Veritas

Pulau Pratas, Dari Sini Invasi Cina ke Taiwan Dimulai

  • Pulau Pratas terletak di jalur utama lalu-lintas yang menghubungkan Laut Cina Selatan, Laut Filipina, dan Laut Cina Timur.
  • Perang di sekitar Pulau Pratas akan menghentikan seluruh pelayaran di Asia.
  • Intelejen Taiwan yakin Cina tidak akan menyerang Pulau Pratas sebelum Presiden Tsai Ing-wen mengakhiri jabatannya.
  • Pulau Pratas tak berpenghuni tetap, yang ada cuma nelayan.

JERNIH — Kepala Intelejen Taiwan mengatakan Cina mempertimbangkan untuk mencaplok Pulau Pratas sebelum menggelar invasi besar-besaran.

Chen Ming-tong, direktur jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan pencaplokan Pulau Pratas diperkirakan akan terjadi setelah masa jabatan Presiden Tsaing Ing-wen berakhir tahun 2024.

Berbicara di depan parlemen Chen Ming-tong mengatakan Cina kemungkinan menggunakan seluruh kekuatan militer, atau tidak sama sekali, untuk menyatukan Taiwan. Yang pasti, katanya skenario itu tidak akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan.

Chen Ming-tong juga mengutip laporan Pentagon ke Kongres AS yang berfokus pada pembiakan senjata Cina dalam setahun terakhir. Menurut Pentagon, modernisasi kekuatan Cina akan selesai tahun 2027, yang membuat Beijing mengimbangi dominasi AS di kawasan Indo-Pasifik.

Perimbangan ini akan membuat Beijing memaksa Taiwan melangkah ke meja perundingan dengan syarat yang dibiat Cina.

“Taiwan tidak akan ambil bagian dalam perundingan di bawah ancaman militer,” kata Chen seperti dikutip Taipei Times.

Perundingan dengan Cina, menurut Chen, hanya akan terjadi jika Legislatif Yuan — atau legislatif unikameral Taiwan — memberikan suara mayoritas tiga perempat mendukung perundingan itu.

RoC dan RRC

Republik of China (RoC), nama resmi Taiwan, memerintah seluruh daratan Tiongkok setelah Aisin Gioro Pu Yi — kaisar terakhir Dinasi Manchu — keluar dari Kota Terlarang tahun 1912.

RoC berkuasa sampai usai perang saudara tahun 1949, yang dimenangkan komunis Cina pimpinan Mao Zedong. Partai Komunis Cina mendeklarasikan pendirian Republik Rakyat Cina (RRC).

Kuomintang, atau partai nasionalis Cina yang mendirikan Republik of China, menyingkir ke Taiwan dan beberapa pulau lain di lepas pantainya.

Saat itu, Tentara Merah Cina tidak punya angkatan laut. Mereka kesulitan merebut pulau-pulau kecil — termasuk pulau karang melingkar terpencil yang disebut Pratas — sebagai batu loncatan menyerbu Taiwan.

Pulau Kecil, Kontroversi Besar

Pratas adalah pulau berbentuk tapal kuda di Laut Cina Selatan. Pulau sepanjang 1,5 mil dan lebar 0,5 mil itu terletak 200 mil di tenggara Hong Kong, dan 275 mil selatan Kaoshiung — kota pantai di selatan Taiwan.

Pulau ini tidak berpenduduk tetap, tapi cukup besar untuk menjadi lapangan terang jet tempur. Namun, pulau itu terletak di jalur laut utama yang menghubungkan Laut Cina Selatan, Laut Cina Timur, dan Laut Filipina. Dasar laut di sekitar Pulau Pratas diyakini mebandung cadangan minyak.

Desas-desus menyebar dalam beberapa tahun terakhir bahwa Beijing mungkin akan mencoba merebut Pulau Pratas sebagai unjuk kekuatan. Awal 2020, kantor berita Kyodo Jepang menyebarkan kekhawatiran Cina menyerang Pratas dengan kedok latihan amfibi.

Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), demikian militer Cina menyebut dirinya, menggelar latihan perang yang melibatkan amfibi di pantai Guangdong, Agustus lalu. Beijing mengatakan latihan militer itu adalah unjuk kekuatan untuk bertahan.

Sampai saat ini Pratas tetap tidak diganggu PLA. Namun, desas-desus akan kemungkinan Cina menyerang pulau itu tidak sirna.

Laporan Pentagon menyebutkan Cina mungkin melihat invasi Pratas sebagai sesuatu yang diinginkan secara politis. Namun operasi semacam ini melibatkan risiko politik yang signifikan, dan membuat komunitas internasional melawan Cina.

Ditanyas soal kemungkinan Cina menyerang Pratas, Chen mengatakan; “Menherang dan merebut Pratas tidak akan terjadi selama Presiden Tsai Ing-wen berkuasa.

“Terus terang, Cina memperdebatkan hal ini secara internal,” kata Chen, “Kami memiliki beberapa pemahaman.”

Back to top button