Crispy

Sultan Ingatkan Jangan Ada Dominasi Agama di Pengungsian

TPPS Boyolali menampung 362 pengungsi. Di Cangkringan menampung 195 orang pengungsi. Lansia, ibu hamil dan Balita harus dijaga kesehatannya. Ditegaskan jangan ada diskriminasi agama dalam pengungsian

Jernih — Sejak aktivitas Gunung Merapi meningkat dan ditetapkan siaga III pada Kamis (5/11/2020), penduduk yang tinggal dengan jarak 3 km dari puncak gunung Gunung Merapi dievakuasi secara bertahap.

Para pengungsi saat ini ditempat ke beberapa Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) yang lokasinya tidak jauh dari desa mereka. Salah satu di Kecamatan Selo, Boyolali, yang menampung  362 orang pengungsi.

Mereka menempati sebuah gedung yang difungsikan sebagai TPPS. Para pengungsi adalah para lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Untuk menghindari penyebaran Covid-19, para pengungsi ditempatkan pada petak-petak berukuran 2×2 meter.

Petak-petak tersebut dapat diisi satu jeluarga berjumlah maksimal empat orang. Setiap petak dialasi oleh karpet tipis. Namun warga dapat membawa kasur sebagai alas tidur.

Pada Selasa (10/11/2020) para pengungsi mendapat kunjungan Sri Sultan Hamengku Buwono X, selaku Gubernur D.I Yogyakarta untuk mengecek dan berdialog langsung dengan para pengungsi. Pada kesempatan itu Sri Sultan memotivasi agar tetap tabah karena kondisi ini bukan yang pertama kalinya.

Siaran Pers Humas Pemerintah Daerah D.I Yogyakarta menyebutkan, Sri Sultan juga meminta secara tegas kepada para petugas agar tidak ada diskriminasi agama yang menimbulkan masalah sosial seperti yang terjadi pada evakuasi warga letusan Gunung Merapi tahun 2010 lalu.

Sultan mengatakan bahwa keselamatan warga adalah tanggung jawab pemerintah. Maka tindak diskriminasi yang memihak pada agama tertentu tidak dibenarkan. Kecuali pengungsi tersebut ngragati (modal) sendiri.

Ia juga menghimbau semestinya disetiap daerah pengungsian disediakan tempat karantina, untuk mengatisipasi jika ada warga yang terpapar Covid-19. Demikian pula protokol kesehatan tetap dilakukan secara ketat

Awalnya akan dilakukan uji Swab untuk para pengungsi namun hal tersebut batal dilakukan. Para pengungsi hanya diperiksa suhu tubuh untuk memastikan bebas dari paparan Covid-19.

Selain mengunjungi para pengungsi di Kec. Selo, Boyolali, Sultan pun mengunjungi tempat pengungsian lain di  Balai Kalurahan Glagaharjo, Cangkringan,Sleman yang menampung 195 orang pengungsi.

Sultan menyampaikan agar para petugas kesehatan memperhatikan para orang tua agar tetap fit dan sehat. Demikian pula kebutuhan ibu hamil dan balita harus dijaga kesehatnnya, terutama makanan dan susu balita.  Sultan juga menegaskan agar tidak terjadi diskriminasi dominasi satu agama pada satu barak.

Berkaca dari pengalaman tahun 2010, dimana salah satu barak di Cangkringan, Sleman, hanya terdiri dari satu agama, sehingga pengungsi dengan agama lain dilarang masuk oleh para pengungsi sebelumnya. Sehingga terjadi pengelompokan diantara para pengungsi.

Selain itu para pengungsi pun cenderung suka berpindah-pindah dan menyulitkan pendataan petugas dan penyediaan makanan. Hal tersebut membuat banyak makanan yang terbuang sia-sia.

Back to top button