Crispy

Landhuis Berendrecht: Rumah Mewah tanpa Tuan Tanah

  • Landhuis Berendrecht dibangun setengah abad setelah Cornelis van Berendrecht, pemilik Langoed Berendrecht, meninggal dunia.
  • Ada ruang dansa dan ruang makan yang besar tempat anggota Dewan Hindia-Belanda berleha-leha.
  • Pada paruh kedua abad ke-19, Landhuis Berendrecht menjadi Weeskamer, atau rumah yatim piatu.

JERNIH — Sampai 1938, seperti terlihat dalam Batavia Sigai Meisai-zu — atau peta Batavia yang digunakan Jepang — nama Berendrechtslaan masih ada. Weeskamer, yang sebelumnya bernama Landhuis Berendrecht, terletak di seberang mulut Jl Batoetoelis dan dipinggir Molenvliet Oost.

Setelah Republik Indonesia berdiri, Berendrechtslaan berubah menjadi Jl Batuceper, Jakarta Pusat. Weeskamer tidak ada lagi. Gambar terakhir Weeskamer yang dikoleksi digitalcollections.universiteitleiden.nl bertahun 1930. Catatan kecil tentang landhuis itu masih bisa dibaca dalam Oude Buitenplaatsen van Batavia karya V.I. van de Wall.

Cornelis van Berendrecht

Berendrechtslaan berasal dari nama Landgoed Berendrecht milik Cornelis van Berendrecht, yang membentang dari Molenvliet Oost sampai ke Drosserspad atau Gang Petjenongan. Dalam Memoir Hendrik Zwaardecroon yang diterjemahkan Sophia Pieters, Van Berendrecht adalah petugas pajak Batavia yang menikahi Hillegonda — putri Gubernur Jenderal VOC Hendrik Zwardecroon.

Landgoed Berendrecht dikelola sebagai perkebunan kelapa dan sawah. Van Berendrecht membangun dua jalan pribadi untuk mengontrol perkebunannya. Namun ia tidak membangun rumah dan menetap di perkebunan itu, karena Drooserspad — arti harfiahnya tempat pembuangan sampah — sangat tidak aman.

Situs indischeliterairewandelingen.nl menyebutkan Drosserspad adalah nama yang muncul tahun 1649. Tahun 1685 berubah nama menjadi De Oude Heerenweg. Namun, pengubahan nama tidak otomatis mengubah lingkungan. De Oude Heerenweg tetap pembuangan sampah dan jalur patroli keamanan dari Batavia untuk mencari budak-budak yang melarikan diri.

Sejak 1622, Drosserpad atau De Oude Heerenweg adalah jalur pelarian budak. Di tempat ini mereka berkumpul dan melakukan perampokan di rumah-rumah petinggi VOC dan penduduk di luar tembok Batavia. Masalah ini mencapai proporsi mencengangkan pada akhir abad ke-17, ketika budak-budak Bali, Bugis, dan Makassar dalam jumlah besar berkumpul di tempat ini sebelum melakukan perlawanan bersenjata di Krawang.

Situs dbnl.org menulis Van Berendrecht meninggal 16 Januari 1731, atau tiga tahun setelah mertuanya; mantan Gubernur Jenderal VOC Hendrik Zwaardecroon wafat di Leenhoff Weergade di Perkebunan Kedaung. Tidak ada catatan siapa pengelola Langoed Berendrecht berikutnya.

Sampai pertengahan abad ke-18, Langoed Berendrecht adalah area paling populer di luar tembok kota Batavia. Berbeda dengan kebanyakan perkebunan di sekujur pinggir Batavia, Landgoed Berendrecht tanpa landhuis, tapi dikenal sebagai kawasan yang tenang.

Perubahan terjadi setelah Landgoed Berendrecht diambil alih Dewan Hindia Belanda pada paruh kedua abad ke-18. Tahun 1780, lebih 50 tahun setelah Van Berendrecht meningal dunia, Dewan Hindia-Belanda menugaskan arsitek DJ Smith mendesain landhuis di atas Langoed Berendrecht.

DJ Smith adalah arsitek yang mendesain Landhuis Struiswijk, Tjimanggis, dan Simplicitas. Ia membangun Landhuis di Landgoed Berendrecht — tepat di tepi Molenvliet Oost — sebagai bangunan dua lantai, dengan sayap dansa dan ruang makan.

Nama Berendrecht dilekatkan pada landhuis itu untuk mengenang mediang Cornelis van Berendrecht sebagai pemilik partama kawawasan perkebunan. Tidak ada catatan apakah keturunan Van Berendrecht pernah menghuni landhuis ini. Yang pasti, W van Hoesen — anggota Dewan Hindia-Belanda — menghuni Landhuis Berendrecht sampai 1823.

Tahun 1852, Landhuis Berendrech menjadi Weeskamer, atau Rumah Yatim Piatu. Sebelum dijadikan Weeskamer, bagian dalam Landhuis Berendrecht dibongkar habis. Lalu dibuat semacam kelas-kelas besar, dan satu ruangan panjang.

Gagasan Rumah Yatim Piatu mengacu pada hukum Belanda tahun 1624, yang bertujuan mengelola harta benda milik anak yatim-piatu dan menjalankan perwakilan atas mereka. Jadi, yang dimaksud Rumah Yatim Piatu, bukan panti yang mengurus anak-anak tak punya orang tua.

Weeskamer tidak hanya rumah yatim-piatu tapi juga gudang barang-barang orang buangan. Barang-barang itu berupa buku sitaan, piringan hitam, dan lainnya, yang disita dari orang-orang yang dikirim ke pembuangan karena melawan pemerintah Hindia Belanda.

Penataan Lingkungan

Hampir setengah abad setelah Landhuis Berendrecht berdiri, pemerintah kota Batavia melakukan perbaikan lingkungan Berendrechtslaan dan Batoetoelis dibangun. Drosserspad memperoleh nama baru, yaitu Gang Petjenongan, dan dibangun bersamaan dengan pembangunan Pasar Baru.

Berendrecht menjadi wijk, atau permukiman. Sebagian bekas Landgoed Berendrecht, yang bernama Kebon Kelapa dan berupa kampung kumuh dijual ke Alfred ThiƩbault tahun 1848. Thiebault seorang guru dan penyair. Ia intelektual kulit putih Batavia pada zamannya.

Ia juga piawai mengelola bisnis. Ketika dipercaya mengelola klub militer Concordia, Thiebault mendatangkan banyak uang. Ia juga diangkat sebagai penglola klub Harmonie, yang menbuat kekayaannya terus bertambah.

Ia memiliki cukup modal untuk terjun ke bisnis properti. Caranya, tanah Kebon Kelapa ditata dengan membuat jaringan jalan, sanitasi, dan dikavling-kavling. Ia membangun beberapa hunian di atas kavlingnya dan dijajakan. Tidak sedikit pula kavling ditawarkan tanpa rumah.

Dalam iklan di Java bode edisi 12 Maret 1890, Ny AJAE Boon — di bawanya tertulis; terlahir sebagai Thiebault — menawarkan kavling-kavling dan hunian di Kebon Kelapa. Satu jalan utama diberi nama Thibaultweg, pribumi menyebutnya Gang Tibo. Setelah pergantian nama-nama jalan di Jakarta, Thiebaultweg atau Gang Tibo menjadi Jl H Juanda III.

Di sebelah utara Berendrechtlaan dibuat permukiman baru dengan nama-nama jalah yang mengingatkan penduduk Batavia pada masa lalu, yaitu Gg Sawah Besar I sampai III. Seluruh tanah eks Langoed Berendrecht menjadi Wijk Berendrecht, atau permukiman Berendrecht.

Back to top button