SolilokuiVeritas

Keadilan untuk Transgender, atau Keadilan untuk Semua?

Bukan hanya Khelif yang dianggap kontroversial di arena tinju Olimpiade Paris. Ada pula Lin Yuting dari Taiwan. Lin memenangkan kejuaraan dunia IBA pada 2018 dan 2022. Tetapi badan tersebut mencabut medali perunggunya tahun lalu karena mereka mengklaim dirinya tidak “memenuhi persyaratan kelayakan dalam tes biokimia”.

Oleh     :  Darmawan Sepriyossa

JERNIH–Langkah kaki Angela Carini masih sangat yakin saat petinju perempuan Italia yang bertanding di kelas featherweight 57 kilogram Olimpiade Paris itu mendatangi lawannya, Imane Khelif, dari Aljazair. Namun, hanya sekali bertukar pukulan, sebuah long hook kanan Khalif segera mengubah keadaan. Carini yang terpukul di hidung tertegun sejenak, berhenti. Lalu ia berbalik menghadap sudutnya sambil mengacungkan tangan kiri. Petinju Italia itu mengundurkan diri.

Carini menyerah dari laga di detik ke-46 alias semenit pun kurang. Konon, dalam pengakuannya, ia “mengalami rasa sakit yang intens di hidung” akibat pukulan Khelif. Di atas ring North Paris Arena itu Carini terlhat terduduk dan menangis. Sebelumnya, ia bahkan menolak berjabat tangan dengan Khelif, usai wasit mengangkat tangan kemenangan petinju Aljazair itu.

Darmawan Sepriyossa

“Saya merasakan rasa sakit yang parah di hidung,”kata Carini kepada wartawan. “Dengan kematangan seorang petinju saya mengatakan ‘cukup’ karena saya tidak ingin…saya tidak bisa menyelesaikan pertarungan.”

Tentang keputusannya cabut dari pertarungan, Carini berkomentar. “Saya patah hati karena saya seorang petarung,” kata dia. “Ayah saya mengajari saya untuk menjadi seorang pejuang. Saya selalu melangkah ke dalam ring dengan kehormatan, dan selalu melayani negara saya dengan loyalitas. Kali ini saya tidak bisa melakukannya. Saya (merasa) tidak bisa bertarung lagi, dan karena itu saya mengakhiri pertarungan.” Wartawan melihat ada bercak darah di celananya.

Namun saat ditanya wartawan tentang penilaiannya atas Khelif, Carini menjawab dia tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan boleh-tidaknya Khelif bertanding. Ia juga mengaku tidak keberatan untuk melawannya. “Saya di sini tidak untuk menghakimi atau memberikan penilaian,” kata Carini. “Jika seorang atlet bersikap seperti ini (curang), soal hal itu tidak benar atau benar, bukan hak saya untuk memutuskan. Saya hanya melakukan tugas saya sebagai petinju. Saya naik ring dan bertarung. Saya melakukannya dengan kepala tegak, dan hati yang hancur karena tidak bisa menyelesaikan hingga akhir.”

                                                ***

Jika laga tersebut mungkin akan memantik masalah, itu tidak menjadi yang pertama dialami Imane Khelif, lawan Carini yang memenangkan pertarungan tersebut. Pada kejuaraan dunia tinju 2023, Khelif didiskualifikasi setelah gagal dalam tes kelayakan gender. Apa hasil tes itu, hingga saat ini belum ada media yang menulisnya dengan pasti. Bahkan Organisasi Tinju Amatir Dunia (International Boxing Association/IBA) sendiri menolak menjelaskan detil hasil tes tersebut. Yang pasti, di sisi Khelif pun tidak ada indikasi bahwa dia mengidentifikasi dirinya sebagai transgender.

Khelif adalah petinju amatir yang penuh prestasi. Ia memenangkan medali perak di kejuaraan dunia IBA 2022. Namun IBA pula yang tahun lalu mendiskualifikasinya dari kejuaraan, sesaat sebelum Khelif maju bertarung untuk memperebutkan medali emas. Saat itu IBA mengklaim soal tingginya tingkat testosteron Khelif.

Bukan hanya Khelif yang dianggap kontroversial di arena tinju Olimpiade Paris. Ada pula Lin Yu‑ting dari Taiwan. Kedua disorot begitu intens terkait kehadiran mereka di Paris, setelah bertahun-tahun mereka “aman-aman saja” bertarung amatir. Lin memenangkan kejuaraan dunia IBA pada 2018 dan 2022. Tetapi badan tersebut mencabut medali perunggunya tahun lalu karena mereka mengklaim dirinya tidak “memenuhi persyaratan kelayakan dalam tes biokimia”. Apa itu? IBA menolak menjelaskan.

Khelif dan Lin juga sama-sama menjadi atlet Olimpiade Tokyo, tanpa kontroversi apa pun. Untuk Olimpiade Paris, keduanya juga mendapatkan izin bertanding dari gugus tugas Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Tentang sengkarut publisitas yang cenderung merugikan atlet mereka, Komite  Olimpiade Aljazair mengeluarkan pernyataan pada Rabu (31/7) lalu. Mereka mengutuk apa yang mereka sebut “kebohongan” dan “penargetan yang tidak etis dan mencemarkan nama baik atlet kami yang terhormat, Imane Khelif, dengan propaganda tanpa dasar dari beberapa media asing.”

Urusan ini juga tampaknya tidak akan mudah “dilokalisasi” hanya di Paris. Pasalnya, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, juga sudah ikut bergabung dalam wacana. Meloni Kamis (1/8) lalu mengunjungi permukiman atlet Italia di Desa Olimpiade. Saat itu ia menyuarakan kritik tentang pertemuan Carini dengan Khelif di ring. Menurut Meloni, dirinya sejak 2021 menentang membiarkan atlet dengan karakteristik “genetik laki-laki” bertanding melawan wanita. “Kita harus berhati-hati dalam upaya untuk tidak mendiskriminasi bahwa kita sebenarnya mendiskriminasi hak-hak perempuan,” kata Meloni.

Menurut Meloni, dunia harus menjamin hak-hak atlet dengan lebih baik, sehingga mereka bertanding di arena yang setara. “Dalam hal ini, tak hanya penting dedikasi, pemikiran dan karakter Anda. Tetapi juga penting soal kesetaraan kekuatan Anda,” kata Meloni.

Sikap IOC sendiri terang benderang. Selasa (30/7) lalu badan tersebut membela hak Khelif, Carini dan Lin untuk bertanding. Pada pertandingan tinju, di Olimpiade tahun ini tercatat 124 pria dan 124 wanita siap bertanding di Paris. “Semua yang bertanding dalam kategori wanita mematuhi aturan kelayakan kompetisi,” kata Juru Bicara IOC, Mark Adams. “Mereka adalah wanita dalam paspor mereka, dan dinyatakan bahwa mereka adalah perempuan.”

Sikap IOC itu dalam keputusan kelayakan untuk petinju itu didasarkan aturan terkait gender yang berlaku di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. IOC bertanggung jawab langsung atas cabang tinju di Paris karena IBA telah dilarang sejak dua Olimpiade terakhir. Konon, urusan itu terkait masalah tata kelola selama bertahun-tahun, kurangnya transparansi keuangan, dan banyaknya dugaan kecurangan dalam penilaian dan perwasitan. IOC mencabut status hak penyelanggaraan Olimpiade dari IBA,  yang dipimpin presidennya, Umar Kremlev, asal Rusia.

Dalam urusan Carini-Khelif, IBA Rabu lalu mengklaim bahwa Khelif dan Lin tahun lalu tidak menjalani “pemeriksaan testosteron”, tetapi “mengikuti tes terpisah dan diakui” yang hasilnya membuat mereka didiskualifikasi itu. Secara tegas IBA mengatakan, tes tersebut “tetap rahasia”, dan menolak menjelaskannya.

IOC sendiri bukan tak punya garis tegas terkait atlet transgender ini. Mereka memang tidak memiliki aturan spesifik yang melarang partisipasi atlet transgender, tetapi memberikan panduan 12 poin yang menekankan pentingnya keadilan dalam kompetisi. Salah satu panduan penting, bahwa atlet yang ingin bersaing dalam kategori perempuan harus telah menyelesaikan transisi mereka sebelum usia 12 tahun.

[nbcnewyork.om dan sumber-sumber lain]

Check Also
Close
Back to top button