“Percikan Agama Cinta”: Tentang Keislaman yang Menjadi Esensi Nusantara
Islam bukan hanya memberi arah perjuangan bangsa hingga mencapai kemerdekaan. Tetapi lebih jauh lagi, Islam telah merekatkan wilayah-wilayah dalam ikatan kultur keindonesiaan yang kuat, bahkan menjadi modal utama integrasi bangsa. “Membentuk komunitas yang terbayangkan (imagine community),” demikian ungkapan popular Ben Anderson, sang Indonesianis beken asal langit Amerika.
JERNIH– Saudaraku,
Tengoklah sejenak atlas budaya Islam di Nusantara ini. Engkau pasti menemukan wajah Islam yang asyiik. Mengagumkan. Menyatu dengan akar-akar budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang beragam. Mencerminkan karakter living Islam in local contexts. Memberikan pesan kuat untukmu: meyakini sama-dengan menghargai.
Bukalah kembali lembaran-lembaran sejarah negeri ini. Engkau tentu menemukan fakta menarik. Islam terbukti mampu tampil sebagai pencerah dan transformator. Mengubah masyarakat yang diselimuti kebodohan menjadi bermartabat dan berkeadaban.
Ketahuilah. Islam bukan hanya memberi arah perjuangan bangsa hingga mencapai kemerdekaan. Tetapi lebih jauh lagi, Islam telah merekatkan wilayah-wilayah dalam ikatan kultur keindonesiaan yang kuat, bahkan menjadi modal utama integrasi bangsa. “Membentuk komunitas yang terbayangkan (imagine community),” demikian ungkapan popular Ben Anderson, sang Indonesianis beken asal langit Amerika.
Benar, keislaman dan keindonesiaan telah begitu menyatu dalam pelbagai ekspresi budaya Nusantara. Melahirkan wajah kultural Islam Indonesia yang moderat, terbuka, dan toleran. Mengakar di benak publik sejak ribuan tahun lalu. Menyantuni perbedaan. Menegaskan bahwa nilai-nilai keislaman itu melebur dengan budaya lokal.
Renungkanlah. Aku berharap. Nilai-nilai semacam itu, bisa engkau terjemahkan secara kreatif-visual menjadi cerita-cerita inspiratif yang bisa dinikmati khalayak. Lalu engkau sebarluaskan dengan memanfaatkan pelbagai platform media. Menjadi tontonan sekaligus tuntunan. Menyapa anak-anak muda: menemukan rasa keislaman senafas kebangsaan.
Percayalah. Melalui kekuatan visual, engkau bisa memberikan perspektif tentang wajah masa depan Indonesia, di mana ekspresi keislaman mampu mewarnai ruang publik dengan penuh keceriaan: saling memahami dan menghargai. Islam menjadi bagian dari bangsa dalam pelbagai bentuk ekspresi budaya. Ruang publik menjadi kaya dengan pelbagai ekspresi religi sesuai cita rasa tradisi nenek-moyangmu sendiri.
Sadarlah. Melalui kekuatan cerita, pemirsa akan diajak bertamasya: melihat bagaimana Islam berinteraksi dengan penduduk Nusantara. Menghasilkan sintesis sosial-kultural khas dan kaya. Ya, keislaman bukan sesuatu yang asing dengan laku dan kulturmmu. Justru ia menjadi hadir dan dekat dengan jati-dirimu dalam kehidupan sehari-hari. [Deden Ridwan]