POTPOURRI

Daniel Maukar : Pilot Legendaris Penembak Istana Negara

Pagi itu, tidak ada yang aneh dengan rutinitas latihan di Bandar Udara (Bandara) Halim Perdanakusumah. 9 Maret 1960 adalah jadwal latihan rutin Letnan Dua Penerbang Daniel Alexander Maukar bersama pesawat MiG-17F bernomor 1112 tunggangannya.

Waktu itu, selain Daniel, ada juga Letnan Satu Penerbang Goenadi, Letnan Dua Penerbang Sapoetro, dan Letnan Satu Penerbang Sofjan Hamsjah yang dapat jadwal latihan. Nama yang disebut terakhir bertindak selalu komandan latihan.

Sasaran tembak latihan berada di sebelah selatan Bandara Halim. Belakangan diketahui, sasaran tembak Daniel ternyata agak jauh dari sana. Ia menembaki objek yang tak ada dalam skenario latihan.

Sasaran pertamanya, tangki-tangki minyak di daerah Plumpang, Jakarta Utara. Ia tahu persis daerah itu karena ayahnya, Karel Herman Maukar, disebutnya pernah bekerja di sana. Dari ketinggian 800 meter dengan sudut 30 derajat,Daniel melakukan tembakan.

Beres dengan sasaran pertama, pesawat MiG-17F yang merupakan pesawat tercanggih milik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) saat itu yang ia awaki, terbang ke Jakarta Pusat. Ia menyasar Istana Merdeka.

Berbekal informasi dari koleganya, Samuel Karundeng, bahwa tiap hari kerja, Soekarno, Presiden Republik Indonesia saat itu, berada di ruangan sebelah kanan istana, Daniel melancarkan serangannya. Ia menembak dari arah selatan istana dari ketinggian 600 meter.

Satu kali saja ia menembak sebab bukan niatnya menghabisi Bung Besar. Akibat serangan itu, pilar di istana runtuh dan mengenai meja kerja presiden. Bung Karno selamat sebab sedang berada di ruangan lain memimpin rapat.

Selesai menyerang Istana Merdeka, sasaran selanjutnya adalah Istana Bogor. Hal itu sesuai rencana yang disusun Daniel, Herman Maukar (kakak Daniel), dan Samuel Karundeng (tokoh Perjuangan Rakyat Semesta/Permesta) sebelum 2 Maret 1960.

Sesampainya di sana, dari atas langit Buitenzorg, ia lepaskan lagi tembakan. Setelah itu kemudian terbang menuju daerah Malangbong, Garut, melintasi Bandung. Pesawatnya melakukan pendaratan darurat di area persawahan di daerah Leles, dekat Malangbong, sekitar pukul 2 siang.

Pendaratan itu juga merupakan bagian dari rencana. Daniel “disuruh melompat ke Malangbong” sebab daerah itu merupakan “tempat operasi Batalion 3 Mei” yang berdiri di Manado pada 1950 dan memiliki banyak anggota dari Minahasa, tanah leluhur Daniel sekaligus pusat pergerakan Permesta. Keterangan ini disampaikan Samuel Karundeng di pengadilan pada tanggal 21 Mei 1960.

Sementara Daniel menjalankan aksinya, Samuel dan Herman menunggu di Malangbong dan akan  memberi kode asap sebagai tempat pendaratan Daniel. Namun, Daniel tak melihat asap itu sebab, menurut Samuel, asap yang dinyalakan Herman terlalu kecil untuk dilihat adiknya.

Tak lama kemudian petualangan ‘koboy’ udara itu berakhir, Daniel ditangkap di Garut. Semua yang terlibat diadili. Mahkamah Militer memutus Daniel bersalah atas perbuatan makar dan menjatuhinya hukuman mati.

Namun, beredar kabar bahwa seorang aktris tenar masa itu, Rima Melati, yang diisukan mengagumi Daniel, membujuknya agar meminta maaf pada Bung Karno. Tetapi Daniel enggan.

Mendengar kabar ini, Bung Karno justru malah kagum. Daniel dinilainya pemuda idealis yang justru dibutuhkan negeri. Dengan kewenangannya, presiden mengampuni jiwa pria kelahiran Bandung, 20 April 1932 dari pasangan Karel Herman Maukar dan Enna Talumepa ini dan ia hanya dihukum delapan tahun penjara.

Daniel bebas tanggal 20 Maret 1968 dan tetap mendapat dana pensiun dari pemerintah. Setelah bebas, ia memilih menjadi rohaniawan dan tutup usia pada 16 April 2007 di Rumah Sakit Cikini, Jakarta.

Letnan Dua Penerbang Daniel Alexander Maukar telah menjadi legenda di kalangan militer Indonesia, khususnya Angkatan Udara. Ia dinilai sebagai pilot dengan kemampuan di atas rata-rata pada masanya.

Hal ini, salah satunya, dibuktikan dengan kemampuannya mendaratkan pesawat secara darurat. Meski dilaporkan “sayap kiri pesawat patah, sayap kanan pesawat tertutup lumpur, dan airbrake-nya rusak”, namun, kerusakan ini dinilai banyak pihak justru merupakan buah kemampuan luar biasa dari pilot berjuluk Tiger ini. Jika oleh pilot “biasa-biasa”, kerusakan akan lebih parah dari itu.

Dari Isu Asmara Sampai Keterlibatan CIA

Motif penyerangan yang dilakukan Daniel masih dianggap misteri oleh banyak pihak. Sehari setelah penyerangan, beredar isu bahwa serangan itu bermotif asmara. Daniel cemburu sebab tunangannya Molly Mambo, yang bekerja di istana, dikabarkan digoda Soekarno.

Namun, hal ini dibantah oleh Daniel sendiri serta teman-teman kuliah Molly di Institut Keguruan dan Pendidikan (IKIP) Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta/UNJ).

Kabarnya, rumor ini sengaja disebar untuk menutup-nutupi keterlibatan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (Central Intelligence Agency/CIA). CIA dituding berada dibalik sekian banyak gerakan pemberontakan di Indonesia termasuk Permesta.

Indonesia, dari dulu hingga kini, menjadi rebutan banyak pihak karena memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang besar.

Saat itu, Soekarno dianggap dekat dengan Rusia dan Cina yang berhaluan komunis. Hal ini membuat Washington berang dan diisukan berupaya mendongkel Bung Besar dari kursi presiden.

Selain Permesta, CIA juga diisukan terlibat dalam peristiwa kontroversial, G30S/PKI.

Back to top button