Lagu Anak Yang Dirindukan
Akibatnya sudah bisa ditebak. Pasar lagu-lagu anak menurun dan seolah tak dibutuhkan lagi. Sebab persoalan ini, stasiun televisi enggan menyodorkan program serupa layaknya tahun 1990-an. Mereka akhirnya dibiarkan mencari jalannya sendiri lewat gadget.
JERNIH- Tahun 1990-an, anak-anak betul-betul sangat dimanjakan. Soalnya, waktu itu media hiburan elektronik cuma ada dua. Radio dan Televisi. Jika dibandingkan, tentu pada masa itu orang lebih memilih jadi pemirsa televisi sebab merupakan barang baru di negeri ini.
Maklum saja, RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di republik ini, baru mengudara secara resmi tanpa perlu membayar iuran pada 24 Agustus 1990. Menyusul berikutnya, SCTV, TPI juga Indosiar.
Stasiun-stasiun televisi tersebut, pada waktu itu punya channel khusus yang memanjakan anak-anak. RCTI misalnya, punya program acara Tralala-Trilili dipandu Agnes Monica. Sementara SCTV, membesut Ci Luk Ba serta Dunia Anak-anak.
TPI juga tak mau ketinggalan dengan menampilkan program Kring Kring Olala yang dipandu Mellisa Grace. Begitu pun Indosiar menyuguhkan Klak Klik dipandu David Simamora beserta Diva Nadia, juga Pesta Ceria yang dibawakan Erina, Yoga dan Violetta.
Sederet nama penyanyi cilik juga grup vokal bertebaran di program-program tersebut. Ada Agnes Monica, Enno Lerian, Joshua, Trio Kwek Kwek, dan banyak lainnya. Tak dapat dipungkiri, kehadiran mereka di layar kaca, selalu ditunggu anak-anak Indonesia pada waku itu.
Waktu berlalu, penyanyi-penyanyi cilik itu kini telah tumbuh dewasa. Agnes Monica, masih melanjutkan karirnya sebagai penyanyi bahkan hingga luar negeri. Entah kemana penyanyi cilik lainnya.
Di awal tahun 2000-an, masih ada Tasya menghiasi layar kaca sebagai penyanyi cilik. Tapi dia pun, sudah tumbuh dewasa dan tak lagi berkiprah sebagai bintang kecil. Sementara anak-anak saat ini, tak lagi punya saluran hiburan yang benar-benar memanjakan sekaligus mendidik.
Karina Adistiana, inisiator gerakan Peduli Musik Akan seperti diberitakan parenting.co.id mengatakan kalau lagu-lagu anak sebenarnya tidak habis. Beberapa orang, masih berusaha menciptakan lagu yang secara khusus dipersembahkan bagi anak-anak.
Hanya saja, orang dewasalah yang tak tahu bagaimana memanfaatkan lagu-lagu anak. Padahal, meski punya banyak sekali manfaat bagi tumbuh kembang si kecil, mereka tak lagi memperdengarkan atau menyanyikan lagu untuk anak-anak mereka.
Akibatnya sudah bisa ditebak. Pasar lagu-lagu anak menurun dan seolah tak dibutuhkan lagi. Sebab persoalan ini, stasiun televisi enggan menyodorkan program serupa layaknya tahun 1990-an. Mereka akhirnya dibiarkan mencari jalannya sendiri lewat gadget.
Iya, jika pencarian kebutuhan hiburan sekaligus edukasi yang sesuai usia mereka ditemukan dengan sesuai. Tapi kalau tak didampingi, tentu soal ini malah melahirkan bahaya tersendiri terkait gadget.
Jika melirik kepada televisi sekarang ini, Karina bilang sulit sekali menemukan lagu-lagu yang ramah didengar anak. Bahkan penyanyi cilik pun, lebih senang melantunkan lagu bertema dewasa. Belum lagi ketika si kecil di ajak berjalan-jalan ke mall misalnya. Restoran dan toko-toko, memperdengarkan lagu yang tak sesuai usia mereka dan pelan tapi pasti, bakal merasuki pikirannya.[]