Crispy

Pak Ralon, Polisi yang Rela Jual Perhiasan Istri Demi Tegaknya Sebuah SD

KAMPAR KIRI HULU–Anak-anak SD di Dusun Sialang Harapan Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, patut bergembira. Saat ini  mereka telah memiliki ruang kelas yang memadai untuk belajar. Dusun Sialang merupakan salah satu permukiman terpencil di kecamatan itu.

Semua berawal dari terketuknya hati hati Bripka Ralon Manurung, anggota Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Riau. Ia melihat SD yang sudah dibangun sejak 2006 tersebut dari tahun ke tahun bangunan dari kayu itu semakin rusak dan tidak layak pakai.

Keterlibatan Ralon pada pembangunan gedung SD Dusun Sialang berawal dari perkenalan Ralon dengan Riko di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, sekitar November 2017. Riko membawa sejumlah orang untuk meminta sumbangan bagi pembangunan SD di dusunnya.  “Saya pagi itu sedang membantu masyarakat menyeberang jalan di depan Kantor Gubernur Riau. Saat itu ada sekelompok orang yang sedang meminta sumbangan untuk membangun sekolah,” kata Ralon.

Perjumpaan itu berlanjut di rumah Ralon, karena ternyata Riko satu kampus dengan istri Ralon, Maria Farida Naibaho. “Rupanya mereka juga sudah berkomunikasi sebelumnya soal bangun sekolah pinggiran itu,”ujar Ralon, pria kelahiran 1983 itu.

Bripka Ralon merasa trenyuh mendengar cerita SD di dusun Sialang Harapan itu. Cerita itu mengingatkan dirinya saat sekolah bersama anak Suku Sakai di SD 058 Kandis, Kabupaten Siak. Kala itu, untuk pergi ke sekolah ia harus menempuh belasan kilometer.  “Ini saya lakukan karena berkaca pada pengalaman saya semasa bersekolah,” ujar Ralon.

Dengan pengalaman sulitnya bersekolah itulah Ralon bertekad membantu membangun sekolah di Dusun Sialang Harapan. Setelah berembuk dengan istri, sang istri pun tak kalah mendukung.

Dulu, anak Sialang Harapan harus menempuh waktu dua jam untuk bisa belajar. Itu pun dengan perjuangan, karena kondisi jalan yang rusak plus tak aman karena melintasi hutan dan sungai. “SD 10 itu adanya di Desa Batu Sasak. Jaraknya jauh dan harus menyeberang sungai. Kalau air sungai naik, mereka nggak bisa ke sekolah,” kata Ralon.

Dengan pertimbangan keamanan, pada 2006 dibangun SD Sialang Harapan, dengan tetap menginduk pada SD Negeri 10 di Desa Batu Sasak. Usia bangunan yang sudah lebih 10 tahun membuat bangunan SD Sialang Harapan mulai hancur dan tidak dapat digunakan untuk belajar dengan layak.

Untuk membangun kembali dibutuhkan dana sekitar Rp 14,5 juta. Saat itu uang yang terkumpul baru Rp 12,5 juta. Ralon pun berunding dengan Maria yang merelakan menjual perhiasannya sebagai penambah.

Ralon menggandeng tokoh masyarakat disana untuk mempercepat pembangunan. Warga menyiapkan tenaga untuk membangun, sementara Ralon yang menyediakan bahan bangunannya. Selama berjalannya pembangunan, warga setempat sangat antusias membantu. Tak lebih dari dua pekan, bangunan sekolah selesai dan siap digunakan.

Saat ini sekolah memiliki dua ruang belajar, satu ruang majelis guru yang digabung dengan ruang perpustakaan. Ruang SD sudah mulai digunakan 18 murid dan dua guru. Ralon tidak bisa sering-sering datang ke Dusun Sialang Harapan untuk melihat sekolah yang didirikannya. Untuk menuju lokasi, dia harus menempuh jarak lebih kurang 12 jam dari Lipat Kain, ibu kota Kecamatan Kampar Kiri. “Kalau saya berangkat pagi dari Lipat Kain, sampai ke lokasi sudah mau magrib. Akses ke sana jalan tanah, tapi sebagian ada yang sudah disemen,” ujar dia.

Pendri, salah satu tokoh masyarakat merasa terbantu dengan kiprah Ralon. Sekarang, anak-anak Sialang Harapan dapat belajar lebih nyaman. Mereka tak lagi berbasah-basah saat hujan.

Namun Pendri berharap pemerintah turun ke Sialang  untuk melengkapi kebutuhan sekolah yang masih berbilang. “Tanpa mengenyampingkan bantuan Pak Ralon, sekolah ini masih membutuhkan bantuan. Kami masih perlu perbaikan jalan, penambahan tenaga pengajar dan ruang kelas juga buku-buku bagi anak-anak,” kata Pendri. [tvl]

Back to top button