2 Januari 1492, Gerbang Kehancuran Islam di Spanyol
Islam berkuasa di Spanyol dimulai pada tahun 711 Masehi. Pada tahap awal tersebut pasukan Musa ibn Nushair yang berjumlah 7000 dan didukung orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah berhasil menaklukan kerajaan Hispanik yang berkuasa di Spanyol kala itu. Kota Granada, Cordova dan Toledo berhasil dikuasainya.
Pada 29 April 711 Masehi, Pasukan Thariq kemudian menyeberang selat dan mendarat di sebuah gunung yang kemudian disebut Gibaltar atau Jabal Thariq. Dari tempat itu maka pintu gerbang untuk menakluan Spanyol terbuka lebar. Pertempuran Pasukan Thariq pertama terjadi disebuah dekat Sungai Guadalete dan berhasil mengalahkan Raja Roderick penguasa Hispanik dari bangsa Visigoth pada 19 Juli 711 Masehi.
Sebelas tahun kemudian pasukan Kristen dibawah komando seorang bangsawan Visigoth bernama Pelagius dari Asturias berhasil mengalahkan pasukan Bani Umayyah dalam pertempuran di Covadonga. Pristiwa tersebut ditandai oleh para sejarawan sebagai periode reconquista, yaitu periode penaklukan kembali Spanyol dari kekuasaan Islam. Namun kemenangan di Covadonga belum mampu membendung kekuatan Bani Umayyah yang terus berkembang di Hispanik.
Kekuasaan Islam di Spanyol bertahan hampir 8 abad lamanya atau selama 781 tahun, yaitu dari tahun 711 sampai 1492 Masehi yang dapat dibagi dalam 6 periode kekuasaan Islam. Pada awal kekuasaan, pemimpin Islam di Spanyol diangkat oleh khalifah Bani Umayah di Damaskus. Di masa tersebut terjadi perselisihan internal para penguasa Islam. Namun yang mencolok adalah perselisihan Gubernur di Kairawan, Afrika Utara dengan Khalifah Bani Umayyah tentang siapa yang paling berhak berkuasa di Spanyol.
Periode kedua berlangsung antara tahun 755 sampai 912 Masehi. Kekuasan Islam di Spanyol dibawah kendali Abdurrahman I pada tahun 755 Masehi dalam bentuk emirat. Abdurrahman I saat itu tidak tunduk pada kekuasan pusat yang telah beralih ke Bani Abbbasiyah. Gelar Abdurrahman I adalah Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Ia mendirikan kembali Bani Umayah di Spanyol setelah dirinya meloloskan diri dari Damaskus ketika diserang oleh Bani Abbasiyah. Pada masa Abdurrahman I, Spanyol mulai berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Masjid Cordova didirikan oleh Abdurrahman Al-Dakhil.
Periode ketiga berlangsung antara tahun 912-1013 Masehi, yaitu ketika Abdurrahman III yang bergelar An-Nasr naik takhta. Ia adalah penguasa pertama yang menjadi khalifah sebagai tanda melepaskan diri dari Kekhalifahan Bani Abbasiyah yang saat itu sedang goyah karena kemelut kekuasaan di Baghdad. Pada periode ketiga ini, Islam mencapai kejayaannya. Universitas Cordova dan perpustakaan lengkap didirikan. Pembangunan kota berlangsung cepat dan masyarakat menikmati kemakmuran. Setelah Khalifah Abdurrahman III selesai, dua khalifah besar lainnya yang memerintah diperiode ini adalah Hakam II dan Hisyam II.
Periode keempat berlangsung 1013-1086 Masehi. Pada saat Hisyam II berkuasa Ia baru berusia 11 tahun. Oleh karena itu kekuasan dipegang oleh Ibn Abi Amir. Ibn Abi Amir sukses melebarkan kekuasaannya dan dapat dipertahankan oleh anaknya yaitu Al Muzaffar, Kekuasaan Islam di Spanyol mulai turun setelah adiknya yang tidak cakap memimpin kekhalifahan sampai akhirnya ia mundur dari takhta tahun 1009 M. Karena tidak ada yang mampu memimpin maka oleh Dewan Mentri di Cordova menghapus bentuk kekhalifahan dan memecahnya menjadi 30 kerajaan kecil yang disebut Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di Cordova, Seville, dan Toledo.
Akibat perpecahan tersebut terjadi persaingan sesama penguasa-penguasa Islam yang berdampak melemahnya kekuasaan islam secara umum. Perselisihan tersebut akhirnya membuat para penguasa Islam melibatkan kekuasan Kristen untuk membantu. Namun kemudian dimanfaatkan oleh pihak Penguasa Kristen untuk mulai melakukan penyerangan. Kendati dalam keadaan mulai lemah, namun perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kaum cendekiawan tetap tinggi.
Periode Kelima terjadi antara tahun 1086-1248 Masehi, yaitu periode munculnya kekuatan baru di kalangan Islam denghan hadirnya Dinasti Murabithun dan Muwahhidun. Dinasti Murabithun yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin datang ke Spanyol atas undangan para penguasa Islam tahun 1086 Masehi untuk membantu menghadapi Kekuatan Kristen. Di tahun itu Yusuf ibn Tasyfin berhasil mengalahkan Pasukan Castilia dibawah Alfonso VI (Raja Castile Leon) dalam perang Perang Zallaqoh dan dilanjutkan serta sukses memperluas kekuasaannya sampai Saragossa.
Pengganti Yusuf ibn Tasyfin berikutnya adalah raka-raja yang kurang cakap, sehingga kekuasaan Dinasti Murabithun runtuh, baik di Spanyol maupun di Afrika Utara. Penguasa berikutnya adalah Dinasti Muwahhidun yang datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abdul Mun’im (1114-1154 M) dan berhasil menguasai Cordova, Almeria dan Granada. Pada peperangan di Las Navas de Tolesa tanggal 16 Juli 1212 tentara Kristen gabungan pasukan Alfonso VII dari Kastilia, Sancho VII dari Navarra dan Pedro II dari Aragon mengalahkan pasukan Muhammad An-Nasir dari Dinasti Muwahhidun menyebabkan penguasanya meninggalkan Spanyol kembali ke Afrika Utara.
Periode keenam dari tahun 1232 sampai 1492 Masehi, kekuasaan Islam hanya berpusat di Granada dibawah Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf bin Nasr dari Bani Ahmar Pada masanya, keadaan di Granada mencapai masa keemasan. Demikian pula ketika Muhammad II atau yang berjuluk Al-Fakih naik takhta. Berkat pengalamannya berpolitik, Ia mampu mempertahankan Granada dari kerajaan-kerajaan lain yang lebih besar.
Namun kekuasan Islam mulai goyah setelah Granada dibawah kekuasaan Abu Abdullah Muhammad XII yang naik takhta setelah terjadi pertikaian perebutan kekuasaan pada tahun 1483. Ketika itu Abu Abdullah Muhammad XII, anak dari Sultan Granada, mengadakan pemberontakan terhadap ayahnya sehingga memicu terjadinya perang sipil. Disisi lain, orang-orang Kristen mulai bersatu padu, tidak lagi terpecah belah sebagaimana keadaan mereka di masa lalu.
Perang Granada dipicu setelah Abu Abdullah Muhammad XII melancarkan serangan ke kota Zahara pada Desember 1481 sebagai balasan atas serangan Kristen. Pada waktu itu, kekuatan orang-orang Kristen kokoh setelah Ratu Isabella I dari Castile dan Raja Ferdinand II dari Aragon menikah. Pernikahan itu menyatukan Kerajan Castile dan Aragon. Bagi Ferdinand II, Granada adalah ganjalan terakhir yang belum ditaklukan. Maka serangan Abu Abdullah Muhammad XII ke Zahara menjadi alasan untuk menggempur Granada.
Pada 1 Februari 1482, Fernando dan Isabel tiba di Media del Campo untuk mempersiapkan perang terhadap Granada. Pertempuran akhirnya pecah. Walaupun kekuatan pasukan Granada lebih sedikit, namun semangat juang masyarakat muslim sangatlah besar. Mereka berperang dengan penuh keberanian mempertahankan tanah airnya serta eksistensi Islam di Spanyol. Dengan keberanian yang tinggi mereka mampu mempertahankan Granada sampai sepuluh tahun lamannya.
Pada tahun 1491 Masehi, Akhirnya Granada dikepung oleh pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dalam jumlah yang besar. Jatuhnya Granada sudah di di depan mata. Abu Abdullah Muhammad XII tidak memiliki kekuatan untuk bertahan. Dengan teramat sedih, Ia terpaksa menyerahkan kunci gerbang kota Granada kepada Ferdinand. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1492 Masehi, derap kaki pasukan Kristen memasuki Kota Granada, gemuruhnya menjadi tanda penindasan terhadap Islam di masa berikutnya. Hingga pada tahun 1609 M dapat dikatakan tidak ada lagi pemeluk Islam di Granada. Dan sejak saat itu kejayaan Islam di Spanyol tenggelam semakin dalam. (Pd)