DesportareVeritas

Rizki Juniansyah dan 204 Kilogram yang Cetak Rekor Dunia

Demam tak menyurutkan langkahnya. Di Norwegia yang dingin, Rizki Juniansyah menolak menyerah pada tubuhnya sendiri. Satu tarikan napas, satu dorongan tenaga, dan sejarah baru tercipta — rekor dunia 204 kilogram clean & jerk di kelas 79 kg.

JERNIH – Rizki Juniansyah, lifter muda asal Indonesia yang kembali mencuri perhatian dunia lewat penampilannya di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2025 di Førde, Norwegia. Di usia yang baru menginjak dua puluh dua tahun, Rizki menunjukkan bahwa semangat juang bisa mengalahkan keterbatasan fisik, bahkan dalam kondisi yang tak sempurna sekalipun.

Beberapa hari sebelum pertandingan, Rizki dikabarkan sempat mengalami demam. Dalam olahraga yang sangat mengandalkan konsistensi kekuatan dan fokus, kondisi tersebut tentu menjadi ujian berat. Namun, bukannya melemah, Rizki justru menjadikannya sebagai dorongan untuk tampil lebih gigih. Ia turun di kelas 79 kilogram, sebuah kelas baru dalam cabang angkat besi yang menuntut kemampuan adaptasi cepat terhadap standar dan lawan yang berbeda dari sebelumnya.

Pada nomor snatch, Rizki memulai dengan angkatan 157 kilogram. Percobaan keduanya pada 162 kilogram gagal, dan wajahnya menunjukkan sedikit kekecewaan. Namun, siapa sangka bahwa kegagalan kecil itu justru menjadi titik balik. Ketika beralih ke nomor clean & jerk, Rizki tampil luar biasa. Ia berhasil mengangkat 195 kilogram pada percobaan pertama dan kemudian memecahkan rekor dunia baru dengan 204 kilogram di percobaan kedua. Dengan total angkatan 361 kilogram, Rizki meraih dua medali emas sekaligus — di nomor clean & jerk dan total angkatan — serta mempersembahkan prestasi yang kembali mengibarkan Merah Putih di panggung dunia.

Prestasi itu menjadi semakin istimewa jika melihat konteksnya. Rizki tidak berada dalam kondisi terbaik, baik secara fisik maupun adaptasi terhadap lingkungan Norwegia yang dingin dan lembap. Tim Indonesia hanya memiliki waktu singkat untuk menyesuaikan diri dengan iklim setempat. Namun, di tengah keterbatasan itu, Rizki menunjukkan bahwa kekuatan sejati atlet bukan hanya pada ototnya, melainkan pada keteguhan mental yang tak mudah goyah.

Kemenangan Rizki di Førde menegaskan satu hal penting: bahwa ia bukan sekadar juara Olimpiade yang beruntung di Paris 2024, tetapi seorang atlet dengan konsistensi dan mental juara sejati. Dalam dunia olahraga, mempertahankan prestasi seringkali jauh lebih sulit daripada meraihnya. Ekspektasi publik, tekanan dari media, dan persaingan yang semakin ketat bisa menjadi beban berat. Namun, Rizki berhasil menjawab semua itu dengan kerja nyata di atas panggung.

Lebih dari sekadar medali dan rekor, kemenangan Rizki di Norwegia adalah simbol keteguhan anak muda Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Ia menjadi cerminan generasi atlet baru yang tak hanya berbakat, tetapi juga disiplin, rendah hati, dan tahan uji. Di tengah perubahan kelas dan standar baru yang ditetapkan Federasi Angkat Besi Dunia (IWF), Rizki justru menjadi salah satu yang menetapkan tolok ukur baru bagi dunia.

Dalam wawancara pasca-pertandingan, Rizki menyebut bahwa ia “belum puas” dan masih ingin memperbaiki total angkatan di ajang berikutnya.

Rizki Juniansyah lahir 17 Juni 2003 di Serang, Banten. Ia merupakan salah satu lifter muda berbakat Indonesia yang telah mencatatkan prestasi gemilang di kancah nasional maupun internasional. Pada Olimpiade Paris 2024, Rizki meraih medali emas di kelas 73 kg dengan total angkatan 354 kg—termasuk tolakan (clean & jerk) 199 kg yang menjadi rekor Olimpiade. Ia juga sempat menjadi peraih medali perak Kejuaraan Dunia 2024 di kelas 73 kg.

Seiring perubahan regulasi kelas di cabang angkat besi (IWF), Rizki kini turun di kelas 79 kg. Ia jadi harapan Indonesia di Olimpiade 2028 Los Angeles.(*)

BACA JUGA: Berlin Ingin Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2036 untuk Hapus Satu Abad Kenangan Buruk Adolf Hitler

Back to top button