Bosan dengan Persoalan Rasisme di AS, Stevie Wonder Pindah ke Ghana
- Tahun 1994, Stevie Wonder mengatakan hal serupa tapi masih tetap di AS.
- Kini, pelantun I Just Called to Say I Love You itu serius ingin pindah ke Ghana.
- Alasannya, tak ingin anak cucunya tidak dihargai hanya karena perbedaan warna kulit.
JERNIH — Penyanyi Stevie Wonder mengatakan akan melepas kewarga-negaraan AS dan menetap di Ghana.
“Saya tidak ingin mendengar anak-anak saya berkata; Oh, tolong, hormati kami. Hargai kami. Ketahuilah kami penting di sini,” kata pelantun banyak lagu yang menjadi hits di tahun 1980-an itu saat berbincang dengan Oprah Winfrey.
Bukan kali pertama penyanyi tuna netra ini mempertimbangkan akan pindah ke Ghana. Tahun 1994 dia sempat mengatakan merasakan kebersahaan lebih saat berada di Ghana ketimbang AS.
Stevie Wonder adalah penduduk asli Michigan. Ia belajar piano, drum, dan harmonika, pada usia sembilan tahun.
Tahun 1961, ia meneken kontrak dengan Motownn — perusahaan rekaman yang secara khusus mengangkat penyanyi kulit hitam.
Sebagai penyanyi yang meniti karier di tahun 1960-an, Stevie Wonder merasakan bagaimana rasisme di industri musik. Saat itu, tidak ada perusahaan rekaman menerima penyanyi kulit hitam kecuali Motown.
Sejak saat itu ia memenangkan 25 Grammy Award dari 74 kali dinominasikan.
Menjawab pertanyaan Winfrey apakah ia akan pindah ke Ghana secara permanen, Stevie Wonder menjawab singkat; “Ya…”
Ia melanjutkan; “Sebelum berangkat ke Ghana, saya ingin menikmati saat-saat terakhir tersenyum bersama Amerika Serikat.”
Stevie Wonder adalah orang yang gundah. Rasisme seolah abadi di AS; terlihat di jalan-jalan, dan memperlihatkan situasi buruknya dalam beberapa tahun terakhir.
Kelompok-kelompok supremasi kulit putih bermunculan di banyak kota, berpawai dengan senjata, dan menimbulkan ketakutan masyarakat kulit hitam. Stevie Wonder mengikuti semua itu.