SolilokuiVeritas

Zohran Mamdani Menang! Anak Imigran Progresif Kini Walikota New York

Kemenangan Zohran Mamdani merupakan simbol kuat bagi kebangkitan politik progresif, representasi minoritas, dan tantangan terhadap status quo politik di jantung kota metropolitan Amerika Serikat.

JERNIH – Sejarah tercipta di New York City. Zohran Mamdani (34), politikus muda dari Partai Demokrat dan Sosialis Demokrat Amerika (DSA), telah memenangkan Pemilihan Wali Kota New York 2025. Kemenangannya tidak hanya menjadikannya Wali Kota termuda dalam lebih dari satu abad, tetapi juga mengukir sejarah sebagai Wali Kota Muslim pertama di salah satu kota terpenting dunia tersebut.

Mamdani, yang dikenal dengan platform progresif radikal dan fokus pada isu-isu rakyat, berhasil menumbangkan tokoh politik mapan dan mengabaikan serangan keras dari tokoh nasional.

Lahir sebagai Zohran Kwame Mamdani di Kampala, Uganda pada tahun 1991, Mamdani membawa latar belakang yang sangat beragam. Ia adalah putra dari akademisi ternama Mahmood Mamdani dan sutradara film terkenal Mira Nair. Walaupun berasal dari keluarga India-Amerika, Zohran dibesarkan di Afrika Selatan sebelum akhirnya menetap di New York City saat berusia tujuh tahun.

Mamdani lulus dari Bronx High School of Science dan meraih gelar sarjana dalam Kajian Afrika dari Bowdoin College. Sebelum terjun ke politik, ia sempat bekerja sebagai konselor perumahan, membantu keluarga kelas bawah, serta menjajaki dunia film dan musik hip-hop. Karir politiknya dimulai sejak 2021, di mana ia menjabat sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York dari Queens. Kemenangannya ini diraih setelah mengalahkan petahana empat periode, menunjukkan momentum perubahan dari akar rumput.

Pengalaman pribadinya sebagai konselor perumahan dan aktivis di Queens membuat Mamdani sangat memahami krisis keterjangkauan hidup (cost of living) di New York. Kampanyenya yang berbasis komunitas berhasil menyentuh isu-isu mendasar dengan menawarkan solusi progresif.

Mengenai krisis perumahan, Mamdani mengusulkan pembekuan sewa dan meningkatkan akuntabilitas tuan tanah yang lalai. Untuk Transportasi Publik, ia mengusulkan layanan bus gratis di seluruh kota. Di ranah Kesejahteraan Sosial, ia menuntut layanan penitipan anak gratis dan pendirian toko kelontong milik pemerintah. Secara keseluruhan, kebijakan ini fokus pada kebutuhan masyarakat pekerja dan komunitas yang selama ini terpinggirkan demi mencapai Keadilan Sosial.

Perjalanan Mamdani menuju kursi Wali Kota diwarnai pertarungan sengit yang menandai pergeseran politik di Partai Demokrat. Ia berhasil memenangkan pemilihan pendahuluan (primary) Partai Demokrat secara mengejutkan dengan mengalahkan mantan Gubernur New York yang sangat dominan, Andrew Cuomo.

Meskipun berhadapan dengan Curtis Sliwa dari Partai Republik dan Cuomo yang maju sebagai independen dalam Pemilihan Umum, kemenangan Mamdani yang paling signifikan terletak pada keberhasilannya menangkis gelombang kritik dari tokoh nasional. Mantan Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyerang Mamdani, mencapnya sebagai “komunis gila” dan bahkan mengancam akan memotong dana federal ke New York jika Mamdani menang.

Menanggapi serangan tersebut, Mamdani membalas dengan tenang: “Ini bukan pertama kalinya Presiden Trump mengomentari saya… Saya mendorongnya, seperti saya mendorong setiap warga New York untuk mempelajari kebijakan saya yang sebenarnya untuk membuat kota ini terjangkau.”

Selain isu lokal, Mamdani juga menarik perhatian global karena sikapnya yang sangat vokal mendukung Palestina. Ia adalah pendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS).

Janji kontroversialnya untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika menginjakkan kaki di New York—sebuah retorika yang lebih bersifat simbolis mengingat yurisdiksi wali kota—semakin membakar semangat gerakan solidaritas Palestina di seluruh dunia.

Antusiasme New York

Kemenangan Mamdani adalah cerminan dari antusiasme akar rumput dan gelombang dukungan dari sayap progresif Partai Demokrat serta komunitas minoritas di New York.

Lihat saja berkat dia jumlah pemilih yang berpartisipasi dalam Pilwalkot 2025 tercatat melampaui angka 2 juta, angka yang belum pernah dicapai sejak tahun 1989. Tingginya angka ini, terutama setelah adanya rekor partisipasi pemilih awal (early voting), menunjukkan tingginya minat warga New York terhadap kontestasi ini.

Kampanye Mamdani digerakkan oleh puluhan ribu sukarelawan dan ratusan ribu donatur individu. Para pendukung melihatnya sebagai “kandidat dari rakyat” dan seorang “organisator” yang memahami perjuangan kelas pekerja.

Mamdani menarik dukungan kuat dari pemilih muda dan komunitas imigran/minoritas, termasuk komunitas Muslim dan Asia Selatan, yang melihatnya sebagai cerminan keberagaman mereka. Seorang pendukung berkomentar, “Zohran memahami kami. Dia milik kami. Dia berasal dari komunitas kami, komunitas imigran.”

Kemenangan ini menandai kemenangan bagi sayap progresif dan dianggap sebagai penolakan terhadap politik lama yang diwakili oleh tokoh-tokoh mapan seperti Andrew Cuomo. Hal ini dilihat sebagai “harapan atas tirani” dan keberanian untuk menuntut agenda yang ambisius terkait krisis biaya hidup.(*)

BACA JUGA: Calon Wali Kota New York Berjanji Perintahkan Penangkapan Netanyahu Jika Memasuki Wilayahnya

Back to top button