Crispy

ISIS Tembak Tiga Perempuan Jurnalis di Afganistan

Setidaknya 65 profesional media dan aktivis hak asasi manusia tewas dalam serangkaian pembunuhan yang ditargetkan di seluruh Afghanistan, dari tahun 2018 hingga bulan awal tahun ini.

JERNIH–Tiga jurnalis wanita yang bekerja untuk radio dan stasiun televisi Enikass, tewas ditembak mati di timur kota Jalalabad, Afganistan, Selasa (2/03) lalu. Direktur Enikass TV, Zalmai Latifi, mengatakan ketiga karyawannya itu ditembak mati dalam dua serangan terpisah setelah meninggalkan kantor.

“Mereka semua tewas. Mereka dalam perjalanan pulang dari kantor dengan berjalan kaki ketika ditembak,” kata Latifi kepada kantor berita AFP, seraya menambahkan bahwa ketiga wanita itu bekerja di departemen sulih suara di Enikass.

Mereka yang menjadi korban tewas penembakan oleh pria bersenjata itu adalah Mursal Wahidi, Shahnaz, dan Sadia. Ketiganya merupakan pengisi suara drama populer Turki dan India.

Serangan itu terjadi di tengah gelombang pembunuhan yang menargetkan jurnalis, pekerja dan masyarakat sipil, serta pegawai pemerintah tingkat menengah. Beberapa bulan terakhir, rasa takut membayangi banyak pekerja profesional di Afganistan.

Siapa di balik serangan?

Kelompok ISIS pada hari Rabu (3/03) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka kerap kali mengklaim bertanggung jawab atas tindakan teroris dan menunjukkan keberadaan mereka di Provinsi Nangarhar, di mana Jalalabad adalah ibukotanya.

Pada Desember tahun lalu, afiliasi ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan karyawan perempuan Enikass lainnya.

Kepala Polisi Nangarhar Juma Gul Hemat pada hari Selasa (2/3) mengatakan seorang tersangka ditahan setelah serangan itu dan pihak berwenang masih mencari tersangka lainnya. “Dia telah mengakui serangan itu,” kata Hemat, menambahkan bahwa tersangka yang ditahan adalah anggota Taliban.

Namun pasukan Taliban yang telah menandatangani kesepakatan damai dengan Amerika Serikat pada tahun lalu membantah terlibat atas serangan terhadap tiga jurnalis wanita itu.

Afganistan dianggap sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi pekerja media, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Setidaknya 65 profesional media dan aktivis hak asasi manusia tewas dalam serangkaian pembunuhan yang ditargetkan di seluruh Afghanistan, dari tahun 2018 hingga bulan awal tahun ini.

“Pembunuhan yang menargetkan para jurnalis dapat menyebabkan ketakutan dalam komunitas jurnalistik, menyebabkan sensor diri, pengabaian aktivitas media, dan bahkan meninggalkan negara itu,” kata Mujib Khalwatgar, kepala Kelompok Advokasi Media Afganistan Nai pada hari Selasa (2/3).

Khalwatgar mengatakan jurnalis wanita di Nangarhar mungkin harus menahan diri untuk sementara tidak bekerja setelah peristiwa penembakan.

Wanita Afganistan ‘terlalu sering terbunuh’

Shaharzad Akbar, kepala Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afganistan menyebut serangan itu “mengerikan.” “Wanita Afganistan telah menjadi sasaran dan dibunuh terlalu sering … Ini harus dihentikan. Berhenti membunuh warga sipil dan menghancurkan masa depan Afganistan,” tulisnya di Twitter.

Menurut situs web, Enikass adalah outlet milik pribadi yang menyiarkan “berita program politik, sosial, Islam, pendidikan, satir, serial, dan film untuk rakyat Afganistan.” [AFP/AP/Reuters]

Back to top button