Militer Israel Tahu Detil Serangan Hamas Sebelum 7 Oktober
Dokumen yang diberi judul “Detailed End-to-End Raid Training” itu memberikan rincian yang mengejutkan. Dimulai dengan deskripsi serangkaian latihan yang dilakukan oleh unit elit Nukhba Hamas pada pekan-pekan sebelum serangan.
JERNIH–Sebuah artikel yang ditulis wartawan media terkemuka Israel, Haaretz, Rachel Fink, mengungkap sebuah dokumen baru. Dokumen yang baru muncul itu mengungkapkan bahwa militer Israel (IDF) dan sistem intelijen Israel telah memiliki pengetahuan rinci tentang rencana Hamas untuk menyerang Israel pafa 7 Oktober 2023. Hal itu termasuk jumlah sandera yang akan diambil dan instruksi khusus mengenai perlakuan terhadap mereka selama disandera.
Senin (24/6) malam lalu juga beredar laporan yang disampaikan lembaga penyiaran publik Israel, Kan, tentang dokumen tersebut. Hal itu didasarkan pada informasi dari sebuah unit intelijen militer, Unit 8200. Konon info soal akan adanya penyerangan itu mulai beredar pada 19 September, atau sekitar tiga pekan sebelum serangan Hama 7 Oktober yang mempermalukan muka Israel.
Sumber yang tidak disebutkan Namanya, yang memberikan dokumen tersebut kepada Kan, juga mengklaim bahwa isinya telah menjadi perhatian setidaknya beberapa pejabat senior intelijen. “Tetapi itu diabaikan,” kata Kan dalam lapran mereka. Memo tersebut menyoroti sejauh mana Divisi IDF di Gaza menyadari potensi serangan terhadap komunitas Israel di perbatasan selatan.
Dokumen tersebut, yang diberi judul “Detailed End-to-End Raid Training,” memberikan rincian yang mengejutkan. Dimulai dengan deskripsi serangkaian latihan yang dilakukan oleh unit elit Nukhba Hamas pada pekan-pekan sebelum serangan. “Pada pukul 11.00, beberapa orang terlihat berkumpul di awal sesi pelatihan, bukan sebelum sholat dan makan siang,”kata memo itu.
“Pada pukul 12.00, peralatan dan senjata dibagikan, dan kemudian dilakukan latihan di markas. Pada pukul 14.00, penggerebekan dimulai.” Menurut dokumen tersebut, unit Nukhba diberi perintah jelas: Pastikan semua aman ketika pergi, jangan tinggalkan dokumen apapun!
Kan juga melaporkan bahwa pasukan komando Hamas berlatih menyusup ke pos terdepan IDF tiruan, dan melakukan simulasi pangkalan di perbatasan Gaza. Latihan tersebut dilakukan oleh empat kompi dari kelompok Hamas, yang masing-masing ditugaskan di pos terdepan yang berbeda.
Sasaran serangan yang dijelaskan dalam dokumen tersebut, yang meliputi markas komando dan kontrol IDF, markas sinagoga, markas skuadron, markas komunikasi dan markas tentara– sangat mirip dengan lokasi yang diserang oleh pasukan Hamas pada dini hari 7 Oktober.
Salah satu bagian yang paling mengejutkan dari laporan itu adalah instruksi terkait penyanderaan. Jumlahnya diperkirakan antara 200-250 orang, hampir mendekati jumlah sebenarnya yakni 251 pria, wanita, dan anak-anak yang disandera Hamas.
Menurut laporan intelijen Israel, para pejuang Hamas diperintahkan untuk mencari telepon orang Israel yang diculik, karena para sandera dilarang memberi tahu keluarga mereka tentang kondisi mereka. Ada juga perintah untuk memindahkan sandera ke lokasi lain jika ternyata Israel mengetahui di mana mereka berada. Mereka juga diberitahu untuk mengancam akan membunuh sandera sebagai cara untuk menghalangi upaya melarikan diri.
Meskipun dokumen tersebut memuat rincian yang belum pernah dilihat sebelumnya, dokumen tersebut hanyalah satu dari daftar panjang laporan yang menunjukkan sejauh mana para pejabat militer telah diperingatkan mengenai rencana Hamas untuk menyerang Israel.
Pada Juli 2023, seorang bintara Intelijen Militer (NCO) memberikan peringatan kepada komandannya bahwa Hamas bermaksud melakukan serangan kepada komunitas Zionis di perbatasan Gaza.
NCO menulis tiga dokumen dalam enam bulan sebelum serangan 7 Oktober. Di sana laporan itu memperingatkan bahwa Hamas telah menyelesaikan serangkaian latihan yang mensimulasikan serangan terhadap kibbutzim dan pos-pos IDF di sisi perbatasan Israel.
Tak hanya itu, para pengamat perempuan Israel selama hampir setahun sebelum 7 Oktober, telah melaporkan aktivitas mencurigakan kepada atasan mereka terkait persiapan Hamas di dekat pagar perbatasan. Dalam laporan itu termasuk aktivitas drone, upaya mematikan kamera keamanan, penggunaan mobil van dan sepeda motor secara ekstensif, bahkan latihan penembakan tank.
Banyak pengamat yang masih hidup mengatakan bahwa peringatan mereka yang berulang kali tidak didengar para komandan mereka.
Seperti dilansir Kan, IDF mengumumkan awal bulan ini bahwa pada awal Juli mereka akan mulai menyelidiki kegagalannya menjelang tanggal 7 Oktober. Menurut pimpinan IDF, penyelidikan akan fokus pada unit militer yang dianggap berperan dalam mengabaikan hal tersebut. Hal itu direspons beberapa perwira tinggi IDF dengan mengumumkan rencana mereka untuk mengundurkan diri setelah genosida yang mereka lakukan terhadap bangsa Palestina usai.
Meskipun banyak warga negara dan anggota parlemen Israel juga menuntut penyelidikan tambahan terhadap kebijakan politik yang berkontribusi terhadap peristiwa 7 Oktober, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan anggota koalisinya berkeras bahwa penyelidikan tersebut menunggu sampai pembantaian mereka di Gaza berakhir. [Haaretz]