Miftachul Akhyar Undur Diri Dari Jabatan Ketum MUI
“Semula saya keberatan, tapi kemudian saya takut menjadi orang pertama yang berbuat ‘bid’ah’ di dalam NU. Karena selama ini Rais Aam PBNU selalu menjabat Ketua Umum MUI,” katanya.
JERNIH-Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar mengirimkan surat pengunduran diri dari jabatannya. Soal ini, disampaikan saat memberikan pengarahan dalam Rapat Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah PBNU di Kampus Unusia Parung, Bogor, Jawa Barat Rabu (9/3).
“Di saat ahlul halli wal aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34 NU menyetujui penetapan saya sebagai Rais Aam, ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami’na wa atha’na (kami dengarkan dan kami patuhi). Jawaban itu bukan karena ada usulan tersebut, apalagi tekanan,” ujar Miftachul dikutip dari laman resmi NU.
Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur periode 2007-2015 itu, lalu menceritakan proses pemilihan dirinya menjadi Ketua Umum MUI pada akhir November 2020. Hampir dua tahun sebelumnya, kata dia, banyak pihak merayu dan meyakinkan dirinya untuk bersedia jadi Ketua Umum MUI.
“Semula saya keberatan, tapi kemudian saya takut menjadi orang pertama yang berbuat ‘bid’ah’ di dalam NU. Karena selama ini Rais Aam PBNU selalu menjabat Ketua Umum MUI,” katanya.
Miftakhul Achyar kemudian berkomitmen untuk merealisasikan janji di hadapan Majelis ahlul halli wal aqdi dengan mengajukan pengunduran diri dari jabatan Ketua Umum MUI.
Terpisah, Ketua Badan Pembinaan dan Pengembangan Organisasi MUI, KH Salahuddin Al-Aiyub membenarkan bahwa pihaknya telah menerima surat pengunduran diri dimaksud.
“Awal pekan ini surat diterima. Selanjutnya, MUI akan merespons surat tersebut sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di internal MUI,” katanya menjelaskan.
Di tempat yang sama, Katib Syuriyah PBNU yang juga Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh menyatakan, sangat menghormati keputusan Rais Aam dan akan mengonsolidasikan dalam aturan organsasi di MUI.
“Saya sebagai santri sangat menunjung tinggi keputusan Kiai Miftah, dan akan mengonsolidasikan sesuai mekanisme organisasi,” ujarnya.
Sebelumnya, Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34 PBNU meminta Miftachul Akhyar tidak merangkap jabatan usai terpilih sebagai Rais Aam PBNU 2021-2026.
Anggota Ahwa Zainal Abidin mengatakan pihaknya ingin Rais Aam fokus mengembangkan PBNU. Permintaan itu pun didukung oleh sembilan ulama sepuh pada pertemuan tertutup Ahwa.
“Kalau ingin menjadi Rais Aam NU 2021-2026, diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi yang lain dan itu disetujui oleh semua anggota Ahwa,” kata Zainal dalam Muktamar ke-34 PBNU di Lampung Tengah, 24 Desember 2020.[]