Akankah Tahun Ini Talbiyah Jamaah Haji Indonesia Bergema?
Satu pertiga juta adalah ukuran serbuk pasir di tengah hamparan gurun. Setitik air di antara gelombang samudra raya. Hanya kelemahan dan kehinaan. Namun atas karunia Allah Pemilik Segenap Kuasa Alam Semesta, sebiji serbuk pasir itu, setitik air itu, mendapat tempat terhormat,
Oleh : Usep Romli HM
Apakah di musim haji tahun ini akan terdengar gema talbiyah di Indonesia? Labbaik Allohumma labbaik, labbaik la syarikalaka labbaik, innal hamda wanni’mata laka wal mulka la syarikalak.
(Aku datang memenuhi panggilanMu, ya Allah, aku datang memenuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu, aku datang memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji, ni’mat dan kekuasaan semata-mata milikMu. Tak ada sekutu bagiMu).
Sangat beruntung bagi setiap orang yang mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji. Menyempurnakan rukun Islam kelima, dan menjadi “tamu Allah” (duyufurrahman). Berada bersama sekitar tiga juta umat Islam dari seluruh dunia. Jika dihitung secara matematis, seorang yang melaksanakan ibadah haji, posisinya hanya 1/3.000.000 (satu pertiga juta). Sungguh kecil, teramat kecil dibandingkan dengan semua jumlah manusia yang sama-sama mendapat status “duyufurrahman”. Apalagi jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT Yang Maha Luas Maha Tak Terbatas.
Di lingkungan hidupnya sehari-hari, mungkin seseorang jarang diperhitungkan. Jarang diajak “ngariung”. Jarang diundang pada acara-acara tertentu. Tapi Allah SWT, ternyata mengundangnya, dengan memberi jalan kemudahan untuk datang ke Baitullah.
Maka, pada saat yang ditentukan, terutama setelah berpakaian ihrom di miqat, dan mengucapkan niat umrah (bagi yang mendahulukan umrah atau “tamattu”), dikumandangkanlah “talbiyah”. Menyatakan kedatangan memenuhi undangan Allah SWT. Menyatakan ketauhidan. Hanya menyembah kepada Allah SWT, tak ada lagi sembahan selain Dia Yang Maha Ahad.
Tidak ada sembahan lain, baik yang berifat material, seperti harta, tahta, pangkat, jabatan. Maupun yang bersifat immaterial, seperti jimat, keramat, dan kepercayaan lain yang mengandung unsur khurafat, bid’ah, tahayul dan syirik.
La syarikalak. Tidak ada sekutu bagiMu, ya Allah. Semua yang berada di luarMu, yang selalu mengganggu dan mengacaukan jalan pikiran, tekad dan keyakinan, adalah nonsens. Hanya buatan rekaan iblis dan syaitan melalui perantaraan mahluk-mahluk yang sesat dan menyesatkan, untuk merusak kemurnian aqidah tauhid yang telah ditanamkan sejak dini, sebagai “syahadatain” (dua persaksian). Yaitu mengaku tidak ada “illah” (sembahan), selain Allah dan mengaku Muhammad sebagai utusan Allah.
Juga sebagai pertanda puji syukur atas segala nikmat karunia Allah SWT yang amat melimpah-ruah, baik diakui atau tidak oleh para mahluk penerimanya. Termasuk oleh yang mengaku Muslim dan Mu’min. Siapa pun tidak akan mampu menghitung ni’mat Allah SWT (Q.s.Ibrahim : 34). Kecuali oleh orang yang selalu bersyukur.
Satu pertiga juta adalah ukuran serbuk pasir di tengah hamparan gurun. Setitik air di antara gelombang samudra raya. Hanya kelemahan dan kehinaan. Namun atas karunia Allah Pemilik Segenap Kuasa Alam Semesta, sebiji serbuk pasir itu, setitik air itu, mendapat tempat terhormat, pada suatu saat yang sangat terhormat pula. Melaksanakan ibadah haji yang tak semua orang mudah mencapainya. Tak peduli status sosial serta atribut-atribut lahiriah lain, jika Allah SWT sudah berkenan mengundang, tak ada yang dapat menggatikan. Sesungguhnya puji, ni’mat dan kekuasaan semata-mata milikMu, ya Allah.
Membaca talbiyah selama mengenakan ihrom, berfungsi pula sebagai pencegah “rafats” (berbicara tak karuan, senda gurau, omong kosong), “fusuq” (melakukan perbuatan tercela) dan “jidal” (berdebat, adu argumen), yang dilarang keras tatkala berhaji (Q.s.al Baqarah : 197).
Gema talbiyah, Insya Alloh, tetap akan ada, walaupun jamaah haji Indonesia tidak ada. [ ]