EU Ganti ‘Periode Natal’ Jadi ‘Periode Liburan’, Paus Fransiskus Marah
- Dalam sejarah, kata Paus Fransiskus, banyak diktator mencoba melakukan itu.
- Kardinal Pietro Paolin mengatakan UE sedang membatalkan akar Kristen di Eropa.
JERNIH — Paus Fransiskus mengecam upaya Uni Eropa (UE) mengganti istilah ‘periode Natal’ menjadi ‘periode liburan yang lebih netral, dan menyebut langkah itu mungkin hanya dilakukan rezim penindas.
“Dalam sejarah, banyak kediktatoran mencoba melakukannya,” kata Paus Fransiskus kepada wartawan dalam perjalanan pulang dari Siprus dan Yunani.
Komisi Eropa pekan lalu menghadapi reaksi keras publik ketika mengganti periode Natal dengan periode libur. Selama penerbangan kembali ke Vatikan, Paus Fransiskus tanpa basa-basi mencela tindakan Uni Eropa.
“Uni Eropa harus berhati-hati untuk tidak mengambil jalan kolonisasi ideologis. Itu tidak bijak, dan hanya akan menyebabkan perpecahan di antara para anggotanya,” kata Paus Fransiskus.
Menurut Paus Fransiskus, Uni Eropa harus menghormati setiap negara di dalam strukturnya. Menghormati keragaman dan jangan membuat mereka seragam.
Resolusi untuk mengubah kata-kata itu muncul dalam buku panduan tentang komunikasi inklusif, yang menyarankan birokrat UE tentang bagaimana membuat pesan mereka lebih akomodatif kepada kelompok minoritas.
Kata ‘Natal’ dianggap tidak pantas karena pemeluk selain Kristen bisa tidak menyukainya. Dalam contoh lain, instruksi tersebut mengatakan bahwa ‘buatan manusia’ harus dibatalkan demi diinduksi manusia yang netral gender.
Usulan itu, yang dirilis akhir Oktober atas perintah Komisi Eropa untuk Kesetaraan, disorot surat kabar Italia Il Giornale pada akhir November. Berita itu memicu kemaran kelompok konservatif, termasuk Sekretaris Vatikan Kardinal Pietro Parolin.
Bahkan, Kardinal Paolin menyebut apa yang dilakukan UE sebagai upaya pembatalan akar kita, dimensi Kristen Eropa.