara bahaya
untuk kesehatanmu yang kini sedang berjuang mempertahankan negara
untuk kesembuhanmu yang berbaring penuh luka
untuk kedamaian sukmamu
yang sudah berangkat ke alam baqa
maafkan, aku tak bisa mengirim barang-barang:
sembako, pakaian, apalagi senjata
selain karena tak banyak yang kupunya
terlalu berjauhan jarak kita
dan aku tak bisa ke sana
kalau kutitipkan lewat pengiriman online
tak sebanding dengan ongkirnya yang mahal
kalau kutitipkan para penampung sumbangan…
wah, aku tak percaya mereka
kau tahu?
negeriku sarang koruptor
dari tingkat atas sampai paling bawah
di segala tempat dan ruang ada koruptor
jangankan berhubungan dengan orang
yang berurusan dengan tuhan pun mereka korupsi
para koruptor di negeriku
tak mengenal kata dosa, karma, neraka dan sejenisnya
mereka menganggap semua itu dongeng belaka
mereka juga tak takut tak jera masuk penjara
mereka malah bangga kalau ditangkap kapeka
karena ditangkap kpk berarti bisa pamer segala miliknya
dan di tempat penggalangan dana untuk membantu sesama
koruptor berjubel di sana
jadi, kukirim saja doa-doa
doa tulus dari relung paling  dalam di jiwa
semoga tuhan mengabulkannya
Kumendung, 7 November 2023

*

DOA DAN PERMOHONAN YANG TERTUNDA

kami sudah berdoa setiap waktu
untuk kebaikanmu
tapi jika keadaanmu tak juga berubah
bersabarlah
barangkali tuhan masih menampung doa-doa kita
atau memilih dan memilahnya
dan mengabulkannya suatu ketika nanti
atau mungkin tuhan sedang bosan
dengan keluh kesah kita
maka dibiarkan saja semua yang  terjadi di bumi ini
diabaikan-nya doa-doa kita
ditinggalkan-nya permohonan-permohonan kita
berserakan di mana-mana
memenuhi seluruh semesta
sampai entah kapan

Kumendung, 4 November 2023

*

DOA KESEKIAN

1

200 tahun sujud dan dzikirku
tak cukup untuk bekal
menuju surga
tanpa iringan rahmat-mu
karena itu selalu buka
pintu rahmat untukku
jangan ditutup
apalagi kau putuskan

2

kukirim berbungkus-bungkus doa
berkotak-kotak amal
kutukar dengan dosa-dosaku yang tak terhingga
jika masih kurang
kuharap lautan pengampunan-mu yang tak berbatas
mencukupi

3

karena tak ada milikku
yang bisa mengimbangi rahmat-mu
kupasrahkan apapun yang kupunya
kau maha segala
semua keputusan
ada pada-mu

Kaliwungu, April 2023

*

SANGKAKALA ISRAFIL

beragam nada dan irama
berbagai suara
telah didengar semua di semesta
tapi terompet israfil, sangkakala itu
satupun tak ada yang bisa membayangkan bunyinya
tak pernah ada yang mendengar merdunya
nadanya mengembara di entah antah berantah mana
sepanjang ada waktu
israfil sendiri memendam rindu dalam inginnya:
meniup terompet yang tak pernah ia dengar suaranya
sepanjang masa
nada dan irama sangkakala israfil
hanya bisa dibayangkan
samar-samar
dalam angan
di sudut kesepian
israfil mengubur gelisah
menunggu titah

Kumendung, 2 Maret 2025

*

HALUSINASI TENTANG SURGA

surga yang kita impikan berpuluh musim
tak secuil kita punya
siang malam berharap
sia-sia didapat
doa-doa pun tak mengenal lagi siapa kita
terdampar entah di alam mana
bertumpuk permohonan pada tuhan
hanya disebarkan angin di angkasa hampa
sesungguhnya surga hanya sebuah mimpi
kita tak akan pernah memiliki
kalau tidak menciptakan sendiri

Kumendung, 16 Februari 2025
*

Membangun Surga Pakai Cor Beton: Tafsir Gokil atas Halusinasi ala Gimien Artekjursi

Oleh Irzi

Kalau surga bisa dibangun dari puisi, maka Gimien Artekjursi—penyair asal Desa Kumendung yang dulunya arek teknik jurusan sipil—barangkali sudah menggali fondasi langitnya sejak baris pertama. Dalam puisinya yang berjudul Halusinasi Tentang Surga, kita langsung diceburkan ke kolam pesimisme yang kentara, namun justru itu yang membuat puisinya punya daya pikat. Alih-alih mendendangkan janji manis surgawi, ia justru mempertanyakan apakah surga itu benar-benar bisa dimiliki, atau hanya sebatas fatamorgana spiritual yang terus dijual di mimbar-mimbar keimanan dan leaflet agama digital.

Diksi-diksi yang dipilih Gimien tidak mewah, bahkan cenderung sederhana, nyaris lugu. Tapi di situlah kekuatannya. Dengan nada yang setengah berbisik dan setengah menghardik, ia menggambarkan paradoks: bahwa manusia bisa berharap setinggi-tingginya, bisa berdoa selantang mungkin, namun seringkali yang datang justru kekosongan dan keheningan dari langit. Doa-doa “terdampar entah di alam mana”, tulisnya. Apakah ini sindiran terhadap krisis spiritual kolektif? Ataukah refleksi personal atas pengalaman iman yang tertunda-tunda pengabulannya? Jawabannya bisa keduanya, dan itulah salah satu ciri puisi yang baik: ia memantik tafsir, bukan menggiring pemaknaan tunggal.

Menariknya, di usia yang tak bisa dibilang muda lagi (lahir 1963), Gimien masih getol menyuarakan suara hati dalam bentuk puisi yang ngegas tapi lirih. Ia bukan hanya penulis yang konsisten menulis sejak masa Sanggar Minum Kopi di Bali (juara 1989, bro!), tapi juga pemenang lomba-lomba kekinian seperti Negeri Kertas (2022) dan TISI (2023). Ini bukti bahwa usia tidak menghalangi aktualisasi estetika, terutama ketika penyairnya punya kesadaran reflektif tentang hidup, iman, dan absurditasnya. Puisi Halusinasi Tentang Surga terasa seperti dialog lirih dari seseorang yang sudah terlalu lama melihat banyak janji, tapi tak pernah benar-benar memeluknya.

Yang paling menggoda dari puisi ini adalah baris pamungkasnya: “kalau tidak menciptakan sendiri.” Di sinilah letupan interpretasi bisa dimulai. Gimien seperti menggugat seluruh arsitektur keimanan pasif, dan menyodorkan satu gagasan revolusioner: bahwa surga bukanlah warisan, bukan pula tiket, tapi proyek kerja keras. Ini cocok sekali jika diucapkan oleh mantan mahasiswa teknik sipil—yang tahu betul, semua bangunan butuh tiang pancang. Maka, entah surga itu nyata atau tidak, puisi ini seperti mengajak pembaca untuk menyingsingkan lengan baju iman dan mulai mencetak bata-bata kesalehan sendiri.

Dengan begitu, Halusinasi Tentang Surga bukan cuma soal ragu terhadap janji Tuhan, tapi juga tentang keberanian manusia untuk berhenti menunggu dan mulai mencipta. Dalam dunia yang penuh disinformasi spiritual dan fast-food religiusitas, puisi Gimien hadir seperti segelas kopi hitam pahit dari Kumendung—tak ditambah gula, tapi membuatmu melek.

IRZI : 2025

*

Gimien Artekjursi (Artekjursi kepanjangan dari arek teknik jurusan sipil).
Lahir: 03 Agustus 1963
Alamat: Desa Kumendung, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
Puisi-puisinya tampil di media cetak dan online di Indonesia dan pada beberapa antologi bersama.
Juara Lomba Cipta Puisi Sanggar Minum Kopi Bali (1989)
Juara Negeri Kertas com (2022)
Juara TISI (Taman Inspirasi Sastra Indonesia) (2023)
Nominasi Anugerah Sastra Apajake (2023)

Back to top button