CrispyVeritas

Emil Salim : Tanpa Covid-19, Laju Perekonomian Indonesia Bisa Berbeda

Menurut Emil, seharusnya kita semua bisa melihat berkah tersembunyi (blessing in disguise) dari terjadinya pandemi dalam hubungannya dengan perekonomian Indonesia.

JERNIH— Banyak  yang berpendapat bahwa tanpa datangnya Covid-19 pun perekono-mian Indonesia akan terpuruk, karena sebelumnya pun terjadi salah arah dan salah urus. Karena pemikiran itu tak jarang datang dari kalangan ekonom, sepintas menjadi terasa valid dan benar.    

Tetapi Guru Besar Ekonomi dari Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia (FEUI), Prof Emil Salim, menyatakan sebaliknya. Menurut Prof Emil, sebaiknya semua pihak memandang kondisi yang ada dengan objektif, jangan pernah memandang mundurnya perekonomian ini terlepas dari Covid-19.

Pernyataan tersebut diungkapkan Emil saat ditemui Jernih.co dan Jurnal Populer Pemikiran Ekonomi Kasyaf, di kediamannya di Komplek Taman patra Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Kita seharusnya bisa objektif,”kata Emil. “Jangan mempolitisasi dengan menyatakan kemunduran ekonomi ini karena A, atau B, atau C. Tidak! Ini karena Covid-19.”

Menurut Emil, saat ini bukan hanya ekonomi Indonesia yang merosot, seluruh dunia pun begitu, termasuk perekonomian negara-negara besar seperti AS, RRC, Jepang, serta Jerman. “Jadi kalau melihat pertumbuhan negatif di tahun 2020 ini, kita negatifnya itu berhimpitan dengan pandemi Covid-19. Artinya, jangan pernah melihat mundurnya ekonomi ini terlepas dari Covid,” kata Emil. Baginya, jelas sudah bahwa kejatuhan ekonomi ini adalah fenomena global akibat dari Covid dan tidak berdiri sendiri.

Emil berkeyakinan, bila tidak terjadi pandemi, boleh dibilang Indonesia—dan negara-negara lain, tidak akan mengalami pertumbuhan negatif. “Laju pertumbuhan  akan berbeda (dengan yang terjadi). Bisa lebih tinggi atau rendah (dari tahun-tahun lalu).”

Namun demikian, menurut Emil, seharusnya kita semua bisa melihat berkah tersembunyi (blessing in disguise) dari terjadinya pandemi dalam hubungannya dengan perekonomian Indonesia. Terutama untuk melihat kembali apa tujuan pendiran negara dan pembangunan nasional yang dicita-citakan para pendiri negara.

Emil mengingatkan, ada empat tujuan utama negara ini, tiga di antaranya secara langsung ditujukan bagi seluruh warga negara. Ketiga hal tersebut, pertama adalah melindungi segenap warga, kedua mensejahterakan, dan ketiga mencerdaskannya.

“Kata melindungi dalam tujuan itu bukan hanya melindungi dari musuh, tapi juga melindungi dari ancaman kehidupan. Seperti kesehatan, pandemic dan macam-macam. Agar kalau kita semua tinggal di Indonesia, itu merasa bisa hidup, bisa nyaman, termasuk bisa melewati berbagai ancaman,”kata mantan menteri di beberapa Kabinet Pembangunan yang saat ini berusia 90 tahun itu.

Dalam hal memberikan kesejahteraan, tentu saja sejahtera untuk semua. “Bukan hanya buat lapisan konglomerat. Bukan untuk lapisan pengusaha saja, melainkan seluruh rakyat.”

Dalam persoalan ketiga, yakni mencerdaskan bangsa, Emil mengaku prihatin dengan kondisi saat ini. Manakala untuk belajar pun banyak generasi muda, terutama yang tinggal di perdesaan yang mengalami susah sinyal, kesulitan karena cara belajar yang mengharuskan belajar di rumah akibat pandemi Covid-19. Bila dibiarkan, persoalan susah sinyal tersebut bisa menjadi serius karena memberi dampak buruk bagi pembelajaran satu generasi.  

Hal lain yang diwanti-wanti Emil kepada kalangan yang lebih muda, terutama para politisi, adalah kurangnya loyalitas mereka kepada bangsa. Bagi Emil, dengan munculnya banyak hasil legislasi yang terkesan hanya menguntungkan sementara pihak, seolah membuktikan bahwa loyalitas kalangan politisi masih loyalitas kecil kepada partai politik masing-masing. “Sementara seharusnya, loyalitas kepada partai itu berhenti manakala loyalitas lain yang lebih besar dan lebih luhur, yakni loyalitas kepada negara, dimulai,” kata dia.   

Namun Emil mengajak semua warga Indonesia untuk optimistis dan memandang ke depan. Baginya, banyak bukti bahwa bangsa ini bila dikelola dengan baik, bisa membangun dirinya lebih baik. Karena itu, Emil mengaku punya keyakinan bahwa dari 2020 hingga 2045 mendatang, negeri ini harus lepas landas. “Pada 2045 nanti kita harus keluar dari negara highly middle income, bum! Ke tingkat highly income.”

Mengapa hal itu terjadi pada 2045  dan tidak 2030? Karena menurut dia, kunci dari kemajuan itu adalah SDM, yakni kemampuan dan kepandaian, yang masih harus kita kuatkan. [dsy]

Back to top button