Veritas

Bocoran Laporan PBB: Kegilaan Israel di Gaza Tewaskan 366 Staf PBB dan Keluarganya

Pada Mei lalu PBB melaporkan bahwa 188 anggota staf UNRWA juga terbunuh. Hanya laporan saat itu belum mengungkapkan adanya korban dari keluarga staf. Di antara lembaga PBB lain, pembunuhan terkonsentrasi di kalangan karyawan UNRWA.

JERNIH–Drop Site, sebuah laman sejenis WikiLeaks, mempublikasikan sebuah dokumen Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang disebutkan sebagai sebuah laporan yang bocor.  Laporan tersebut berisi fakta, antara lain, bahwa kegilaan Israel membombardir dan menghancurkan  Gaza itu hingga akhir Juni lalu telah menewaskan setidaknya 172 anggota keluarga, selain 195 staf PBB.

Data yang tak pernah terbuka itu muncul saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dijadwalkan untuk berpidato di hadapan sidang Kongres besok, atau  Rabu waktu AS. Netanyahu, yang kini menjadi objek surat perintah penangkapan dari Mahkamah Kriminal Internasional PBB, dijadwalkan akan bertemu Presiden Joe Biden, mantan Presiden Donald Trump, dan Wakil Presiden Kamala Harris. Harris, saat bertemu dengan Netanyahu secara pribadi, telah menolak untuk tampil di belakang tokoh zionis haus darah itu selama berpidato. Selain Harris. setidaknya 21 anggota parlemen, termasuk beberapa tokoh-tokoh seperti Senator Patty Murray, wakil Demokrat untuk Washington (D-Wash.), dan Chris Van Hollen (D-Madison), akan memboikot pidato Netanyahu.

Data yang disusun Pusat Koordinasi Krisis PBB itu juga mencakup rincian berdasarkan agensi, menemukan lima anggota keluarga staf U.N. Development Programme, empat anggota keluarga staf UNICEF, tiga anggota keluarga staf World Food Programme,  dan dua anggota keluarga staf WHO telah terbunuh. Selain itu, 158 anggota keluarga staf UNRWA ( U.N. Relief and Works Agency for Palestine Refugees), telah terbunuh.

Pada Mei lalu PBB melaporkan bahwa 188 anggota staf UNRWA juga terbunuh. Hanya laporan saat itu belum mengungkapkan adanya korban dari keluarga staf. Di antara lembaga PBB lain, pembunuhan terkonsentrasi di kalangan karyawan UNRWA. Laporan tersebut diedarkan secara internal pada 1 Juli, sebelum Mahkamah Keadilan Internasional PBB mengumumkan temuan pentingnya bahwa pendudukan Israel atas Gaza dan Tepi Barat adalah ilegal dan harus diakhiri. PBB tidak menanggapi permintaan wartawan untuk menanggapi temuan itu.

Serangan Israel terhadap staf PBB memang marak sejak Oktober 2023 lalu. Akhir pekan lalu, seorang juru bicara PBB mengatakan, sebuah konvoi PBB ditembaki pasukan Israel meskipun telah terkoordinasi dengan ketat sebelumnya. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matt Miller, Senin lalu waktu AS mengatakan, AS telah meminta informasi dari Israel tentang serangan terbarunya terhadap konvoi tersebut. Miller menambahkan, dirinya menghargai “pengorbanan besar dan risiko besar yang dihadapi pekerja kemanusiaan.”

Laporan PBB tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian temuan mengkhawatirkan tentang tindakan Israel di Gaza. Baru-baru ini, Pelapor Khusus PBB melaporkan “alasan yang masuk akal untuk percaya” bahwa tindakan Israel di Gaza mungkin merupakan genosida. Temuan itu yang menggemakan putusan Mahkamah Internasional (ICJ), yang pada Januari lalu memutuskan bahwa seiring penghormatan terhadap Pasal III Konvensi Genosida, ICJ meminta kepatuhan Israel dengan kewajiban-kewajibannya di bawah Konvensi.

Namun, pembantaian Israel di Gaza terus berlanjut tanpa henti. Pada 22 Juli lalu, Israel menewaskan 89 orang dan melukai setidaknya 250 dalam serangan baru di Khan Younis. Israel juga mengusir 400.000 orang untuk meninggalkan rumah dan kamp pengungsi mereka di “zona aman” yang semakin menyusut. Saat ini  83 persen dari wilayah Gaza disebut Israel sebagai “zona larangan.” [  ]

Back to top button