Solilokui

Sepucuk Surat Ibu Peri: Pentingnya Berharap dan Beriman

Irene mengajarkan pada saya bahwa memiliki seorang anak adalah membiarkan dia tumbuh, menyiraminya dengan kasih walau berulang kali dia melakukan kesalahan fatal.

Penulis: Maria Rosa Tirtahadi

JERNIH-Pada 3 Mei 2001 seorang bayi berusia tiga hari diserahkan padaku oleh kedua orang tuanya dan seorang pekerja sosial RS Baromeus.

Ayahnya orang Spanyol asli. Pelatih suatu tempat fitness di Bandung. Ibunya karyawati BRI di Bandung. Keduanya berjanji akan menikah kemudian mengambil anak mereka untuk merawatnya.

Namun janji tinggal janji. Mereka tak pernah kembali dan tidak bisa dihubungi. Saya memberi anak ini nama IRENE RENATA.

Seiring berjalannya waktu…Irene tumbuh menjadi anak yang periang. Pandai menari balet dan mempunyai suara yang sangat bagus dan pandai main sepak bola. Menonjol di tim futsal puteri dimana dia jadi anggotanya sejak usia SMK. Di usia 12 tahun ia sudah punya pacar dan pernah meminta ijin untuk tinggal bersama pacarnya. (Tentu tidak terjadi).

Di usia 16 tahun dia mulai tidak terkendali. Sekolahnya di SMK BARANANGSIANG terpaksa terhenti karena ia sering bukan sekolah tapi nongkrong di warung-warung dekat terminal. SPP dipakainya untuk minum-minum dan jajan. Tindakan keras terpaksa kami ambil. Ikut paket C dan tidak usah sekolah lagi.

Diapun memilih tetap menekuni balet dan membantu menjaga adik adiknya.

Setelah berhenti sekolah Irene berangsur menjadi lebih tenang. Jarang mau pergi tapi juga malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hal yang sangat positif adalah ia sangat disukai adik-adiknya dan sabar membimbing belajar adik-adiknya.

Sifat malasnya sungguh menguji kesabaran saya. Malas membersihkan kamarnya bahkan kadang malas untuk mengurus dirinya sendiri.

Pada 11 September 2021 dia bergabung dengan anak-anak kami yang lain mendirikan usaha boba . Usaha boba ini diusianya yang belum berusia 1 tahun berkembang dengan juga usaha rokus dan crofel. Tapi Irene tetaplah Irene yang sering seenaknya sendiri. Bermalas-malasan ketika jaga warung dan tidak ada pelanggan. Sering lalai membereskan alat alat.

Sebagai ibunya, dengan berat hati saya mengambil tindakan cukup keras. Saya katakan padanya “kamu tidak bisa berkembang kalau terus berada dan bekerja di panti ini. Mulailah melamar di luar” Dengan air mata dia mengatakan “ya” tapi tidak melakukannya.

Akhirnya saya coba memasukkannya bekerja disalah satu vendor PT Trakindo. Irene juga harus kost. Dan dia setia ijin untuk pulang ke panti tiap hari Jumat. Dia WA saya tiap jumat :” bu Irene hari ini ijin pulang panti ya” walau saya pernah tegaskan pada dia. “Tidak usah ijin. Ini rumahmu always welcome in your home”

Kedewasaannya mungkin agak datang terlambat. Tapi bagi seorang ibu tak ada kata terlambat bagi anaknya. Irene sekarang berusia 21 tahun.

Pada 6 September 2022 lalu, dia membuat saya seharian menangis. Hari Selasa (Senin dia ijin untuk urus atm) itu dia pergi tanpa pamit tatap muka sama saya. Dia minta adiknya menyampaikan amplop dan surat.

Tiba-tiba saya merasa sangat terberkati sekaligus bersalah. Terberkati karena Tuhan memberikan seorang Irene pada saya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Mempunyai anak seperti Irene mengajari saya untuk selalu memaafkan dan memberi kesempatan baru pada seorang anak. Irene mengajarkan pada saya bahwa memiliki seorang anak adalah membiarkan dia tumbuh, menyiraminya dengan kasih walau berulang kali dia melakukan kesalahan fatal.

Saya merasa bersalah karena saya sadar betapa sering saya menyakiti hatinya dengan kata kata: “Mau jadi apa kamu? Kenapa kamu begitu bodoh untuk melakukan kesalahan yang sama?“ Dan hal ini yang membuat saya menangis.

Tapi dibalik kesedihan saya dengan uang 400 ribu yang Irene berikan pada saya, saya yakin ia ingin berkata :  “Aku sudah  memaafkan ibu”.

Dan hubungan ibu dan anak diantara kami tetap terjalin baik. Kehadiran seorang anak hasil hubungan bebas dari dua kebudayaan berbeda dalam hidupku dan hidup keluarga besar kami telah mengajarkan saya betapa pentingnya berusaha selalu berpikir positif dan beriman pada Dia bahwa segalanya akan menjadi baik.

Desa Tonjong 9 September 2022.

Penulis adalah pemilik dan pengelola Panti Asuhan Yayasan Awan Bina Amal Sejati (ABAS), Tonjong Bogor dengan jumlah penghuni 15 lansia, anak-anak dan remaja 29 orang dan balita 9 orang.

Back to top button