Crispy

Australia Deklarasikan Perang Melawan Jutaan Tikus

  • Pemerintah New South Wales mengeluarkan senjata pemusnah massal, yaitu racun bromadiolon.
  • Pakar ekologi menolak, karena racuh bisa membunuh predator alami dan mengkontaminasi tanah pertanian.
  • Tidak ada cara lain untuk membasmi jutaan tikus selain meracuninya.

JERNIH — “Tikus yang baik adalah tikus yang mati,” ujar wakil PM Australia Michael McCormack saat negara bagian New South Wales memulai perang melawan tikus dengan menebar racun.

Selama berbulan-bulan tikus merusak ladang, menempati rumah-rumah kosong di timur Australia; dari perbatasan Victoria di selatan sampai ke negara bagian Queensland di utara.

Tikus tidak hanya menghancurkan tanaman, tapi juga mesin-mesin bernilai jutaan dolar. Menjelang musim dingin, tikus mencari perlindungan di rumah-rumah penduduk dan merusak apa saja.

Di kota kecil Canowindra, empat jam berkendara dari Sydney, petugas kebersihan profesional Sue Hodge menghabiskan hari-harinya dengan membuang bangkai tikus dari pengangkap.

Ia sering dipanggil warga sekitar untuk membersihkan kotoran tikus di setiap sudut rumah; mulai dapur, kamar tidur anak, sampai tempat tidur.

Di rumahnya, Hodge memblokir setiap sudut rumah dengan lempeng baja agar tidur tidak bisa masuk. Setiap malam ia memasang perangkap tikus, dan pagi hari bangun dengan puluhan ekor bangkai.

Meracuni Tikus

Pemerintah New South Wales punya rencana lain, yaitu meracun tikur di seluruh wilayahnya. Sebanyak 5.000 liter bahan kimia pembunuh tikus terkuat dipersiapkan. Namun, tidak semua orang suka dengan rencana itu.

Beberapa orang mengatakan meletakan racun di tanah pertanian untuk membunuh tikus liar akan mencemari tanah dan tanaman pangan, serta berpotensi membunuh satwa liar lainnya.

Bagi banyak orang di New South Wales, tahun 2020 adalah tahun terlupa tapi tidak bagi petani dan tikus.

Curah hujan yang tinggi, jauh lebih tinggi dibanding dua tahun sebelumnya, menciptakan lahan subur untuk tanaman apa saja. “Kami mengalami tahun-tahun kekeringan sangat buruk,” kata Michael Payten, petani di Canowindra. “Tahun 2020 curah hujan tinggi dan tanah subur, tetapi selalu ada bencana yang menyertai pada tahun berikut, yaitu tikus.”

Tanaman bumper yang tercipta akibat hujan menciptakan kondisi ideal bagi tikus. Banyak jerani di gudang menjadi rumah bagi ribuan tikus. Persediaan biji-bijian yang tinggi adalah sumber makanan bagi tikus.

Badan Ilmu Pengetahuan Australia (CSIRO) mengatakan 800 sampai 1000 tikus per hektar adalah ‘wabah’. Peneliti CSIRO Steve Henry mengatakan saat ini menghitung jumlah tikus di timur Australia sama halnya menghitung jumlah bintang di langit.

Sepasang tikus dapat menghasilkan 500 keturunan setiap musim, karena betina melahirkan setiap tiga pekan. Semua tikus itu membutuhkan makanan.

“Saat menggerogoti jerami, yang diperlukan untuk memberi makan domba di musim dingin, tikus-tikus itu sedang menghancurkan,” kata Payten.

Tikus memakan semua yang ada di gudang; gandum, jelai, dan kanola, serta pakan ternak. Itu berdampak besar bagi bisnis pertanian.

Sebuah survei menyebutkan sepertiga petani merugi antara 50 ribu sampai 150 ribu dolar AS per orang. Total kerugian bisa mencapai jutaan dolar jika tindakan tidak segera diambil.

Yang harus dilakukan adalah tindakan kejam terhadap tikus. Caranya, bakar semua jerami, temukan lubang dan sumbat agar tikus melewati musim dingin tanpa makanan.

“Semua itu terdengar kejam, tapi akan menjadi mimpi buruk jika tidak dilakukan,” kata Hodge.

Terlalu Berbahaya

Kini, pemerintah New South Wales menggunakan senjata pemusnah massal. Senjata dikeluarkan setelah berkonsultasi dengan CSIRO dan petani, karena negara harus menghentikan wabah tikus.

Pekan lalu Menteri Pertanian New South Wales Adam Marshall mengumumkan seperangkat alat untuk mengelola tikus, termasuk racun rodentisida gratis. Pekan ini, Marshall mengeluarkan ribuan liter bromadiolon, yang dikenal sebagai antikoagulan generasi kedua.

“Setelah Otoritas Pestisida dan Obat Hewan Australia (APVMA) merestui penggunaan bromadiolon, kami akan menditribusikan secara gratis ke petani,” kata Marshall.

Namun Dr Maggie Watson, ahli ekologi Charles Sturt University, mengatakan racun itu terlalu berbahaya untuk digunakan di mana saja di lingkungan pertanian.

“Bromadiolon dapat larut ke dalam tanah dan terakumulasi secara biologis pada serangga sebelum melewati rantai makanan,” kata Dr Watson. “Bukan tidak mungkin petani meracuni tanaman pangan yang mereka tanam.”

Pemerintah New South Wales meminta persetujuan petani apakah mengijinkan penggunaan bromadiolon di ladang mereka. Pejabat setempat yakin petani mampu mengelola racun dengan benar.

Burung-burung asli Australia; layang-layang bahu hitam, burung hantu, boobook, burung hantu gudang, frogmouth cokelat, dan alap-alap, juga berisiko mati setelah memakan tikus yang mati karena racun.

“Penggunaan racun ini akan mengurangi populasi burung pemangsa,” kata Watson. “Jika itu terjadi, perlu 15 sampai 20 tahun sampai populasi burung pemangsa normal kembali dan kita memiliki kendali alami untuk wabah tikus berikutnya.”

Faksi pendukung racun mengatakan; “Saat ini tidak tidak ada cukup elang dan burung hantu untuk menurunkan populasi tikus.” Petani lainnya mengatakan; “Kami kehabisan waktu untuk memanen tanaman musim dingin.”

Back to top button