Crispy

Pelosi: Simbol Rasis Harus Disingkirkan, Trump: Saya Menentang

  • Lebih 150 tahun setelah Perang Saudara AS berakhir, jenderal-jenderal Konfederasi pro-perbudakan masih tetap hidup.
  • Kematian George Floyd diharapkan mengakhiri semua itu. Dimulai dengan penghancuran patung-patung mereka.

Washington — Presiden AS Donald Trump menentang upaya mengganti nama hampir selusin pangkalan dan instalasi militer yang menggunakan nama komandan militer Konfederasi.

“Pangkalan monumental dan sangat kuat itu telah menjadi bagian warisan Amerika Hebat, sejarah kemenangan dan kebebasan,” demikian Trump menulis di Twitter-nya.

“AS melatih dan mengerahkan pahlawan kita di Hallowed Grounds, dan memenangkan Perang Dunia I dan II. Oleh karena itu, pemerintahan saya tidak akan mempertimbangkan penggantian nama instalasi militer yang megah dan fabel,” lanjutnya.

Berbeda dengan Trump, Menteri Pertahanan (Menhan) Mark Esper dan Sekretaris Angkatan Darat Ryan McCarthy dikabarkan mengatakan percayakapan bipartisan tentang pergantian nama-nama pangkalan utama, dan instalasi yang menyandang nama militer konfederasi.

Instalasi pasukan yang menggunakan nama komandan Konfederasi, di antaranya, Fort Bragg di North Carolina, Fort hood di Texas, dan Fort AP Hill di Virginia.

Pangkalan militer AS di seluruh negeri juga sekian lama menggunakan nama-nama komandan militer Konfederasi. selama bertahun-tahun tidak ada protes dari warga kulit hitam soal penggunaan nama itu.

Gugatan untuk menghapus semua yang bernada rasisme muncul setelah kematian George Floyd di lutut seorang polisi Minneapolis. Warga kulit hitam di sekujur AS, serta penduduk kulit putih yang antirasis, merobohkan patung-patung yang dianggap simbol rasisme.

Di Virginia, misalnya, patung Christopher Colombus dirobohkan dan ditenggelamkan di Danau Richmond. Hari ini, penduduk memenggal kepala empat patung yang menjadi bagian masa lalu Konfederasi.

Salah satunya patung Jefferson Davis, prsiden Konfederasi AS. Lainnya, patung Jenderal Robert E Lee, komandan tertinggi pasukan konfederasi.

Nancy Pelosi, anggota DPR AS, berkirim surat ke Dewan Senata yang bertanggung jawab atas koleksi National Statuary Hall di Capitol untuk meminta penghapusan seluruh nana-nama komandan Konfederasi diabadikan sebagai nama pangkalan dan instalasi militer.

Alasan Pelosi, alih-alih memberikan penghormatan, nama-nama itu mencerminkan kebencian abadi penduduk yang antirasis.

Menurut Pelosi, patung-patung dan simbol-simbol yang ditegakan harus mencerminkan cita-cita tertinggi AS, bukan patung orang-orang yang menganjurkan kekejaman dan barbarisme.

Konfederasi

Konfederasi mengacu pada negara-negara bagian AS di selatan yang berusaha memisahkan diri. Lawannya adalah negara-negara bagian pro persatuan, disebut Uni.

Upaya pemisahan terjadi setelah perseteruan berkepanjangan soal perbudakan. Sebanyak 20 negara bagian AS di utara mendukung antiperbudakan. Lainnya, negara-negara bagian AS di selatan pro-perbudakan.

Di utara, industri sedang berkembang. Di selatan, pertanian — dengan para tuan tanah menikmati kemakmuran — sedang mencapai puncaknya, dengan kapas sebagai komoditi unggulan.

Utara dan Selatan membutuhkan satu hal, yaitu tenaga kerja murah. Industri di utara hanya bisa sedemikian berkembang jika tersedia tenaga kerja murah melimpah. Di selatan, setiap tuan tanah punya tenaga kerja ‘gratis’ dalam jumlah melimpah, yaitu budak.

Utara berharap UU Antiperbudakan akan membuat terjadinya migrasi budak besar-besaran dari tanah-tanah pertanian ke kota-kota, dan menggerakan mesin industri. Asumsinya, setiap budak akan tergiur dengan upah – sesuatu yang tak pernah mereka nikmati di Selatan.

Selatan, dengan keunggulan persenjataan dan teknologi transportasi, memenangkan perang itu. Virginia, ibu kota Konfederasi, menjadi front terakhir pertempuan paling berdarah dan menimbulkan banyak korban.

Dibanggakan

Selatan boleh saja kalah, tapi mereka tetap memelihara semangat perlawanan. Caranya, dengan membangun patung para jenderal Konfederasi, plus Presiden Jefferson Davis, serta ikon-ikon lainnya.

Virginia, sebagai wilayah pertempuran terakhir, yang paling banyak mendirikan patung-patung itu. Bendera Konfederasi juga bebas berkibar di wilayah ini, kendati warga kulit hitam dan antiperbudakan enggan melihatnya.

Instalasi dan pangkalan militer AS di Selatan juga menggunakan nama-nama jenderal Konfederasi. Pertimbangannya sederhana, Perang Saudara harus diakhiri dengan tidak boleh ada lagi saling benci.

Dalam bahasa yang lain, tetaplah ada penghormatan kepada mereka yang kalah. Bukankah generasi berikut akan selalu menghormati mereka.

Di sisi lain, bagi budak-budak dan anak-anak mereka, jenderal-jenderal itu adalah penindas, mereka memerangi sesama hanya untuk melanggengkan perbudakan.

Diskusi

Dalam pernyataan yang dikeluarkan Senin lalu, Angkatan Darat AS mengkonfirmasi bahwa McCarthy dan Esper terbuka untuk diskusi bipartisan mengenai pergantian nama.

Namun, dalam alinea lain pernyataan itu Angkatan Darat AS mengatakan setiap instalasi AS diberi nama prajurit yang memegang tempat penting dalam sejarah militer Paman Sam.

“Jadi, nama-nama bersejarah itu mewakili inividu, bukan ideologi,” kata pernyataan itu.

McCarthy sebenarnya memiliki keweangnan mengubah nama instalasi militer secara sepihak, namun perlu ada konsultasi degnan Gedung Putih, Kongres, pemerintah negara bagian dan lokal.

Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan sangat medukung upaya McCarthy untuk mengeksplorasi masalah ini.

Back to top button