Korsel Prediksi Indonesia Mundur dari Program Jet Tempur KF-X
- Program KF-X membuat Indonesia akan punya pesawat siluman generasi baru tahun 2032.
- Namun Indonesia lebih suka memenuhi kebutuhan alusista untuk jangka pendek, dengan membeli pesawat dari AS dan Prancis.
- Pengamat militer Korsel pesimistis Indonesia melanjutkan program ini.
JERNIH — Korea Selatan (Korsel) memperkirakan Indonesia menarik diri dari program pembangunan pesawat tempur KF-X, dengan meninggalkan tunggakan lebih 600 miliar won, atau Rp 7,6 triliun.
Korea Times menulis Indonesia baru membayar 227,2 miliar won, atau Rp 2,9 triliun, dari kewajiban 831,6 miliar won, atau Rp 10,6 triliun.
Spekulasi kemungkinan Indonesia mundur dari proyek ini muncul setelah muncul laporan Jakarta berusaha membeli pesawat dari AS dan Prancis. Namun, menurut Korea Times, beberapa analis memperkirakan Indonesia memanfaatkan akuisisi untuk merundingkan kembali persyaratan kontrak.
Analis lain yakin Indonesia sedang berusaha menarik diri dari kesepakatan pembangunan pesawat tempur KF-X.
Proyek KF-X bertujuan menghasilkan 120 jet tempur multi-peran canggih untuk menggantikan armada F-4 dan F-5 tahun 2032.
Seoul dan Jakarta menandatangani kesepakatan tahun 2010, untuk bekerjasama dalam proyek ini. Indonesia akan mendanai 20 persen dari total biaya pengembangan yang mencapai 8,8 triliun won, atau Rp 112,1 triliun.
Rincinya, Indonesia akan menanggung 8,8 triliun won, atau Rp 21,6 triliun, dengan imbalan mendapatkan 50 pesawat.
Proyek ini akan membuat Indonesia dan Korsel kali pertama memiliki pesawat tempur generasi baru yang dibuat, dan dengan teknologi yang dikembangkan, sendiri.
Sebelumnya, Indonesia berjanji melunasi tunggakan bulan ini. Namun, yang terdengar justru Jakarta berencana memperoleh banyak pesawat tempur Boeing F-15EX dan Dassault Rafale sebagai bagian modernisasi armada pesawat tahun 2024.
Tahun lalu, Indonesia dikabarkan hampir mencapai kesepakatan membeli 48 jet tempur Rafale.
Shin Jong-woo, peneliti senior Forum Pertahanan dan Keamanan Korsel, mengatakan pembayaran terlambat adalah indikasi Indonesia berhenti dari program ini.
Ia juga mengatakan Menhan Indonesia Prabowo Subianto mengalihkan fokus ke pengaadan senjata yang dapat segera beroperasi.
September 2020, pejabat Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korsel berkunjung ke Jakarta untuk merundingkan ulang kesepaktan. Pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan.
“Kita tidak bisa menunggu sampai Indonesia membayar jumlah yang disepakati untuk proyek penting ini,” kata Shin. “Sejak 2019, Korsel dan Indonesia hanya membuat sedikit kemajuan dalam proyek KF-X.”
Menurut Shin, mengingat anggaran pertahanan terbatasa hampir tidak mungkin terus bekerja dengan Indonesia dalam program KF-X. Korsel, lanjut Shin, harus melanjutkan proyek secara independen.
Indonesia bergabung dengan program KF-X dengan syarat menguntungkan. Setelah membayar lebih satu triliun won, Indonesia dapat memproduksi sendiri pesawat ini dan mendapatkan keuntungan transfer teknologi.