“Percikan Agama Cinta”: Padi Bernas Abu Hanifah
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/abu-hanifah.jpg)
“Zaid bin Kumait, ia mendengar seseorang berkata kepada Imam Abu Hanifah: “Bertakwalah kepada Allah.” Demi mendengar itu, Imam Abu Hanifah gemetar, wajahnya pucat pasi, dan kepalanya menunduk. Kemudian ia berkata, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Betapa manusia sangat membutuhkan seseorang yang berkata seperti ini kepada mereka setiap saat.”
JERNIH– Saudaraku,
Simaklah. Kitab suci Al-Quran surah Al-Maidah [2] ayat 2 menyatakan, “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Ketahuilah. Dalam kitab “Siyar A’lam al-Nubalâ’, Imam al-Dzahabi mencatat sebuah peristiwa saat Imam Abu Hanifah disuruh bertakwa oleh seseorang. Berikut riwayatnya:
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/deden-Ridwan2.jpg)
“Zaid bin Kumait, ia mendengar seseorang berkata kepada Imam Abu Hanifah: “Bertakwalah kepada Allah.” Demi mendengar itu, Imam Abu Hanifah gemetar, wajahnya pucat pasi, dan kepalanya menunduk. Kemudian ia berkata, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Betapa manusia sangat membutuhkan seseorang yang berkata seperti ini kepada mereka setiap saat.” (Siyar A’lam al-Nubalâ’, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1982, juz 6, h. 400).
Sadarlah. Imam Abu Hanifah bukan manusia sembarangan. Beliau ulama besar. Keilmuan dan akhlaknya begitu termasyhur. Menghabiskan hampir seluruh usianya untuk belajar dan mengajar. Meski demikian, peristiwa dalam kisah di atas masih bisa terjadi, bahkan pada masyaikh seperti Imam Abu Hanifah.
Renungkanlah. Daya tarik kisah di atas adalah tanggapan Imam Abu Hanifah terhadap ucapan sosok misterius tersebut. Ketika mendengar kalimat, “bertakwalah kepada Allah”, sekujur tubuhnya gemetar, wajahnya pucat pasi, dan pandangannya menunduk. Menariknya, semua itu terjadi bukan karena amarah dan ketersinggungan, tapi karena ia benar-benar merasakannya. Ia sungguh benar menganggap ucapan tersebut sebagai nasihat.
Selamilah. Sungguh, Imam Abu Hanifah adalah ulama besar yang tak perlu diragukan keilmuannya. Ia adalah pendiri Mazhab Hanafi, salah satu dari empat mazhab fiqih yang paling masyhur. Menurut banyak riwayat, Imam Abu Hanifah mengkhatamkan Al-Quran sebanyak tujuh ribu kali, dan hampir tidak pernah tidur malam karena sibuk beribadah. Demikian lanjutan karangan Imam al-Dzahabi dalam juz 6, h. 399-401.
Sementara kita, tak lebih dari zarah semata di semesta kehidupan yang kian tak terpahami ini…[Deden Ridwan]