Uncategorized

IPO: Debat Kandidat Jakarta 2024 tak Signifikan Pengaruhi Pilihan  

Menurut Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, yang menarik dari hasil survei tersebut, meskipun debat mendapatkan perhatian yang cukup besar, hanya 47% responden yang mengakui debat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan mereka.

JERNIH–Debat kandidat selalu menjadi momen penting dalam setiap kontestasi politik, tak terkecuali dalam Pilkada Jakarta 2024. Banyak yang memandang debat sebagai ajang bagi para kandidat untuk memperlihatkan kapabilitas, visi, dan misi mereka kepada publik.

Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah debat kandidat benar-benar mampu mempengaruhi pilihan politik warga Jakarta? Atau, mungkinkah debat hanya menjadi panggung gimik politik yang tidak memberikan pengaruh nyata pada hasil akhir?

Menurut survei yang dilakukan Indonesia Political Opinion (IPO), antusiasme warga Jakarta untuk mengikuti debat cukup tinggi. Sebanyak 41% responden mengaku menonton debat kandidat Pilkada Jakarta 2024, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Selain itu, sekitar 21% responden menyaksikan cuplikan debat melalui media sosial, memperlihatkan bagaimana media sosial telah menjadi kanal penting dalam penyebaran informasi politik.

Menurut Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, yang menarik dari hasil survei tersebut, meskipun debat mendapatkan perhatian yang cukup besar, hanya 47% dari responden yang mengakui debat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan mereka. “Faktor utama yang membuat kandidat dinilai meyakinkan adalah penampilan mereka yang bagus serta penyampaian visi dan misi yang jelas,” ujar salah satu responden.  Hal ini menunjukkan bahwa aspek visual dan retorika tetap menjadi elemen penting dalam menentukan seberapa meyakinkan seorang kandidat di mata publik.

Dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024, Ridwan Kamil dan Suswono menjadi pasangan yang paling diuntungkan dari sesi debat ini. Berdasarkan hasil survei, pasangan ini berhasil menarik perhatian 57,3% responden, sementara 52,6% responden menyatakan siap memilih mereka jika pemilihan dilakukan saat survei. Pramono Anung dan Rano Karno berada di posisi kedua dengan 27,1% suara, sementara Dharma Pongrekun dan Kun Wardana hanya mendapatkan dukungan dari 2,7% pemilih.

Namun, di balik angka-angka ini, terdapat fenomena lain yang menunjukkan bahwa debat bukan satu-satunya penentu dalam peta elektoral. Survei IPO juga menunjukkan bahwa politik uang masih menjadi bagian dari strategi kampanye yang signifikan. Sebanyak 48% responden menyatakan bahwa mereka bersedia menerima pemberian dari kandidat, meskipun hanya 24% yang mengaku akan memilih sesuai arahan pemberi​. Ini menggambarkan bagaimana politik transaksional masih memiliki pengaruh yang kuat dalam dinamika pemilihan kepala daerah.

Dari temuan survei ini, kita dapat melihat bahwa debat kandidat memang memiliki peran dalam membentuk citra publik seorang calon, namun belum sepenuhnya menjadi penentu utama dalam keputusan akhir pemilih. Faktor material dan kedekatan personal dengan warga, seperti pemberian sembako atau uang tunai, masih menjadi elemen penting yang mempengaruhi keputusan pemilih. Hal ini mencerminkan paradoks dalam sistem demokrasi di mana pemilih dihadapkan pada pilihan antara retorika yang disampaikan dalam debat dan kebutuhan sehari-hari yang sering kali menjadi prioritas.

Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi pilihan pemilih adalah rekam jejak kandidat. Sebanyak 31,6% responden menyatakan bahwa rekam jejak kandidat adalah informasi yang paling penting dalam menentukan pilihan, diikuti dengan visi dan misi sebesar 28%. Ini menandakan bahwa meskipun debat memberikan gambaran tentang visi seorang kandidat, pemilih tetap melihat masa lalu dan prestasi kandidat sebagai tolak ukur utama​.

Fenomena ini menunjukkan bahwa Pilkada Jakarta 2024 bukan hanya tentang siapa yang bisa berbicara paling meyakinkan di atas panggung, tetapi juga tentang bagaimana para kandidat mampu membangun koneksi dengan pemilih di luar arena debat. Sementara debat dapat membantu meningkatkan elektabilitas, elemen-elemen lain, seperti bantuan konkret dan rekam jejak, tetap memainkan peran krusial dalam menentukan hasil akhir.

Dengan situasi ini, pertanyaan besar yang muncul adalah: apakah debat akan tetap relevan sebagai penentu kemenangan, atau akan terus digeser oleh faktor-faktor lain seperti politik uang dan kedekatan personal? Pilkada Jakarta 2024 tampaknya akan menjadi ajang yang penuh dengan intrik dan strategi, di mana setiap langkah kandidat akan dipertimbangkan dengan seksama oleh publik yang semakin kritis. [rls]

Back to top button