NewsVeritas

Ramai-ramai Donasi untuk Ahmed al-Ahmed si Penakluk Teroris

Bisa saja ia berlindung, tetapi ia memilih berlari menuju bahaya meski sejumlah peluru mampir ke tubuhnya. Ahmed al-Ahmed, imigran Suriah yang justru menjadi penghenti tragedi mengerikan itu.

WWW.JERNIH.CO –  Insiden penembakan massal di Bondi Beach, Sydney, pada Desember 2025 meninggalkan luka mendalam bagi Australia. Ketakutan, duka, dan kemarahan bercampur menjadi satu di ruang publik. Namun dari tragedi itu pula, muncul sebuah kisah yang menolak tenggelam oleh horor: kisah tentang keberanian warga sipil, tentang kemanusiaan yang melampaui identitas, dan tentang seorang pria biasa yang melakukan tindakan luar biasa.

Di jantung narasi ini berdiri Ahmed al-Ahmed, 43 tahun, seorang imigran asal Suriah yang telah membangun hidup baru di Australia. Ia bukan petugas keamanan terlatih. Sehari-harinya, Ahmed adalah pemilik toko buah di Sutherland Shire—seorang ayah dari dua putri, pekerja keras, dan anggota masyarakat yang nyaris tak pernah menjadi sorotan. Hingga hari itu di Bondi.

Rekaman CCTV memperlihatkan detik-detik yang mengubah hidupnya. Ketika kepanikan melanda dan orang-orang berusaha menyelamatkan diri, Ahmed justru mengambil keputusan sebaliknya. Dengan ketenangan yang nyaris sulit dipercaya, ia mendekati salah satu pelaku dan berusaha melucuti senjatanya. Tindakan itu membuatnya tertembak dua kali. Namun, keberaniannya memberi waktu berharga, menyelamatkan nyawa orang-orang yang bahkan tak ia kenal.

BACA JUGA: Sajid dan Naveed Akram, Ayah-Anak Penembak Yahudi di Bondi Beach

Ahmed selamat. Tetapi ia mesti menjalani operasi dan kini dilaporkan dalam kondisi stabil. Ahmed mengalami dua luka tembak, satu di bagian lengan dan satu di tangan/bahu saat berhadapan dengan pelaku. Menurut sepupunya, Mustafa, kondisi Ahmed dilaporkan stabil setelah operasi. Ia terlihat sadar dan dapat berbicara saat dijenguk

Luka fisik mungkin akan sembuh seiring waktu, tetapi apa yang telah ia lakukan meninggalkan jejak yang jauh lebih dalam—bukan hanya pada dirinya, melainkan pada kesadaran kolektif sebuah bangsa.

Respons publik datang seperti gelombang pasang. Dari Australia hingga berbagai belahan dunia, masyarakat bergerak menunjukkan rasa terima kasih dan solidaritas. Melalui platform crowdfunding, donasi mengalir deras dan melampaui sekitar Rp 3,5 miliar hanya dalam hitungan hari. Angka itu terus bertambah, mencerminkan betapa kuatnya resonansi kisah Ahmed. Salah satu donasi terbesar datang dari miliarder Amerika Serikat, Bill Ackman, yang menyumbang hampir Rp 1,1 miliar.

Tentulah dana tersebut bukan sekadar angka namun menjadi simbol dukungan nyata—untuk pemulihan Ahmed, untuk keluarganya selama ia tak dapat bekerja, dan untuk menjaga keberlangsungan toko buahnya, sumber utama penghidupan mereka. Solidaritas ini seolah menegaskan bahwa keberanian tidak pernah berdiri sendiri; ia selalu dijawab oleh kebersamaan.

Pengakuan resmi pun datang dari negara. Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menjenguk Ahmed di St George Hospital pada 16 Desember 2025. Dalam pernyataannya, Albanese menyebut Ahmed sebagai “pahlawan Australia” yang berlari menuju bahaya ketika orang lain berlari menjauh.

“Ahmed, Anda adalah pahlawan Australia. Anda menempatkan diri pada risiko untuk menyelamatkan orang lain, berlari menuju bahaya di Pantai Bondi dan melucuti seorang teroris. Di saat-saat terburuk, kita melihat sisi terbaik masyarakat Australia. Dan itulah yang kita lihat pada Minggu malam. Atas nama setiap warga Australia, saya mengucapkan terima kasih,” ujar Albanese panjang lebar.

Pemerintah Negara Bagian New South Wales berkomitmen menanggung seluruh biaya medis Ahmed, termasuk terapi lanjutan dan dukungan psikologis. Kunjungan tersebut juga menjadi momen emosional ketika Albanese bertemu dengan orang tua Ahmed yang baru tiba dari Suriah—orang tua yang ia sebut “sangat bangga”. Sebuah adegan sederhana, namun sarat makna: tentang keluarga, pengorbanan, dan penerimaan.(*)

BACA JUGA: Bondi Beach dan Dua Tragedi Minggu Hitam

Back to top button