“Percikan Agama Cinta”: Ketika Kebencian Menghapus Akal
Bahkan engkau sengaja ciptakan seteru-seteru itu merambat di setiap sudut demi merawat egomu. Engkau tidak melihat musuh-musuhmu itu, kecuali hanya keburukannya. Padahal di balik kenistaan udu-udumu itu tersimpan kearifan.
JERNIH– Saudaraku,
Tabiat manusia itu ternyata cenderung mencintai dirinya sendiri. Menjalar. Dari diri sendiri lalu bergeser ke lingkaran keluarga atau kelompok terdekat. Membentuk lapisan kroni-egomu yang eksklusif.
Setiap pagi engkau memburu harta. Sore hari engkau menghitungnya. Demi menumpuk banda, engkau halalkan segala cara. Lalu, engkau rayakan harta itu dengan penuh kecongkakan di hadapan-Nya. Segala perintah-perintah-Nya, engkau abaikan. Maka, engkau tidak melihat kecuali hanya kebaikan-kebaikan diri dan kelompokmu.
Dengan watak itu, engkau cenderung membenci orang-orang yang memusuhimu. Bahkan engkau sengaja ciptakan seteru-seteru itu merambat di setiap sudut demi merawat egomu. Engkau tidak melihat musuh-musuhmu itu, kecuali hanya keburukannya. Padahal di balik kenistaan udu-udumu itu tersimpan kearifan.
Ketahuilah. Sekujur kebahagiaan sungguh ada pada ketaatan kepada-Nya tatkala engkau mampu menangkap kewangian dari mana pun. Seluruh keutamaan ada pada saat engkau bermuamalah dengan seluruh makhluk-Nya tanpa perbalahan.
Ingatlah. Permusuhan ibarat api di hadapan kenikmatan. Pertengkaran akan melahap kesedapan sebagaimana api melahap kayu bakar. [Deden Ridwan]