Setetes Embun: Bergembira adalah Pilihan
Dalam Tuhan KEGEMBIRAAN bisa muncul darimana saja, bagaikan setitik cahaya dalam kegelapan. Kegembiraan dalam pengharapan seringkali tidak memerlukan bukti yang terlihat, melainkan justru sebaliknya; kegembiraan adalah bukti bahwa Allah sedang bekerja dan merealisasikan kerinduan manusia.
Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR
JERNIH-Beberapa tahun yang lalu, The Reader’s Digest, sebuah majalah keluarga Amerika, menceritakan kisah tentang seorang wanita pebisnis yang menarik dan sukses yang melihat ada benjolan kecil di belakang telinganya saat dia sedang menyisir rambutnya pada suatu pagi. Seiring berjalannya waktu, dia menyadari benjolan itu semakin besar, jadi dia memutuskan untuk menemui dokter. Ketakutan terburuknya terbukti.
Dokter memberi tahu dia bahwa benjolan itu adalah tumor besar yang memerlukan pembedahan segera. Ketika dia terbangun setelah operasi, dia menemukan seluruh kepalanya terbungkus seperti mumi. Dia bisa melihat dirinya di cermin hanya melalui dua lubang kecil di bagian matanya.
Ketika perban dilepas setelah seminggu, dia terkejut melihat bahwa wajahnya yang tadinya menarik telah berubah bentuk karena kelumpuhan wajah yang mungkin disebabkan oleh kerusakan pada saraf wajah selama pengangkatan tumor.
Berdiri di depan cermin, dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia harus membuat pilihan apakah akan tertawa atau menangis. Dia memutuskan untuk tertawa.
Meskipun berbagai terapi yang dicoba tidak berhasil dalam meringankan kelumpuhan wajah, keputusannya untuk tertawa saat menghadapi kesulitan membuat wanita ini dapat menjalani hidupnya dengan gembira, memberikan semangat kepada mereka yang mengalami kelumpuhan serupa.
*
Hari Minggu Gaudete atau Hari Minggu Gembira saat ini bersumber bukan pertama-tama karena apa yang SUDAH atau SEDANG diperoleh, melainkan karena apa yang AKAN diperoleh. Itulah yang disebut GEMBIRA DALAM PENGHARAPAN.
Nabi Zefanya mengajak puteri Zion bersukacita karena pengharapan akan pembebasan Israel (Zef. 3,14). Ketika dia bernubuat, bangsa Israel sedang dalam pembuangan di Babilon. Saat itu mereka dalam keputus-asaan. Namun Zefanya tahu bahwa saat pembebasan akan segera tiba. Pembebasan pun bukan datang dari sahabat melainkan “orang asing dan kafir” yakni Raja Cyrus dari Persia. Kegembiraan yang ditawarkannya merupakan kegembiraan antisipatif. Gembira karena percaya walau nampak mustahil.
Ketika Paulus mengajak para muridnya untuk bergembira dalam Tuhan, dia sedang berada di dalam penjara. Harusnya dia susah, marah, jengkela atau sedih. Tapi dia justru mengajak mereka bersukacita. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” (Fil 4,4). Ini nampak tidak masuk akal tetapi keyakinan bahwa Tuhan akan segera menolong membuatnya bergembira dan melupakan penderitaannya. Bahkan dia mengajak orang lain bergembira bersamanya.
Kegembiraan bisa bersumber dari banyak hal. Termasuk yg tak terduga, atau yang nampak tidak masuk akal. Banyak juga orang berpikir bahwa kegembiraan harus selalu sejalan dengan akal sehat manusia. Dalam kenyataannya tidak demikian.
Dalam Tuhan KEGEMBIRAAN bisa muncul darimana saja, bagaikan setitik cahaya dalam kegelapan. Kegembiraan dalam pengharapan seringkali tidak memerlukan bukti yang terlihat, melainkan justru sebaliknya; kegembiraan adalah bukti bahwa Allah sedang bekerja dan merealisasikan kerinduan manusia.
Yohanes mengajak orang Israel bergembira karena akan datang Dia yang mengubah segalanya menjadi baik, Dia yang lebih hebat daripada Yohanes, Dia yang adalah Mesias.
Gembira dalam Tuhan tidak selalu berarti apa yang kita harapkan sesuai dengan kenyataan. Tidak. Justru apa yang didatangkan Tuhan, walau berbeda dengan harapan kita, yang disyukuri dan melahirkan kegembiraan.
Yesus nampak tidak sesuai dengan harapan Yohanes dan orang Israel pada umumnya. Mereka mengharapkan seorang Mesias politik yang datang dengan kekuasaan militer untuk mengusir bangsa Romawi. Ketika ideal macam itu tidak ditemukan muncul keraguan akan Dia sebagai Mesias. Tapi justru Mesias yang berbeda inilah yang kelak mendatangkan kegembiraan sejati.
Bergembiralah, bukan karena apa yang sudah ada, melainkan karena apa yang akan ada. Karena dengan cara itu kita menunjukkan kepercayaan kita akan kuasa Allah.
Use your SMILE to change the world – Don’t let the world change your SMILE. (Gunakanlah senyummu untuk mengubah dunia-Jangan biarkan dunia mengubah senyummu)
(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Rumah Retret Pilar Goa, India)