Crispy

Thailand Selatan Memanas, 15 Tewas

Yala — Yala, salah satu propinsi di selatan Thailand, memanas menyusul serangan mendadak kelompok bersenjata yang menewaskan 15 orang, Selasa 5 Nopember 2019 malam.

Kolonel Pramote Prom-in, juru bicara militer Thailand, mengatakan 12 korban tewas di tempat, dua meninggal di rumah sakit, satu lainnya meninggal beberapa jam kemudian.

Serangan di checkpoint itu menewaskan seorang petugas kepolisian dan relawan keamanan desa. Sumber lain mengatakan serangan tunggal ini adalah yang terburuk di wilayah Muslim Thailand dalam beberapa tahun terakhir.

Penyerang, menurut Kolonel Pramote, mengambil senapan M-16 dan shotgun dari checkpoint. “Ini perbuatan gerilyawan,” kata Kolonel Pramote kepada wartawan. “Ini serangan terbesar.”

Belum ada pihak yang bertanggung jawab. Juru Kongcheep Tantravanich, juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, mengatakan PM Prayut Chan-O-Cha memerintahakan polisi dan militer segera menangkap pelaku.

“Pelaku harus diadili,” kata PM Prayut, seperti disampaikan juru bicara Kementerian Pertahanan.

Propinsi Yala, Pattani, dan Narathiwat, adalah rumah bagi Muslim Melayu. Selama puluhan tahun penduduk Muslim di tiga propinsi ini berusaha memisahkan diri dari Thailand, negeri mayoritas beragama Buddha.

Deep South Watch, organisasi yang memonitor kekerasan di Thailand, mengatakan sedikitnya 7.000 orang tewas di tiga propinsi itu sejak 2014.

Yala, Narathiwat, dan Pattani adalah Kesultanan Pattani dengan populasi 80 persen Muslim. Thailand menganeksasi Pattani tahun 1908, dan menjadikannya kawasan penyangga dari pengaruh Muslim Melayu.

Aljazeera, mengutip sumber-sumber militer, mengatakan terdapat beberapa kelompok bersenjata yang beroperasi di tiga propinsi itu. Yang terbesar adalah Barisan Revolusi Nasional (BRN), yang dipercaya berada di balik aksi kekerasan di selatan Thailand.

Agustus lalu, BRN mengatakan sedang melakukan pertemuan rahasia dengan pemerintah Thailand, tapi tidak ada langkah maju dalam proses perdamaian. Penyebabnya deputi PM Thailand yang hadir pada perundingan itu menolak melepas semua tahanan.

Kekerasan meningkat di selatan Thailand setelah Abdullah Esormusor, seorang Muslim diinterogasi secara keras. Esormusor koma lalu dinyatakan tewas dengan berbagai luka di sekujur tubuh.

Mara Patani, payung berbagai faksi perlawanan di selatan Thailand, mengimbau intervensi asing untuk mengungkap kasus Esormusor. Bangkok menolak imbauan itu.

Back to top button