Begal itu Bernama Fuzail bin Iyaz
“Ingatlah, Harun! Sedetik mematuhi Allah, lebih baik darpada seribu tahun dipatuhi manusia. Ingatlah pula, kepemimpinan yang dipenuhi dosa kemaksiatan, ingkar janji dan penghianatan, serta mementingkan diri sendiri, keluarga, kroni dan golongan, akan menjadi penyesalan terbesar pada hari Kiamat nanti.”
Oleh : Usep Romli HM*
Fuzail bin Iyaz bukanlah nama fiktif. Ia ada dalam kenyataan. Tercatat dalam buku-buku sejarah, terabadikan hingga saat ini. Beberapa kitab sejarah yang ditulis para ulama abad 10-11, antara lain “Thabaqatush Shufiyah” karya As Sulami, “Hilyatul Aulia” karya Abu Nu’aim al Asfahani , “Kasful Mahjub” karya Hujwiri, “Wafayatul A’yan” karya Ibnu Khalikan, “Tahzibut Tahzib” karya Ibnu Hajar Asqalani, dan banyak lagi, mengungkap kisah hidup Fuzail, baik ketika sedang menjadi begal, perampok ulung, yang ditakuti para kafilah padang pasir, maupun ketika menjalani proses pertobatan hingga menempati “maqam” (posisi) sebagai salah seorang “waliyullah” (kekasih Allah).
Inilah cuplikan lakon begal kejam bernama Fuzail. Ia memiliki ratusan anak buah yang beroperasi di berbagai jalur lalu lintas perdagangan antarkota dan antarnegara di kawasan Irak dan Persia (Iran).
Suatu hari, anak buah Fuzail membegal kafilah dagang di padang pasir Merv. Menyikat habis semua harta benda yang terdapat pada iring-iringan kafilah besar tersebut. Sebagian dibunuh. Sebagian ditawan untuk dijual sebagai budak belian.
Hanya ada seorang yang berhasil menyelamatkan diri. Bersembunyi disemak-semak sambil mendekap sekantung uang mas. Kemudian lari menjauh. Masuk ke dalam sebuah gubuk. Di situ ada seseorang baru selesai menunaikan salat. Anggota kafilah yang melarikan diri itu, menitipkan kantung uangnya kepada penghuni gubuk. Ia percaya penuh, karena orang yang dititipi menunaikan salat. Fikirnya, masa orang salat berhianat.
Tiba-tiba rombongan begal datang. Membawa tawanan dan barang rampasan. Lalu menyerahkannya kepada penghuni gubuk itu. Ternyata ia adalah Fuzail bin Iyaz, pemimpin begal yang terkenal ganas. Orang yang menitipkan kantong uang tadi, gemetar. Tapi Fuzail segara mendekatinya. Menyerahkan lagi kantung uang emas tadi, dan menyuruhnya pergi. Anak buah Fuzail protes. Mengapa harta yang sudah diserahkan pemiliknya, malah diserahkan kembali. Sedangkan untuk merebut harta lain, para pembegal harus membunuh dan menawan para anggota kafilah.
Jawab Fuzail : “Ia telahmempercayaiku , sebagaimana aku mempercayai Allah akan menerima taubatku kelak. Aku hargai kepercayaan orang itu kepadaku, agar Allah menghargai pula kepercayaanku kepadaNya”.
Walaupun berprofessi begal, Fuzail rajin salat dan puasa. Bahkan salat dan puasa sunat ia kerjakan dengan tekun. Beberapa orang mempertanyakan, mengapa perbuatan kontradiktif itu bisa terjadi.
Jawab Fuzail : “Tidak semata-mata Allah melarang mencampuradukkan perbuatan baik (hak) dengan yang buruk (batil), jika hal semacam itu tidak ada. Minimal aku sebagai contoh pelaku pencampuradukkan hak dan batil itu.” Kemudian Fuzail mengutip Q.s.al Baqarah : 42 dan S.Ali Imran : 71 yang melarang perbuatan mencampuradukkan hak dan batil.
Namun suatu malam, ketika sedang mencari korban, Fuzail mendengar lantunan ayat Quran dibacakan di dalam sebuah rumah yang akan disatroni. Ayat Quran, yang mempertanyakan apakah belum saatnya orang-orang beriman, menundukkan hati mereka untuk mengingat Allah dan kebenaran (Q.s. Al Hadid : 16). Menyimak ayat tersebut, Fuzail seolah mendengar “hatif” (suara tanpa wujud), menggema di keheningan malam : “Wahai Fuzail, berapa lama lagi engkau membegal ? Padahal kapan saja, malaikat maut dapat membegal nyawamu lebih cepat daripada engkau membegal para kafilah!”
Maka Fuzail rebah ke atas tanah. Sujud berurai air mata. Mohon pengampunan Allah SWT atas segala dosa yang telah diperbuatnya selama ini.
Kabar pertaubatan Fuzail menyebar cepat dari mulut ke mulut para kafilah, yang keheranan karena perjalaan mereka pulang pergi, aman tanpa gangguan begal.
Fuzail lenyap tanpa bekas dari dunia perbegalan. Ia menghabiskan sisa usia dengan mempelajari berbagai ilmu di Kufah, Bagdad, dan Mekah, hingga meninggal di kota suci itu th.803 M (187 H.) dalam usia 80 tahun (Fuzail lahir di Khurasan, th.723 M).
Ketika tinggal di Bagdad, Khalifah Harun Ar Rasyid (memerintah th.785-786), sengaja menemui Fuzail di rumahnya yang kecil, tatkala malam gelap gulita. Fuzail yang sedang “tafakur” bertanya, “Siapa?”
“Amirul Mukminin,”jawab dari luar.
“Ulurkan tanganmu dari lubang jendela, “kata Fuzail yang sudah bertekad tidak akan berhadapan dengan penguasa, sebagai bagian dari pertobatannya. Apalagi “sowan|”ke istana.
Begitu tangan Harun al Rasyid terpegang, Fuzail berkata : “Sangat disayangkan jika tangan halus lembut ini menjadi kayu bakar neraka jahannam akibat perbuatannya di dunia. Ingatlah, Harun! Sedetik mematuhi Allah, lebih baik darpada seribu tahun dipatuhi manusia. Ingatlah pula, kepemimpinan yang dipenuhi dosa kemaksiatan, ingkar janji dan penghianatan, serta mementingkan diri sendiri, keluarga, kroni dan golongan, akan menjadi penyesalan terbesar pada hari Kiamat nanti.”
Harun ar Rasyid menangis tersedu-sedu mendapat petuah itu. Komentar berbagai kalangan, terhadap ucapan Fuzail kepada Khalifah Harun Ar Rasyid, sangat positif. Mereka menyatakan, ketika menjadi begal, Fuzail membunuh manusia dengan pedangnya. Setelah menjadi ulama, Fuzail menghidupkan hati dan iman manusia dengan lidahnya.
Apakah begal zaman sekarang, baik begal “jalanan” (rampok), maupun begal “kantoran” (koruptor) akan mengikuti jejak begal bernama Fuzail? [ ]
* Penikmat Sastra Arab