Setetes Embun: Bertahan
Menerima Yesus berarti menyamakan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Pikiran dan sikap-Nya, nilai-nilai yang diperjuangkan-Nya, cara Dia memandang dunia, harus juga menjadi cara kita ketika hidup sebagai orang beriman.
Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR
JERNIH-Pada masa penganiayaan komunis terhadap orang-orang Kristen di Eropa timur, pada suatu ketika sekelompok jemaat sedang berdoa secara rahasia. Tiba-tiba seorang tentara dengan senjata api mendobrak pintu dan masuk. Sambil menodongkan senjata kepada jemaat dia berkata:
“Barangsiapa di antara kalian bukan sungguh-sungguh orang kristen, sebaiknya keluar selagi masih ada kesempatan.”
Orang-orang berebutan keluar dari ruangan doa. Tapi sekelompok kecil anggota jemaat memilih bertahan dalam perasaan campur aduk. Antara takut sekaligus pasrah. Tentara itu lalu menutup pintu, menyimpan senjatanya lalu tersenyum sambil berkata:
“Saya juga pengikut Kristus. Tidak usah kuatir. Kalian lebih baik daripada mereka yang telah lari dan tak mampu bertahan.
Sikap sekelompok murid yang memilih bertahan kendati ancaman kematian adalah ungkapan nyata kata-kata Petrus dalam injil hari ini: TUHAN, KEPADA SIAPAKAH KAMI AKAN PERGI? Banyak murid yang mengundurkan diri karena kata-kata Yesus. Banyak yang berhenti di tengah jalan dan pulang. Tetapi Petrus dan sekelompok kecil memilih BERTAHAN.
Mengapa mereka mampu? Karena fokus mereka adalah Yesus. Ancaman, kebingungan, kekuatiran, kecemasan bahkan ketakutan akan selalu ada. Disitulah ujian yang sesungguhnya. Keinginan untuk mencari selamat sendiri yang sifatnya sementara membuat orang mudah lari ketika ada persoalan. Orang melihat masalah lebih besar daripada melihat Tuhan sendiri. Orang lupa bahwa Tuhan jauh lebih besar dan lebih hebat daripada masalah apa pun.
Menerima Yesus berarti menyamakan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Pikiran dan sikap-Nya, nilai-nilai yang diperjuangkan-Nya, cara Dia memandang dunia, harus juga menjadi cara kita ketika hidup sebagai orang beriman. Kita tak bisa mempunyai pilihan yang berbeda. Inilah yang disebut MENGIDENTIFIKASIKAN diri dengan Yesus.
Hanya kepada Yesus kita akan pergi. Hanya pada Dia kita akan menjumpai Yang Kudus dari Allah. Iman akan Yesus memampukan kita bertahan dalam situasi sesulit apa pun. Iman akan Yesus memampukan kita melakukan perbuatan-perbuatan luhur dan mulia bagi kemanusiaan. Perbuatan-perbuatan mulia dan luhur mendapatkan nilai dan arti untuk hidup kekal jika kita melakukannya dalam Tuhan.
Benar sekali bahwa IMAN tanpa perbuatan adalah mati. Tapi PERBUATAN tanpa iman hanya akan berakhir dengan KEMATIAN. Perbuatan dalam iman bernilai bukan hanya selama hidup di dunia tetapi juga setelah kehidupan di dunia ini berakhir. Perbuatan dalam iman akan menjadi sebuah kesaksian akan siapa diri kita dan siapa yang kita imani. Itulah yang membuat kita berbeda.
Betapa pun sulitnya HIDUP dan PERJUANGAN, tetaplah BERTAHAN. Betapa pun beratnya MASALAH dan PENDERITAAN, tetaplah BERTAHAN. Betapapun sakitnya penghinaan, tetaplah BERTAHAN.
Dan kunci untuk bertahan adalah FOKUS pada Yesus. Dari Dia-lah kita memdapatkan kekuatan untuk BERTAHAN.
(SETETES EMBUN, By P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris, Weetebula Sumba tanpa Wa).