Crispy

Inggris Siapkan Dana Rp28,8 Triliun Untuk Selamatkan Sektor Seni-Budaya

LONDON (INGGRIS)—Inggris siapkan dana US$2 miliar, atau sekitar Rp28,8 triliun, guna membantu sektor keseniannya tetap bertahan di masa pandemi. Perdana Menteri (PM) Boris Johnson menyebutnya sebagai paket penyelamatan “terdepan di dunia” untuk sektor seni-budaya.

Dilaporkan New York Times, Kementerian Kebudayaan Inggris mengatakan pada Minggu (5/7/2020), pihaknya akan menggelontorkan dana 1,57 miliar pound, atau sekitar US$2 miliar, untuk organisasi-organisasi seni-budaya di Inggris Raya.

Lebih lanjut, PM menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa uang itu akan “membantu melindungi sektor ini untuk generasi mendatang, memastikan kelompok-kelompok seni dan tempat-tempat di seluruh Inggris dapat tetap bertahan.”

Ia menambahkan pula bahwa dana ini membantu para staf untuk bertahan “sementara pintu dan gorden mereka tetap tertutup.”

Meski tidak merinci siapa saja penerima bantuan ini, namun dapat dipastikan bahwa beberapa tempat musik serta museum terdaftar sebagai penerima.

Sejak Maret 2020, tempat-tempat seni budaya di Inggris seperti museum, gedung pertunjukan serta bioskop ditutup akibat pandemi COVID-19.

Sabtu (4/7/2020), National Gallery di London dan beberapa museum lainnya telah diizinkan buka. Namun, tidak jelas kapan tempat musik dan teater dapat kembali “menyalakan lampunya.”

Adanya paket bantuan ini disambut beragam oleh insan industri teater di Inggris. Sebelumnya, selama berminggu-mingggu seniman-seniman di sana melakukan kampanye yang terkoordinasi guna mendapat dukungan ketika banyak perusahaan teater mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran.

National Theater di London, misalnya, pada Jumat (3/7/2020) mengumumkan bahwa mereka akan merumahkan sekitar 400 karyawannya pada Agustus mendatang.

Nicholas Hytner, mantan Kepala National Theater, dalam sebuah keterangan tertulis menyebut bahwa komitmen 1,57 miliar pound adalah “rencana yang jauh lebih baik daripada yang diperkirakan siapa pun.”

Akan tetapi, ia menambahkan, yang harus dipertanyakan adalah seberapa cepat dana ini dapat didistribusikan serta bagaimana pemerintah menjangkau para seniman yang membutuhkan dukungan. Ia juga meminta kepastian pemerintah, kapan teater di Inggris dapat kembali manggung.

Sementara itu, beberapa pekerja teater freelance meragukan mereka akan dapat mengakses bantuan tersebut. Liz Barker, seorang teknis teater dan penata cahaya berstatus freelancer artist mengutarakan keraguannya melalui salah satu utas di akun Twitter @thestralspotter pada 6 Juli 2020 pukul 14.19.

“Saya enggan terdengar sinis, tapi saya masih mencoba memahami bagaimana paket [bantuan] pemerintah akan menolong freelancers dan independents secara langsung. Saya sangat mendukung uang tersebut [disalurkan] untuk organisasi dan gedung yang menjaga seni tetap hidup di negeri ini, namun, mereka hanya satu bagian dari ekologi (seni).”

Ia mengingatkan bahwa 70% orang yang bekerja di industri teater di Inggris adalah freelance. Ia khawatir jika pemerintah hanya fokus pada organisasi serta komunitas lokal mereka bantuan tersebut akan sulit menjangkau seniman lain yang, dengan jumlah yang jauh lebih banyak, tidak tergabung di dalamnya.

Meski menuai banyak keraguan, PM Johnson mengklaim bahwa paket bantuan tersebut merupakan yang “terdepan di dunia”. Banyak pihak memahami ini sebagai hal yang hiperbola sebab angka itu setara dengan paket bantuan serupa di negara-negara besar lainnya di Eropa. [ ]

Back to top button