Sejatinya, usaha-usaha yang bangkrut itu pun masuk akal bila kelelep. Selain cerita tadi, produk air minum mahal Evergrande, Evergrande Spring, memang wajar dijauhi pembeli Cina yang rata-rata ‘rasional’ itu. “Produk air mineral kelas atas” Evergrande Spring—menggunakan narasi iklannya– diklaim “diekstraksi dari air mineral alami Gunung Changbai.” Spring masuk pasar Cina dengan harga lima yuan—lima kali lipat saingannya yang sudah mapan, Nongfu Spring, yang dijual seharga satu yuan. Ketika desas-desus menyebar bahwa air itu sebenarnya berasal dari sumber yang sama, wajar bila minat konsumen terhadap produk tersebut kontan surut.
Oleh : Darmawan Sepriyossa
JERNIH— Di Cina—atau bahkan di negara mana pun termasuk Wakanda—orang boleh saja diakui Barat sebagai aktivis HAM yang berani dan rasional. Namun jauh dalam lokus otak dan sumsum tulangnya, ia tetap menyimpan kuat budaya yang diterima sejak masih menyusu dan disuapi, yang suatu ketika bisa saja melompat impulsive. Aktivis HAM Cina, Jennifer Zeng, misalnya, justru menjadi orang Cina pertama yang mengingatkan kembali ‘Kutukan Jackie Chan’, begitu krisis Grup Evergrande mencuat ke permukaan.
Krisis Evergrande, perusahaan yang tengah dirundung masalah karena gagal membayar bunga sebesar 83,5 juta dolar AS dari gunung utang setinggi 300 miliar dolar AS—memang disebut-sebut bisa jadi krisis sistemik, setelah perusahaan property besar lainnya, Fantasia, juga megap-megap kehabisan nafas karena lilitan utang. Dunia tengah memelototi apakah perusahaan besar Cina itu akan bangkrut, atau meski tertatih mencoba bangkit lagi. Biarlah soal itu jadi urusan para ekonom. Tahu diri menurut saya lebih terpuji dibanding selalu bernafsu untuk cawe-cawe, ikut-ikutan, yang pada akhirnya hanya membuat apa yang ditangani jadi ajur dan hancur.
Nah, Zeng,–yang karena ia aktivis HAM dan pro-demokrasi sudah pasti ditahbiskan sebagai rasional dan modern itu—justru jadi orang pertama yang kembali mengingatkan publik Cina pada apa yang disebut ‘Kutukan Jackie Chan’. Zeng menghubung-hubungkan Jackie Chan alias Chen Lung itu dengan Evergrande Spring, merk air mineral premium yang menjadi salah satu produk grup tersebut, yang bintang iklannya tak lain Jackie. Merk air mineral itu sebenarnya sudah bangkrut sekitar dua tahun lalu, dan saat itu pun sudah dikait-kaitkan dengan Jackie yang dikenal sebagai ‘pembawa apes’.
Tidak sebagaimana film-filmnya yang rata-rata ‘box office’, sebagai bintang iklan dan brand ambassador Jackie justru dikenal publik Cina—termasuk Taiwan dan Hong Kong, tentu—sebagai pembawa sial. ‘Kutukan Jackie Chan’, yang awalnya hanya jadi desas-desus di SMS, lalu berganti obrolan di Blackberry, dan kini di grup WA serta Telegram, pelan-pelan menjadi kian ‘resmi’. Apalagi ketika Oriental Guardian, sebuah harian yang terbit di Nanjing, menjadikan hal itu editorial mereka.
“Dia telah menjadi juru bicara paling keren dalam sejarah,” kata editorial tersebut, menyindir. “(Chan) Seorang pria yang bisa menghancurkan apapun.” Lebih-lebih, lewat dari satu dekade lalu pun (Agustus 2010) media barat Los Angeles Times sok ikut-ikutan mewanti-wanti. “Jika Jackie Chan Bilang Bagus,” tulis LA Times besar-besar di judul,”Cari Pendapat Lain”.
Jackie bahkan telah lama dijuluki ‘pembunuh merk’. Pasalnya, entah mengapa, banyak dari merk yang ia iklankan justru mengalami kebangkrutan, atau mati sebelum berkembang. Ada banyak contoh yang bisa ditunjuk. Misalnya jaringan gym terkenal bernama California Fitness, Volkswagen Caddy, pabrikan peralatan elektronik Gree, sampo herbal BaWang, produk elektronik Ai-duo, perusahaan makanan beku Synear, Fen Huang Cola, dan Hong Kong Airlines.
Sampo BaWang pernah ditulis Majalah Next mengandung karsinogen. Meski perusahaan itu berhasil memenangkan gugatan atas Next dan menerima kompensasi 3 juta dolar Hong Kong, publik telah teracuni berita itu dan penjualan anjlok. Sampo BaWang—tak jelas apakah BaWang merah atau putih—pun menghentikan produksi.
Sementara pangsit bekuproduk Synear pun ternyata mengandung bakteri golden staph, sebagaimana dinyatakan otoritas kesehatan Beijing. Ai-duo kemudian tutup seiring tuntutan hukum yang membuat pemiliknya masuk hotel prodeo.
Jaringan gym California, yang sempat hits di Hong Kong dan Cina, akhirnya gulung tikar karena tak mampu bayar sewa. Cerita perusahaan-perusahaan lain umumnya tak jauh dari nasib naas.
Yang masih harus kita persoalkan adalah berapa banyak merk dan jaringan usaha yang iklannya dibintang Jackie, dan berapa pastinya yang mengalami nasib apes? Itu agar adil, meski kebanyakan orang (awam) tak pernah perlu data untuk menyerukan keburukan. Tak pernah harus tahu bahwa hanya setelah 51 persen dari produk yang ia iklankan mengalami nasib apeslah, baru boleh kita sebut Jackie pembawa sial.
Sejatinya, usaha-usaha yang bangkrut itu pun masuk akal bila kelelep. Selain cerita tadi, produk air minum mahal Evergrande, Evergrande Spring, memang wajar dijauhi pembeli Cina yang rata-rata ‘rasional’ itu. “Produk air mineral kelas atas” Evergrande Spring—menggunakan narasi iklannya– diklaim “diekstraksi dari air mineral alami Gunung Changbai.” Spring masuk pasar Cina dengan harga lima yuan—lima kali lipat saingannya yang sudah mapan, Nongfu Spring, yang dijual seharga satu yuan. Ketika desas-desus menyebar bahwa air itu sebenarnya berasal dari sumber yang sama, wajar bila minat konsumen terhadap produk tersebut kontan surut.
Sadar telah tinggi hati, Evergrande akhirnya menurunkan harga menjadi satu yuan. Namun konsumen yang pergi sudah ogah balik lagi. Evergrande pun merugi empat miliar yuan dari 2013 hingga 2015. Ditambah kerugian tambahan sebesar 1,8 miliar yuan pada 2016, Evergrande menyerah dan berhenti produksi.
Tentang hubungan kematian Spring dengan Jackie, kita bisa mempertanyakan hal itu. Setidaknya karena aktris muda rupawan, Fan Bingbing, juga termasuk pesohor yang ikut mengiklankan Spring.
Barangkali, cap pembawa sial juga datang karena Jackie Chan seolah tak lihat-lihat produk (atau perusahaan) yang ia iklankan. Ia mungkin ‘terlalu banyak’ menjadi bintang iklan, dan seperti tak selektif. Tak hanya produk-produk global yang dikenal dunia atau pariwisata Hong Kong, Jackie Chan bahkan mengiklankan makanan tradisional berupa ‘bola ketan Sinian’—mungkin serupa kue klepon atau onde-onde.
“Bila Anda memiliki seseorang dengan begitu banyak merek, kemungkinan terjadinya kesalahan memang tinggi,” kata Saurabh Sharma, direktur perencanaan strategis untuk Ogilvy & Mather Beijing. “Jarang (ada orang) berada di industri begitu lama, dan selama itu juga bebas dari kontroversi.”
Tapi pada dekade lalu, saat isu kutukan itu ramai di pemberitaan, Jackie masih memegang setidaknya dua lusin kontrak untuk mengendorse produk. Entrgroup.com, situs web hiburan Cina yang populer, saat itu menempatkan Jackie Chan sebagai nama selebritas paling kuat di Cina untuk daya tarik penggemar, kegiatan amal, dan daya jual secara keseluruhan.
Grup itu menolak bahwa Jackie terlalu over dijual sebagai duta besar merek, dengan mengatakan bahwa pasar media Cina masih terlalu kecil, dan negara itu terlalu besar untuk khawatir bahwa Jackie akan mendapatkan hal buruk dari paparan berlebihan.
“Umumnya, di negara berpenduduk 1,3 miliar orang, selebritas menginginkan eksposur sebanyak mungkin,” kata Tiger Hou, analis Entrgroup.com.
Belakangan memang Jackie memfokuskan upayanya di pasar Cina daratan. Statusnya sebagai ikon budaya dikukuhkan saat ia bernyanyi pada upacara penutupan Olimpiade 2008 di Beijing.
Yang justru disesalkan publik adalah manakala Jackie kian terlihat sebagai pendukung buta rezim komunis Cina. Misalnya, saat dia berbicara keras menentang pemilihan umum yang dimenangkan oleh partai pro-kemerdekaan Taiwan. Lalu saat membuat pernyataan yang memancing ‘keributan’ pada pertemuan puncak para pemimpin Asia bahwa Cina tidak membutuhkan masyarakat bebas.
“Saya secara bertahap mulai merasa bahwa kami orang Cina perlu dikendalikan,” kata Jackie saat itu. “Jika tidak dikendalikan, kami hanya akan melakukan apa yang kami inginkan.” Terasa benar nada untuk menjilat PKC di sana.
“Dia itu yang perlu dikendalikan,” kata kolumnis sosial Cina, Qiao Zhifeng. “Lihat saja, berapa banyak iklan yang dia buat. Itu penyalahgunaan endorsement.”
Jackie segera membalas pernyataan tersebut, meski nadanya santun dan lirih. “Saya selalu sangat berhati-hati dengan produk apa yang saya dukung.”
Mungkin saja, saya juga menulis dalam kondisi yang tak memungkinkan bersikap adil. Terlalu susah untuk melupakan kenangan menyaksikan penampilan pertama Jackie Chen Lung itu dalam ‘Drunken Master’, disusul dengan ‘Young Master’ yang fenomenal di 1980-an awal itu. Kesan baik saya terhadapnya punya lem yang merekat erat, susah dibuang hanya oleh desas-desus dan syak. [darmawan sepriyossa]