Crispy

Prediksi Ahli: Pandemi Baru Berakhir Pada 2022

Ahli virologi itu mengatakan akan membutuhkan waktu yang sangat lama sebelum virus menjadi endemik, yang berarti masih ada tetapi hanya terjadi di tingkat lokal. Drosten bahkan mengatakan kepada majalah Der Spiegel Jerman, situasinya mungkin akan menjadi jauh lebih buruk pada 2021 sebelum menjadi lebih baik.

JERNIH—Seiring tibanya musim semi di belahan bumi utara, banyak orang telah kehilangan kesabaran. Mereka menginginkan kepastian kapan lockdown akan berangsur-angsur dihentikan atau kapan mereka akhirnya dapat berharap untuk divaksinasi. Senyampang itu, Jerman bahkan meneruskan lockdown hingga 28 Maret mendatang.

Perdebatan itu dipicu pernyataan WHO tentang segera berakhirnya pandemi virus corona. Menurut desas-desus yang beredar, Direktur WHO untuk Eropa Hans Henri Kluge mengatakan kepada radio Denmark, pandemi akan “berakhir dalam beberapa bulan.”

Tak pernah mengatakan itu

Setelah perdebatan sengit di antara para ahli dan di jaringan media sosial, Kluge mengatakan kepada penyiar Jerman ZDF: “Saya tidak pernah mengatakan itu.” Sebaliknya, dia mengatakan tidak ada yang bisa memprediksi kapan pandemi akan berakhir.

“Menurut saya, berdasarkan hipotesis sementara, pandemi akan berlalu pada awal 2022,” kata direktur WHO tersebut. Virus corona, kata Kluge kepada ZDF, akan tetap ada, tetapi tindakan yang mengganggu tidak lagi diperlukan,.

Kutipan yang diduga diutarakan Direktur WHO Kluge itu membuat para ilmuwan menggelengkan kepala. Di Twitter, Christian Drosten, ahli virologi di rumah sakit Charite Berlin, membantah semua spekulasi virus itu telah kehilangan kekuatannya. “Saat ini tidak ada tanda-tanda melemahnya mutan yang diketahui. Itu spekulasi murni,” kata Drosten.

Dalam podcast regulernya dengan penyiar Jerman NDR pada awal Januari, ahli virologi itu mengatakan akan membutuhkan waktu yang sangat lama sebelum virus menjadi endemik, yang berarti masih ada tetapi hanya terjadi di tingkat lokal. Drosten bahkan mengatakan kepada majalah Der Spiegel Jerman, situasinya mungkin akan menjadi jauh lebih buruk pada 2021 sebelum menjadi lebih baik.

Karl Lauterbach, ahli epidemiologi Jerman dan anggota parlemen Bundestag, juga memperingatkan tentang pelonggaran lockdown yang terlalu dini. Perdana Menteri Bavaria Markus Söder juga mengatakan kepada BR, orang-orang seharusnya tidak buru-buru untuk melonggarkan lockdown.

Pada akhir Februari, jumlah infeksi SARS CoV-2 yang dikonfirmasi di seluruh dunia sekitar 114 juta. Sekitar 2,5 juta orang yang terinfeksi telah meninggal, dan lebih dari 64,4 juta telah pulih.

Secara absolut, jumlahnya menakutkan karena virus terus merajalela di beberapa negara. Ada juga kekhawatiran tentang gelombang ketiga yang dipercepat oleh mutasi.

Namun yang mengejutkan, ada tanda-tanda pandemi yang sedikit berkurang secara global. WHO melaporkan infeksi global telah menurun secara signifikan selama hampir dua bulan, jauh lebih cepat dan lebih intens dari yang diperkirakan. Pertengahan Januari masih ada 700.000 infeksi baru setiap hari, hari ini angka itu turun menjadi sedikit lebih dari setengah jumlah itu dan kematian akibat COVID-19 juga hampir setengahnya dalam sebulan terakhir.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut penurunan angka itu sebagai “tanda harapan”, dengan mengatakan, “Tren ini adalah pengingat COVID-19 dapat ditekan dan dikendalikan dengan tindakan kesehatan masyarakat yang terbukti, dan itulah yang telah dilakukan banyak negara,” katanya di WHO Vaccines and Global Health Symposium pada akhir Februari, yang juga dikutip DW.

Pengalaman masa lalu dengan influenza telah menunjukkan fenomena infeksi sangat mungkin mereda secara tiba-tiba di beberapa titik, kata Klaus Stöhr, ahli epidemiologi yang mengepalai Program Influenza Global WHO dan merupakan koordinator penelitian SARS WHO. Dua pandemi influenza: flu Asia 1957, yang menewaskan hingga 4 juta orang, dan flu Hong Kong 1968, yang menewaskan hingga 3 juta orang, keduanya menghilang secepat kemunculannya, katanya.

Dalam kasus flu Spanyol setelah Perang Dunia I, gelombang kedua menyebabkan kematian paling banyak, dengan total diperkirakan lebih dari 50 juta orang tewas antara 1918 hingga 1920. Gelombang ketiga dengan cepat mereda, tetapi patogen itu tetap ada dalam bentuk yang lemah.

Virus SARS-CoV-2 mungkin akan menapaki jalan yang sama dalam jangka menengah, atau mungkin hanya akan bertahan lebih lama secara lokal. Jika dilemahkan oleh mutasi, ancamannya akan berkurang. Namun, sampai tren global yang positif stabil, tindakan penyeimbangan antara pembatasan kontak dan kemungkinan relaksasi akan terus berlanjut. [DW/Reuters/AFP]

Back to top button