Mata Air Kuno yang Mengeluarkan Gelembung Bila Berdeham
CIAMIS — Jika berkunjung ke Karamat Cidehem di Desa Sandingtaman, Panjalu, cobalah untuk ngadehem di sisi mata airnya, maka mata air yang jernih tersebut akan ngaburukbuk dan mengeluarkan gelembung-gelembung udara.
Percaya atau tidak, fenomena tersebut merupakan hal biasa bagi masyarakat setempat dan menjad kacapangangan bagi yang berkunjung ke Cidehem. Sejauh ini tidak dapat diketahui apa yang menyebabkan mata air itu mengeluarkan gelembung dari dasar kolam bila seseorang berdehem.
Menurut Elim Mulyono, seorang warga setempat yang pernah mengantar para peziarah, setelah Aki Bihi, juru kunci Cidehem wafat, mengatakan bahwa Cidehem merupakan tempat nyipuh atau membersihkan diri dari penyakit yang mengotori jiwa untuk semakin meningkatkan ibadah.
Cara mandinya juga memiliki tata cara yang unik, peziarah harus memakai kain putih yang didodotkan dan sebelum ancrub harus membaca sahadat dan ngadehem tiga kali, baru setelah itu teuleum (menyelam) tiga kali, memeluk dan mengangkat salah satu batu yang disakralkan tiga kali.
“Menurut sesepuh, Cidehem merupakan tempat membersihkan diri Batara Aji Bukas Tangan, yang sakti mandraguna yang insyaf dan masuk agama Islam kemudian menjadi ulama yang menyebarkanIslam di daerah Citaman
Di sebelah atas Citaman ini terdapat tempat yang dinamakan Lingga, karena ada batu berdiri dan batu meja didekatnya. batu datarnya suka dipakai shalat oleh Aji Bukas Tangan” tutur Elim Mulyono.
“Selain bisa mengeluarkan gelembung udara, juga sering terjadi keanehan, yaitu munculnya ikan mas warna-warni. Seolah ada yang memelihara. Padahal sehari-hari di mata air ini tidak ada ikan seperti itu” imbuh Elim.
Namun kini sulit untuk melihat gelembung udara ngaburukbuk bila berdehem di Cidehem. Menurut Atong, anggota karangtaruna di Citaman, dulunya Cidehem cukup luas namun seiring jaman, kolam yang asalnya luas sebagian besar berubah menjadi sawah.
“Cidehem yang nampak saat ini adalah sisa dari mata air Cidehem yang dulunya luas. Setelah terpotong aliran wahangan, bagian utara cidehem ditembok agar airnya dapat tertampung untuk dimanfaatkan oleh warga” Kata Atong kepada Jernih
Debit air yang keluar dari perut bumi begitu berlimpah. Sehingga Cidehem menjadi sumber air yang tidak pernah kering bagi penduduk walau musim kemarau berlangsung lama. Dulu, lokasi disekitar Cidehem kurang terawat dengan banyaknya rumput liar di tepian kolam. Namun kini setelah para pemuda Citaman mengelola Cidehem, lokasinya menjadi lebih tertata.
Banyak perubahan di Cidehem. Pohon Kamuning kini tumbuh besar di pojok kolam. Sehingga suasana semakin teduh dan nyaman. Tepian kolam juga sudah bersih dan resik. Sebuah tajug disamping kolam mata air telah didirikan oleh para pemuda setempat . Cidehem berada wilayah perbukitan yang indah dan berdekatan dengan lokasi Objek Wisata Curug Tujuh Cibolang Panjalu .
Aji Bukas Tangan merupakan tokoh yang ada dalam folklor Panjalu sebagai sembilan tokoh pengasuh yang menjaga wilayah Panjalu di sembilan arah mata angin yang disebut Batara Salapan (Batara Sembilan) yaitu merupakan tokoh yang menjaga kawasan perbatasan kerajaan Panjalu.
Selain Aji Bukas Tangan, batara lainnya yaitu Sri Manggelong bertempat di Kubang Kelong, Rinduwangi. Sri Manggulang di Cipalika, Bahara. Kebo Patenggel di Muhara Cilutung, Hujungtiwu. Sri Keukeuh Saeukeurweuleuh di Ranca Gaul, Tengger.
Lembu Dulur di Giut Tenjolaya, Sindangherang. Batara Terus Patala di Ganjar Ciroke, Golat. Sang Ratu Lahuta di Gajah Agung Cilimus, Banjarangsana dan Sri Pakuntilan di Curug Goong, Desa Maparah.
Sebagai mata air kuno yang dikeramatkan, di Cidehem banyak ditemukan banyak pecahan gerabah saat dilakukan penggalian untuk membangun tajug di area samping kolam. Pecahan gerabah tersebut rata-rata ditemukan di kedalaman 50 cm. Adanya temuan gerabah membuktikan Cidehem di masa lampau pernah berfungsi sebagai sumber air bagai masyarakatnya.
Demikian pula struktur balay bebatuan yang tersisa di sekililing Cidehem beberapa bagian menyisakan fitur tangga di tepian kolam yang langsung bersentuhan dengan air kolam. Fitur tangga tersebut masih dalam posisi aslinya, diperkirakan dulu digunakan untuk sarana jalan menuju air kolam.
Mata air Cidehem berada di kaki bukit Pasaleman yang dipuncaknya terdapat beberapa situs yang dikeramatkan. Pasaleman berasal dari kata salem yang asalnya dari kata silem yaitu menghilang. Dalam pandangan sunda kuno, silem memiliki kaitan dengan mokteng, lumahing atau ngahiyang, yaitu sebagai sebutan bagi seseorang tokoh yang telah meninggal.