Washington — Masih ingat kecelakaan Lion Air JT610 Boeing 737 MAX 8 di Laut Jawa, Oktober 2018, yang menewaskan 189 penumpang dan awak pesawat? Investigasi terbaru menyebutkan sejak 2016 dua pegawai Boeing tahu ada yang tak beres dengan sistem manuver otomatis pesawat dan berpotensi bencana.
The Washington Post memberitakan tahun 2016 dua pegawai kelas atas Boeing saling bertukar pesan singkat mengenai masalah pada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Sebelumnya, tim investigasi berulang kali mengatakan — kendati kerap secara keliru — MCAS membuat hidung pesawat menukik saat Boeing MAX 8 jatuh di Indonesia dan Ethiopia.
Mark Forkner, salah satu pegawai papan atas Boeing, menulis pesan singkat kepada pilot teknis Patrik Gustavsson bahwa masalah MCAS mengerikan. Forkner saat itu adalah kepala teknis pilot untuk Boeing 737.
Forkner berperan berperan besar dalam pembangunan Boeing 737 MAX 8. Pengungkapan pesan singkat kepada rekannya memperlihatkan dia telah mengecoh regulator Badan Penerbangan Federal AS (FAA).
“Jadi, saya sebenarnya berbohong kepada regulator,” tulis Forkner dalam pesan singkat itu.
Gustavsson membalas pesan singkat itu; “Itu bukan kebohongan, tidak ada yang memberitahu kita masalah ini.”
Percakapan Forkner dan Gustavsson di atas memperlihatkan Boeing sebenarnya telah mengidentifikasi masalah serius pada Boeing 737 MAX, bahkan ketika eksekutif perusahaan pesawat itu mengatakan telah mengikuti prosedur sertifikasi FAA yang menyatakan pesawat aman.
Boeing tidak menyerahkan salinan pembicaraan Forkner dan Gustavsson kepada pejabat FAA. Dalam pernyataan yang dirilis Jumat 19 Oktober 2019, Boeing mengatakan dokumen berisi pernyataan Forkner dan Gustavsson diberikan ke Kongres.
Boeing 737 MAX 8 tidak boleh terbang lagi sejak kecelakaan kedua di Ethiopia. Boeing saat ini masih memperbaiki perangkat lunak MCAS dan masalah lain, sebagai bagian proses sertifikasi ulang.
Stephen Dickson, administrator FAA, mengatakan telah berkirim surat kepada Dennis Muilenburg — CEO Boeing. “Saya mengharapkan penjelasan Anda secepatnya,” demikian isi surat itu.
Dickson mengatakan FAA kecewa Boeing tidak membawa dokumen berisi percakapan Forkner dan Gustavsson. Namun, lanjutnya, FAA setidaknya telah menemukan substansi dokumen itu.
Rincinya, pertukaran pesan singkat Forkner dan Gustavsson terjadi selama sepuluh menit ketika Boeing berusaha mendapatkan sertifikasi FAA, agar bisa segera menjual 737 MAX ke AS dan seluruh dunia. Sebagai pemberi sertifikasi, FAA terlibat dalam semua proses.
FAA tahu Boeing sedang berusaha mendapatkan sertifikasi, karena 737 MAX harus masuk pasar untuk bersaing dengan Airbus. Boeing mendapatkan sertifikat untuk 737 MAX, Maret 2017.
Dokumen juga berisi satu set email Forkner ke pejabat FAA. Dalam salah satu email Forkner menulis Boeing berniat menghapus referensi ke MCAS dari Manual Pengoperasian Kru Penerbangan.
“Saya perhatikan beberapa hal harus diubah,” tulis Forkner kepada salah satu pejabat FAA pada tahun 2017. “Hapus MCAS, ingat kami memutuskan tidak akan membahasnya di Manual Pengoperasian Kru Penerbangan, karena itu jauh di luar kantong operasi normal, atau apa yang biasa dihadapi pilot.”
Forkner kini pindah ke Soutwest Airline. Gustavsson mendapat promosi sebagai kepala pilot teknis. Boeing masih sibuk mendapatkan sertifikasi baru untuk 737 MAX, agar pesawat bisa kembali di jual ke seluruh dunia.