Ini Produk Pemutakhiran Senjata Serbu Buatan Pindad Yang Antar TNI AD Jadi Juara Dunia

Tingkat kandungan dalam negeri material senajata ini mencapai 62 persen atau dua kali lipat di atas batas minimal yang sudah ditetapkan. Sementara penetapan menurut Kemenperin, sekitar 30 persen.
JERNIH-Indonesia wajib berbangga hati, sebab berkat senapan serbu SS2-V4 buatan PT Pindad, TNI Angkatan Darat sukses menjuarai lomba menembak 12 kali berturut-turut di kancah Internasional. PT Pindad, merupakan produsen senjata dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) lokal yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat.
Selain alutsista, PT Pindad juga membuat peluru, dan salah satu produknya adalah SS2-V4 dan SS2-V5 yang sudah dipesan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam jumlah ribuan unit guna dipakai prajurit komponen cadangan. Sedangkan varian SS2-V7 subsonic, merupakan senjata khusus operasi pengintaian.
SS2-V7 diberi tambahan alat baru di bagian ujung larasnya berupa peredam yang mengurangi suara dentuman peluru setelah ditembakkan.
Laman resmi Pindad.com menyebutkan, senjata ini dirancang dengan tujuan kalibrasi dan akurasi tinggi hingga tepat sasaran, tanpa dentuman tembakan dan diklaim sangat cocok dipakai dalam pertempuran jarak dekat dengan gaya close quarter combat .
Sementara itu, SS2-V7 Subsonic efektif ditembakkan pada jarak 150 meter. Dan beberapa pasukan elit TNI yang diketahui memiliki spesialisasi dalam pertempuran close quarter combat sangat cocok menggunakannya. Sebab kecepatan tembaknya 720-760 rpm dengan daya tampung sebanyak 30 butir peluru.
Sebagai senjata yang didesain untuk operasi pengintaian, SS2-V7 pertama kali dipamerkan prototype-nya pada 2016 lalu di ajang Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 22 di Makassar, Sulawesi Selatan. Dan saat itu, meski belum diproduksi secara massal, TNI-Polri sudah melakukan pemesanan sesuai anggaran pertahanan di masing-masing institusi.
Proses pengembangan teknologi di dalam SS2-V7 memang tergolong rumit, sebab PT Pindad tak memiliki 100 persen raw material guna membuatnya, dan membutuhkan waktu satu tahun hingga desain benar-benar sempurna.
Sesuai arahan Menteri Perindustrian saat itu, tingkat kandungan dalam negeri material senajata ini mencapai 62 persen atau dua kali lipat di atas batas minimal yang sudah ditetapkan. Sementara penetapan menurut Kemenperin, sekitar 30 persen.[]