Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Hidup, Antara Pilihan, Candu dan Risalah yang Kita Tinggalkan

Hidup itu risalah: antara peduli atau mementingkan kepentingan pribadi. Tersimpul menaklukan sekaligus melayani dunia atas nama makna atau menikmati kelezatan ego bagi sebuah potret runyam.

JERNIH–Saudaraku,

Hidup itu pilihan:

antara bertahan atau merelakan. Bersikukuh atau bersyukur. Merayakan kegetiran beriringan air mata atau memestakan keceriaan bersama tawa.

Deden Ridwan

Hidup itu tintingan:

antara bergerak maju atau terperangkap masa lalu. Berasak melampaui batas-batas imajinasi atau terjebak pesona menertawakan diri-sendiri dalam ruang sejarah.

Hidup itu candu:

antara menerima kenyataan atau mengabaikan. Mengamini kesaksian atau mencemaskan. Mengendahkan keikhlasan beriringan cahaya langit atau pamrih serempak para pecundang.

Hidup itu sebaran:

antara menyerah atau tetap berjuang meraih kesempatan. Mengambau pada batas-batas kesadaran atau menubuhkan ruang-ruang kreativitas tanpa titik.

Hidup itu risalah:

antara peduli atau mementingkan kepentingan pribadi. Tersimpul menaklukan sekaligus melayani dunia atas nama makna atau menikmati kelezatan ego bagi sebuah potret runyam.

Sadarlah. Sebelum berangkat menuju tujuan yang engkau pilih, ada ruang-waktu untuk berhenti dan berpikir sejenak. Di dalam masa transit itu, engkau bisa menyelami setiap gerak, merenungkan jejak, mengindahkan kebebasan semata meneguhkan kebijakan. Yakinlah, setiap pilihan dan putusan, akan engkau rasakan sendiri senafas kesibukan.

Saudaraku, demi mengawal kecintaan. Tinggalkanlah hal-hal yang menyakitkanmu. Bertemanlah dengan orang-orang saleh, walaupun engkau akan sulit mendapatkannya. Bermusyawarahlah tentang urusanmu dengan para bijak di bawah getaran Sang Mahacinta. Hanya dengan cara itu, setiap pilihanmu akan memantulkan aura cinta pada semesta. [Deden Ridwan]

Check Also
Close
Back to top button