Khutbah Umar bin Khattab di Depan Pasukan Muslim di Jabiyah, Syam
Tidak pula sah seseorang berhijrah sekali pun dia tinggal bersama kaum muhajirin, karena muhajirin yang sesungguhnya adalah mereka yang telah meninggalkan sayyiah-sayyiah dirinya.
Oleh : Zaenal Mutaqqin
JERNIH– Jabiyah adalah sebuah kota yang terletak di antara dataran Hawran dan Dataran Tinggi Golan. Pada mulanya kota ini adalah ibu kota kaum Ghassaniyah, yaitu suku Arab yang menjadi bawahan Kekaisaran Romawi Timur.
Setelah wilayah Syam ditaklukan kaum Muslim, kota tersebut menjadi perkemahan utama pasukan Muslim di kawasan tersebut, bahkan sempat menjadi ibu kota Jund Dimashq. Khalifah Umar pernah menggelar pertemuan tokoh-tokoh penting Muslim di kota ini, dan di pertemuan inilah mereka memutuskan pengaturan wilayah Syam dan gaji untuk militer. Di kota ini pula Khalifah Umar sempat berkhutbah, sebagaimana dicatat sejarah sebagai berikut:
Bismillaahirrahmaanirrahim, Ammaa ba’du. Aku mewasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala; Dia yang mem-baqa-kan dan mem-fana-kan yang selain-Nya, yang memuliakan wali-wali-Nya dengan ketaatan mereka dan membinasakan musuh-musuh-Nya dengan kemaksiatan mereka.
Tidak ada dalih bagi orang yang binasa untuk mengira bahwa kesesatan yang dia kerjakan akan membawanya kepada petunjuk, tidak pula kebenaran yang dia tinggalkan akan membawa kepada kesesatan; karena telah terang syariat, telah kokoh hujah, dan telah terputus alasan. Tidaklah tepat seseorang menyandarkan dirinya pada hasil perbuatannya, akan tetapi hendaknya ia menyandarkan diri kepada apa-apa yang Allah telah janjikan melalui jalan agama ini, yang dengan wasilah itu Allah akan memberinya petunjuk.
Adalah kewajiban kami untuk mengajak kalian agar senantiasa mengerjakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan menyempurnakan ketaatan kepada-Nya, dan mencegah kalian dari apa-apa yang telah Allah larang dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya. Adalah kami hendak menegakan amr Allah pada diri kalian, dan tidak akan membiarkan kalian menyimpang dari jalan kebenaran.
Bahwasanya aku mengetahui ada golongan-golongan yang merasa aman dengan agama mereka, hingga mereka berkata: kami telah shalat bersama mushallin, kami telah ikut berjuang bersama mujahidin, kami telah tinggal bersama kaum muhajirin. Tetapi sungguh keadaan mereka tidak mencerminkan apa yang mereka ucapkan. Karena iman itu bukanlah perhiasan di bibir semata.
Tidaklah sah orang yang shalat, kecuali dikerjakan pada waktu-waktu yang telah Allah tetapkan: “Sesungguhnya shalat itu bagi kaum mukmin adalah fardhu yang waktunya telah ditetapkan” (Q.S. An-Nisaa [4]: 103).
Tidak pula sah seseorang berhijrah sekali pun dia tinggal bersama kaum muhajirin, karena muhajirin yang sesungguhnya adalah mereka yang telah meninggalkan sayyiah-sayyiah dirinya.
Tidak pula sah seseorang berjihad sekalipun dia turut berperang. Namun ketahuilah bahwa jihad fi sabilillah itu adalah mujahadah (berperang) atas musuh dan ijtinabah (menjauhi) atas larangan Allah. Dan sungguh telah banyak orang-orang yang terbunuh dalam pertempuran dan mereka tidak mengharapkan keuntungan atau penghargaan atas apa-apa yang mereka lakukan; itulah sebenar-benarnya kematian: mati dari segala keinginan.
Dan ketahuilah bahwa pada puasa itu terkandung pengharaman (sebagaimana Masjidil-Haram), yakni mencegah apa-apa yang dapat mendatangkan kemadharatan bagi kaum muslimin, sebagaimana seseorang mencegah dirinya dari makanan, minuman, dan perempuan. Itulah puasa yang sempurna.
Dan tunaikan zakat yang telah diwajibkan Rasulullah saw. Zakat itu akan mendatangkan kebaikan bagi jiwa kalian, maka janganlah kalian mengharapkan imbalan dari harta yang dikeluarkan.
Sesungguhnya al-hariib (orang-orang yang berperang) itu adalah yang memper-juangkan agamanya, dan as-sa’iid (orang-orang yang beruntung) itu adalah yang mem-beri nasihat kepada saudaranya. Dan bahwasannya iqtisad di dalam sunnah jauh lebih baik dari ijtihad di dalam bid’ah.
Dan atas kalian Al-Quran, maka berpegang teguhlah padanya. Sungguh padanya terdapat cahaya dan obat. Adapun selain Al-Quran, hanya akan mendatangkan kesengsaraan.
Dan bahwasannya manusia terikat oleh apa-apa yang menguasainya. Maka mintalah perlindungan kepada Allah agar senantiasa menjaga kita dari dendam yang menggunung, hawa nafsu yang menumpuk, dan dunia yang melekat. Dan aku khawatir kalian terikat kepada orang-orang yang dzhalim, maka janganlah terlena dengan mereka yang menjanjikan harta dan keuntungan.
Demikian khutbah ini aku sampaikan. Dan aku berdoa semoga Allah mengaruniakan ampunan bagiku dan bagi kalian. [ ]