Hujan Khusus Untuk Petani Pemurah
“Karena engkau telah mengatakan begitu, baiklah aku berterus terang. Sepertiga dari hasil kebun ini, aku sedekahkan. Sepertiga aku makan bersama sanak keluarga. Sepertiga lagi kusisihkan untuk benih pada musim sekarang.”
Oleh : H.Usep Romli HM
Seorang laki-laki berjalan di bawah terik kemarau. Tiba-tiba ia mendengar suara di atas awan tipis yang mengambang di langit :
“Siramilah kebun Fulan !”
Awan itu bergerak, lalu berubah menjadi hujan yang tumpah di atas tanah berbatu, dan mengalir melalui parit-parit retak yang menuju ke arah tertentu. Karena penasaran, laki-laki itu mengikuti aliran air. Hingga tiba di sebuah ladang. Di situ ada seorang petani sedang sibuk mengggunakan cangkul. Membuat saluran untuk memasukkan air ke tengah ladang.
Laki-laki itu bertanya : “Maaf, saudaraku hamba Allah, siapakah namamu ?”
“Aku adalah Fulan,”jawab petani. “Apa maksudmu?”
“Aku tadi mendengar namamu disebut di atas awan. Kemudian turun hujan yang sekarang menyirami kebunmu. Apa yang telah engkau perbuat sehingga mendapat keistimewaan ini?”
Setelah agak lama tercenung, petani menjawab: “Karena engkau telah mengatakan begitu, baiklah aku berterus terang. Sepertiga dari hasil kebun ini, aku sedekahkan. Sepertiga aku makan bersama sanak keluarga. Sepertiga lagi kusisihkan untuk benih pada musim sekarang.” [ ]
SyekhHafidz Syarafuddin ad Dimyati (613-705 Hijrah), penulis kitab “Al Matjarur Rabih fi Tsawabilil Amalish Shalih”, menjelaskan, kisah di atas bersumber dari hadits sahih riwayat Imam Muslim.