Rahasia Seorang Budak
Cahaya itu menetap hingga fajar terbit. Setelahnya, si tuan bergegas mendatangi istrinya dan mengabarkan peristiwa aneh yang baru saja ia saksikan.
JERNIH—Pada zaman dulu, seorang pria berkeluarga membeli seorang budak belia untuk mengabdi, membantunya di rumah.
Di hari pertama, sang budak itu berkata,”Tuanku, saya hanay memohon tiga syarat. Pertama, bila tiba waktu shalat, janganlah larang saya menunaikannya. Kedua, pekerjakan saya hanya pada siang hari. Ketiga, beri saya sebuah gubuk yang tak seorang pun boleh memasukinya kecuali saya.”
Selesai dengan syaratnya, sang budak mengelilingi pekarangan rumah tuannya itu. Sampai akhirnya ia mendapatkan sebuah gubuk bermihrab.
“Ah, mengapa kau memilih gubuk yang bermihrab itu?” tanya tuannya keheranan.
“Tuanku, sejauh pengetahuan saya, gubuk yang bermihrab adalah tempat yang baik untuk mengabdikan diri kepada Allah.”
Begitulah, dia mulai membaktikan dirinya untuk keluarga tersebut dan menghabiskan malam-malamnya sendiri di gubuk bermihrab itu.
Pada suatu malam, tuan rumah mengadakan pesta mabuk-mabukan dan perjudian. Malam pun semakin larut, gelap dan sunyi. Pesta pun akhirnya usai dan tuan rumah menyempatkan diri berkeliling di pekarangan rumahnya setelah para tamu pergi.
Tiba-tiba ia tertegun menyaksikan seberkas cahaya dari angkasa jatuh tepat di atas gubuk budaknya. Di dalam sana, ia melihat budaknya tengah bersujud dan berdoa kepada Allah SWT.
“Duhai Tuhanku…Di siang hari hamba diwajibkan untuk melayani kebutuhan tuanku. Andai hamba tidak repot, niscaya hamba hanya mengabdi pada-Mu siang dan malam. Maka Tuhanku, jadikanlah urusan itu sebagai uzur hamba kepada-Mu..”
Cahaya itu menetap hingga fajar terbit. Setelahnya, si tuan bergegas mendatangi istrinya dan mengabarkan peristiwa aneh yang baru saja ia saksikan.
Keesokan harinya, menjelang malam, mereka medatangi gubuk budak itu. Alangkah terkejutnya mereka kala melihat cahaya itu lagi, seperti malam sebelumnya.
Saat terbit fajar, mereka memanggil budaknya itu.
“Sejak saat ini kami membebaskanmu, agar kau tak terganggu lagi untuk berhubungan dengan Tuhanmu.”
Sang budak terharu. Dia lalu mengangkat kedua tangannya dan bermunajat,” Ya Allah, hamba selalu memohon pada-Mu agar rahasia keadaan hamba jangan Engkau singkapkan. Maka, setelah Engkau menyingkapkannya…”
Belum sempurna doa budak itu, ia segera pingsan. Beberapa saat kemudian ia pun wafat. Innalillahi wa inna ilahi raajiuun…
Rupanya sang budak selalu berusaha untuk merahasikan ibadah malamnya, namun Allah Yang Maha Berkehendak punya rencana lain. [dsy]
Dari “An Nawadir”, Syekh Shihabuddin Al-Qalyubi. Penerbit Misbah, 2004.