
Nahdlatul Ulama dipimpin sementara oleh generasi muda. Seorang Kiai Haji berusia 48 tahun. Apa misi yang ia emban untuk NU ke depan?
WWW.JERNIH.CO – Keputusan penting dan bersejarah telah diambil oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dalam Rapat Pleno yang digelar pada 9 Desember 2025, PBNU secara resmi menunjuk KH. Zulfa Mustofa sebagai Penjabat (Pj) Ketua Umum PBNU.
Penunjukan ini bukan sekadar pergantian jabatan biasa, melainkan sebuah manuver strategis untuk memulihkan soliditas organisasi pasca-gonjang-ganjing internal, sekaligus mengisi kekosongan kepemimpinan yang ditinggalkan oleh KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
Pj Ketua Umum yang baru ini akan memimpin Nahdlatul Ulama hingga pelaksanaan Muktamar berikutnya, yang direncanakan kembali pada siklus ideal sebelum Hari Raya Haji 2026.
Siapa sosok ulama muda yang kini memikul tanggung jawab besar ini?
KH. Zulfa Mustofa, lahir di Jakarta pada 7 Agustus 1977, bukanlah nama asing di kalangan Nahdliyin. Sebelum ditunjuk, beliau telah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Tanfidziyah PBNU, menunjukkan rekam jejak struktural yang kuat.
Latar belakangnya semakin mempertegas kelayakan kepemimpinannya. Ia berasal dari garis keturunan ulama yang mengakar kuat, putra dari KH. Muqarrabin (Pekalongan) dan Nyai Hajjah Marhumah Latifah (Banten). Jalur keulamaan Banten-nya sungguh istimewa, karena ia merupakan cucu kemenakan dari ulama besar nusantara, Syekh Nawawi al-Bantani, dan juga keponakan dari Wakil Presiden RI ke-13, KH. Ma’ruf Amin.
Pendidikan pesantrennya ditempa di bawah bimbingan ulama kharismatik seperti KH. A Sahal Mahfudh di Kajen, Pati. Kombinasi nasab keulamaan, pengalaman struktural di PBNU, Sekjen MUI DKI Jakarta, dan kiprah sebagai penulis/penyair, menjadikannya figur yang dipandang lengkap untuk masa transisi ini.
Penunjukan Zulfa Mustofa ini tak terlepas dari dinamika internal yang memuncak. Dewan Syuriyah PBNU sebelumnya telah memutuskan pengunduran diri atau pencopotan KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
Keputusan tersebut dipicu oleh risalah rapat harian Syuriyah yang merekomendasikan pergantian, dengan isu utama yang santer beredar mencakup dugaan terkait jaringan zionisme internasional dan isu tata kelola keuangan organisasi. Isu-isu ini telah menimbulkan kegaduhan.
Penunjukan Zulfa Mustofa, yang memiliki modal kepemimpinan lengkap, dipandang sebagai langkah tepat untuk mengakhiri ketidakpastian yang berkepanjangan. Sebagaimana disampaikan oleh Pimpinan Rapat Pleno, Rais Syuriyah PBNU KH. Mohammad Nuh, penetapan beliau adalah untuk mempersiapkan Muktamar demi siklus yang tepat.
Di bawah kepemimpinan Pj Ketua Umum, fokus utama NU ke depan adalah konsolidasi internal. Tugas Zulfa Mustofa adalah merangkul kembali semua jajaran dan warga NU kultural, meredam konflik, serta memulihkan soliditas organisasi.
Selanjutnya, ia akan memimpin persiapan road map menuju Musyawarah Nasional, Konferensi Besar, dan puncaknya Muktamar NU ke-35 pada tahun 2026. Masa kepemimpinan ini juga akan menjadi momen krusial untuk memastikan peringatan Satu Abad NU (versi Masehi) pada 31 Januari 2026 berjalan lancar, menandai transisi organisasi menuju abad kedua. KH. Zulfa Mustofa sendiri menyambut tugas ini dengan optimisme dan harapan penyelesaian, menegaskan sikapnya usai ditetapkan.
“Saya juga menyampaikan bahwa saya tidak ingin menjadi bagian konflik masa lalu. Tapi saya ingin menjadi solusi buat jam’iyah ini untuk masa depan,” ujarnya.
Ia juga menyinggung, “Saya berharap dengan ditunjuknya saya dalam forum pleno ini sebagai Pejabat Ketua Umum, ketidakpastian itu selesai.”
Pernyataan ini menggarisbawahi harapan besar yang diletakkan di pundaknya: membawa NU keluar dari pusaran konflik masa lalu dan mengantarkannya ke gerbang Muktamar 2026 dengan organisasi yang kembali solid, mandiri, dan siap memasuki abad kedua perjuangan.(*)
BACA JUGA: Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bantah Pernyataan Pemimpin Chechnya






