Marcus Rashford Pemain Paling Teraniaya di Media Sosial
- Raheem Sterling (Liverpool) berada di urutan kedua setelah Rashford.
- Pelecehan terjadi setelah isu Black Lives Matter.
- Ejekan tidak sekedar mengganggu, tapi juga menakutkan.
London — Striker Manchester United (MU) Marcus Rashford berada di urutan teratas dalam daftar pemain Liga Primer paling teraniaya di media sosial.
Rashford, yang sempat mendapat pujian di awal tahun karena menyediakan makan gratis bagi anak-anak sekolah, menjadi pesepakbola dengan tweet negatif tertinggi.
Sebuah studi menyebutkan serangan terjadi beberapa bulan setelah Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) mengatakan semakin banyak pemain muda menghapus akun media sosial, karena banyaknya pesan menghina dan merendahkan yang mereka terima.
Awal 2020, Michael Bennett — direktur kesejahteraan pemain PFA — mengatakan media sosial menciptakan lingkungan yang membuat pemain tidak dapat melarikan diri dari pelecehan. Pelaku pelecehan adalah tokoh-tokoh anonim.
“Saya telah berbicara dengan pemain yang menghapus akun mereka,” kata Bennett. “Semuanya beralasan karena banyaknya serangan.”
Beberapa epmain memiliki 50 ribu sampai 100 ribu pengikut. Jika mendapatkan umpan balik negatif dari sebagian besar pengikut, pemain akan terpengaruh.
Menurut compare.bet, 28,5 persen tweet yang dikirim ke Rashford bersifat negatif. Raheem Sterling, penyerang Manchester City, berada di tempat kedua dengan 24,7 persen.
Berikutnya adalah Gabriel Jesus (Chelsea), Harry Kane dan Dele Alli (Tottenham Hotspurs). Di bawahnya ada Mesut Ozil dan David Luiz (Arsenal), Virgil van Dijk (Liverpool), Thiago Silva (Chelsea) dan David De Gea (Manchester United).
Pemain terakhir yang menghapus akun media sosial mereka adalah pemain muda Neco Williams (Liverpool) dan dua Aston Villa; Henri Lansbury dan Anwar El Ghazi. Alasan mereka sama; terlalu banyak menerima pelecehan
Musim panas lalu, mantan striker Arsenal Ian Wright mengungkapkan banyaknya pelecehan rasis terhadap dirinya. Pelecehan terjadi secara teratur, yang membuat polisi Irlandia mengiterogasi seorang pemuda.
“Itu terjadi setiap hari,” kata Wright. “Pelecehan rasis itu terjadi setelahs aya memposting dan membicarakan Black Lives Matter.”
Menurut Wright, ejekan rasis itu tidak hanya mengganggu, tapi juga menakutkan.