Solilokui

Sekian Masalah, Satu Solusi

Ya Syekh, mengapa Anda menjawab dengan kalimat yang sama untuk pertanyaan atau masalah yang berbeda-beda. Apakah Anda tidak memiliki jawaban lain?”

Oleh   : Ade Sudaryat

JERNIH– Seorang pria paruh baya datang berkonsultasi kepada Hasan al- Judwibah. Ia mengadukan berbagai masalah kehidupan yang tengah dihadapinya. Kemudian al Hasan menjawab singkat, “Bacalah istighfar!”

Masih pada hari yang sama datang pula seseorang yang meminta solusi atas kefaqiran yang tengah dihadapinya. Al-Hasan pun hanya menjawab singkat, “Bacalah istighfar!”

Datang lagi seseorang yang mengadukan masalahnya, yakni ingin memiliki keturunan. Seperti jawaban sebelumnya Al-Hasan menyuruh orang tersebut untuk membaca istighfar.

Menjelang sore datang lagi seseorang yang mengadukan permasalahannya. Ia mengalami gagal panen karena kekeringan. Tanaman kurmanya tak berbuah. Orang itu pun mendapatkan jawaban seperti orang-orang sebelumnya, yakni “Bacalah istighfar!”

Orang-orang yang ada di sekeliling Al-Hasan merasa heran dengan jawaban yang sama untuk pertanyaan yang berbeda-beda. Salah seorang di antara mereka bertanya, “Ya Syekh, mengapa Anda menjawab dengan kalimat yang sama untuk pertanyaan atau masalah yang berbeda-beda. Apakah Anda tidak memiliki jawaban lainnya?”

“Justru itulah jawaban yang paling tepat. Banyaknya masalah yang tengah kita hadapi, solusinya cukup satu saja yakni, memperbanyak membaca istighfar.”

Kemudian Al-hasan membaca surat Nuh : 10-12, “Maka Aku berkata kepada mereka, ‘Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (Abu Bakar al Qurthuby, Tafsir al Qurthuby, Jilid ke-21 : 253).

Hakikat dari istighfar adalah mengevaluasi segala perbuatan yang telah kita lakukan. Jika perbuatan kita bertentangan dengan aturan-Nya, maka jalan terbaik adalah bertobat kepada-Nya. Cara tobat yang paling utama adalah membaca istighfar diiringi perasaan menyesal yang mendalam .

Jika kita tidak melakukan tobat, dosa-dosa yang kita lakukan, lambat laun akan mengotori hati,  menghalangi rezeki,  dan segala keberuntungan hidup kita di du-nia bahkan di akhirat kelak. Tidaklah suatu musibah atau kesulitan hidup menimpa kita, kecuali karena dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Karena itu, ketika musibah atau kesulitan hidup menimpa kita, yang paling pertama harus kita lakukan adalah muhasabah, mengevaluasi perilaku kita, menyadari akan kesalahan dan kekeliruan yang telah kita lakukan.

Hampir empat puluh hari, Nabi Yunus a.s menghadapi kesulitan. Ia berada di dalam perut ikan besar di dasar samudera yang gelap. Selama berada di dalam perut ikan, ia mengevaluasi diri, mengakui dosa dan kelemahan diri, kemudian berzikir memohon ampun kepada Allah. Setelah melakukan tobat dan zikir, ia  mendapatkan solusi dari masalah yang tengah menghimpitnya. Ia bisa keluar dari dalam perut ikan yang sangat besar tersebut.

Setiap saat, berbagai kesulitan dan musibah akan selalu mewarnai rona kehidupan kita. Berikhtiar secara lahiriyah merupakan upaya yang baik untuk mencari solusi dari masalah yang tengah kita hadapi, namun jangan melupakan ikhtiar batiniyah, yakni istighfar, menyadari akan dosa dan kekeliruan yang kita perbuat agar solusi yang kita dapatkan benar-benar memecahkan masalah yang kita hadapi. [  ]

Cisurupan Garut, 11 Juli 2020.

Ade Sudaryat adalah seorang penulis Lepas, Ketua Lembaga Dakwah Islam “Abata”. Tinggal di Cisurupan, Garut, Jawa Barat

Back to top button