Veritas

Fethullah Gülen, Pemimpin Spiritual Turki di Pengasingan, Meninggal di AS

Kematian ini menandai akhir dari kehidupan seorang tokoh yang membagi opini, antara pengikut setia yang mengagumi ajarannya dan pihak-pihak yang menuduhnya sebagai pengkhianat

JERNIH– Fethullah Gülen, seorang ulama Islam asal Turki yang menetap di Amerika Serikat dan mengilhami gerakan sosial global, meninggal dunia pada usia 80-an tahun di Saylorsburg, Pennsylvania, AS. Kabar kematian Gülen dikonfirmasi Abdullah Bozkurt, mantan editor surat kabar Today’s Zaman yang berafiliasi dengan Gülen, yang saat ini tinggal di pengasingan di Swedia.

Menurut Bozkurt, ia menerima informasi langsung dari keponakan Gülen, Kemal Gülen. Penyebab kematian dilaporkan sebagai alami oleh Rumah Sakit St. Luke’s-Monroe.

Gülen menghabiskan puluhan tahun terakhir hidupnya di pengasingan, tinggal di kompleks tertutup di Pegunungan Pocono, Pennsylvania. Selama masa hidupnya, ia dianggap sebagai pemimpin spiritual dari jutaan pengikutnya. Filosofinya memadukan Sufisme, yaitu bentuk mistis Islam, dengan advokasi demokrasi, pendidikan, sains, dan dialog lintas agama. Ia menjadi terkenal berkat jaringan sekolah-sekolah dan lembaga sosial di seluruh dunia yang terinspirasi oleh ajarannya.

Namun, nama Gülen menjadi kontroversial setelah dituduh oleh pemerintah Turki sebagai otak di balik kudeta gagal pada tahun 2016. Pihak berwenang Turki menudingnya sebagai pemimpin dari “kelompok teroris” yang disebut FETO (Fethullah Terrorist Organization). Tuduhan ini selalu dibantah keras oleh Gülen, yang menolak segala keterlibatan dalam upaya kudeta tersebut.

Kematian Gülen memunculkan berbagai reaksi. The Alliance for Shared Values, kelompok yang mempromosikan karya dan ajaran Gülen di Amerika Serikat, mengonfirmasi kematiannya dengan mengungkapkan duka yang mendalam dan menerima kehendak Allah. Tidak ada rincian lebih lanjut mengenai upacara pemakamannya yang diumumkan.

Gülen menginspirasi jutaan orang melalui ajarannya, tetapi juga menimbulkan kontroversi besar dalam politik Turki. Kematian ini menandai akhir dari kehidupan seorang tokoh yang membagi opini, antara pengikut setia yang mengagumi ajarannya dan pihak-pihak yang menuduhnya sebagai pengkhianat. [AP]

Back to top button