“Percikan Agama Cinta”: Memahami Fisiognomi,Kala Ider, Pranatamangsa dan Sejenisnya
Lema wadzkuru dalam ayat itu, identik dengan zikir. Ya, berzikirlah kapan dan di mana saja–dalam kondisi yang bagaimana pun juga. Bilamana engkau mengingat-Nya, niscaya Dia akan melimpahimu dengan Rahmat dan Ridha. Bukankah itu adalah keberuntungan yang nyata?
JERNIH– Saudaraku,
Seorang sahabat bertanya pada kami tentang ilmu fisiognomi atau seni memahami karakter manusia melalui media wajahnya.
“Apakah pengetahuan itu bisa dipercaya alias teruji secara ilmiah? Juga apa hubungannya dengan keberuntungan? Pun hoki keberuntungan itu, bisakah dipercaya?”Pertanyaan tersebut cukup mengganggunya, dan bisa jadi juga engkau alami.
Lantaran tertantang menjawab, alhasil kami pun mencoba menjelaskannya secara sederhana. Sejauh ini, fisiognomi memang belum teruji secara ilmiah. Pengetahuan jenis ini lebih tepat disebut khazanah. Dalam kebudayaan negeri kita juga ada semacam itu. Dinamakan Kala Ider, Pranatamangsa, Weton, dan turunannya. Sudah ribuan tahun diamini dengan pengamatan panjang.
Ketahuilah. Kelahiran anak manusia pada waktu tertentu, jelas berpengaruh pada kesialan serta keberuntungan. Dampak dari perbuatan buruknya dalam laku lampah kehidupan pun, berbuah seiring perjalanan waktu. Sangat dinamis.
Simaklah. Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitab “Marâh Labîd”, mengutip sebuah perkataan yang dinisbatkan kepada Sayyidatina Aisyah radliyallâhu ‘anhâ:
“.. tidaklah seorang muslim terkena sakit dan kepayahan, termasuk ketika terkena duri dan tali sandal jepitnya terputus, kecuali disebabkan suatu dosa, dan dosa yang dimaafkan Allah lebih banyak.” (Beirut: Darul Fikr, 2007], juz I, hal. 179).
Yakinlah. Manusia lahir memang membawa takdirnya masing-masing. Tentu takdir ini terkait dengan kebebasan (free will) dan ikhtiar. Sebagai manusia, engkau bisa memilih: jalan keburukan atau kebaikan. Namun, apa pun itu, Allah jua yang menentukan. Termasuk nafas yang mengalir ke dalam tubuh, pertumbuhan sel, dan kehancurannya kelak.
Jika wajah seseorang ditengarai membawa kesialan tertentu, engkau perlu merenung sejenak. Bukankah Allah itu Mahabaik? Benar, Dia mencintai kebaikan untuk setiap hamba-Nya. Allah itu Mahaindah. Dia mencintakan keindahan untukmu dalam setiap gerak-nafas. Mustahil Allah, Sang Mahacinta, melabeli seseorang dengan hal-hal buruk atau sial.
“Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, itu dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri…” (QS, 4: 79).
Lagipula bukankah rukun iman keenam itu berbunyi, segala baik-buruk itu terjadi atas kehendak-Nya? Jikalau engkau hendak terhindar dari kesialan, pahamilah ayat di bawah ini secara baik, lagi benar.
“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak mungkin supaya kamu beruntung.” (QS, 62: 10).
Pahamilah. Lema wadzkuru dalam ayat itu, identik dengan zikir. Ya, berzikirlah kapan dan di mana saja–dalam kondisi yang bagaimana pun juga. Bilamana engkau mengingat-Nya, niscaya Dia akan melimpahimu dengan Rahmat dan Ridha. Bukankah itu adalah keberuntungan yang nyata? Maka menjadi wajar kiranya, jika Rasulullah SAW diundang menghadap-Nya pada perjalanan malam nan agung.
Saudaraku, jangan percaya ramalan yang berbau takhayul. Teruslah engkau beredar di muka bumi dengan penuh keceriaan dan optimistik. Tebarkan kebaikan tanpa henti walaupun hanya secuil. Pastilah, orang-orang terdekatmu, baik di rumah maupun di kantor, selalu menaburkan aura keberkahan. Selama engkau selalu berpikir positif tentangnya dan saling-percaya. Pun silih mengingatkan dalam kebajikan dan kesabaran. [Deden Ridwan]