Trump Upayakan Grasi untuk Dirinya Sendiri
Sejarah Amerika belum pernah mencatat presiden AS yang pernah berusaha mengampuni dirinya sendiri.
JERNIH-Untuk melindungi dirinya dari gugatan hukum paska lengser dari kursi kepresidenan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menerbitkan grasi untuk dirinya sendiri di hari-hari terakhir kepresidenannya
Penerbitan grasi ini dimaksud untuk mengampuni dirinya sendiri dan melindungi dirinya dari kemungkinan diserang secara hukum oleh lawan-lawan politiknya setelah dirinya tidak lagi menjadi presiden.
Mengutip The New York Times, pada Jumat (8/1/2021), Donald Trump telah mendiskusikan keinginannya itu dengan para pembantunya tentang kemungkinan mengampuni dirinya sendiri di hari-hari terakhir berkuasa di Gedung Putih.
Sumber anomin yang mengetahui diskusi Trump dengan para pembantunya melaporkan rencana Trump tersebut.
“Presiden semakin yakin bahwa musuh-musuhnya akan menggunakan pengungkit penegakan hukum untuk mengincarnya setelah dia meninggalkan jabatannya,” lapor jurnalis Michael Schmidt dan Maggie Haberman.
Selama ini belum pernah ada presiden AS yang pernah berusaha mengampuni dirinya sendiri, sebab selama ini tidak ada presiden AS yang memiliki masalah hukum. Presiden AS memiliki kewenangan menggunakan grasi hanya untuk mengampuni kejahatan federal.
Para sarjana hukum Amerika saat ini terbelah pendapatnya terkait rencana Trump tersebut tentang kemungkinan pengadilan akan menegakkan pengampunan diri atau tidak.
Sebelumnya, pada Rabu (6/1/2021) terjadi kekacauan di US Capitol, setelah Trump berbicara kepada ribuan pendukungnya dimana ia menolak berkomitmen pada transfer kekuasaan secara damai dan menyatakan menolak hasil pemilu serta menyebut pemilu kemarin penuh kecurangan.
Ribuan massa pendukung Trump berusaha masuk dan menduduki US Capitol. Mereka memecahkan jendela, merusak perlengkapan dan mencuri perabotan di dalamnya. Insiden itu menewaskan lima orang, termasuk petugas polisi.
Amuk massa itu terjadi ketika Kongres sedang mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) AS 3 November 2020. Agenda Kongres sempat dihentikan sesaat, namun pada akhirnya pengesahan kemenangan Biden terlaksana.
Sedangkan massa yang menyerbu US Capitol dipecat dari pekerjaan mereka setelah para detektif internet mempublikasikan identitas mereka.
Departemen Kepolisian Distrik Columbia, Amerika Serikat (AS), juga merilis foto orang-orang yang terlibat perkelahian dan bentrok pada Rabu. Kepolisian juga mengungkap kemungkinan tuduhan terhadap mereka. (tvl)